Salah satu contohnya adalah penegakan Khilafah Islamiyah. Islam secara
spesifik telah mengatur cara untuk menegakkan khilafah Islamiyah
tersebut, yang tertuan dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Dan cara itulah
yang telah dijalankan oleh Rasulullah dan para Khulufaur Rasyidin. Ya,
merekalah model yang terbaik dalam penegakan khilafah Islamiyah!
Merekalah yang seharusnya menjadi rujukan kita dalam usaha penegakan
khilafah Islamiyah.
Tahap pertama yang Rasulullah lakukan adalah perbaikan aqidah ummat,
seperti kata para sejarawan bahwa 13 tahun masa kerasulan di Mekkah
dikhususkan untuk memperbaiki aqidah ummat, menanamkan dengan mantap
makna laa ilaaha illallah di hati kaum muslimin. Bahkan sebelum hijrah
ke Madinah, Rasulullah telah terlebih dahulu menyemai aqidah ummat di
sana, dengan cara mengirim Mushab bin Umair, dengan satu misi,
menegakkan kalimat tauhid!
Hasilnya? Luar biasa! Khilafah yang terbentuk dengan aqidah tauhid yang
kuat adalah khilafah yang kuat. Bahkan, jumlah ummat Islam yang hanya
10% di Madinah waktu itu bukan menjadi penghalang untuk tegaknya
khilafah Islamiyah.
Terus, apa masalahnya sekarang? Bukankah jumlah ummat Islam tidak bisa
dibilang sedikit lagi? Betul, tapi jumlah yang banyak hanya bagai buih
di lautan. Banyak, tapi tak berarti!
Kalau kita mau menelusuri lebih jauh, maka kita akan menemukan bahwa
dalam menegakkan khilafah, banyak diantara kita yang telah menyelisihi
sunnah Rasulullah. Ya, kita mengabaikan aqidah. Banyak di antara kita
yang membuat metode-metode baru dalam menegakkan khilafah. Sebenarnya
nggak ada masalah dengan metode baru, tapi harus sejalan dengan metode
Rasulullah. Dan parahnya, ketika kita menempatkan pembinaan aqidah
diurutan paling belakang.
Saya pernah mendengar orang-orang yang berkata, “Aqidah itu gampang,
kalau khilafah telah tegak, maka tugas khalifahlah untuk meluruskan
aqidah ummat.” Aneh, dan sangat menggelikan. Bagus andai khilafah yang
tegak adalah khilafah dengan aqidah yang shahih, kalau seperti daulah
Utsmaniyah (beraqidah tasawuf) atau daulah Fatimiyyah (beraqidah
syi’ah), maka yang terjadi adalah khilafah akan memaksakan aqidahnya
yang salah kepada ummat.
Lain lagi dengan sekelompok orang, mereka merumuskan tahapan penegakan
khilafah sebagai berikut: tahap pertama adalah tahap pembinaan dan
pengkaderan (Marhalah At Tatsqqif), tahap kedua adalah tahap
berinteraksi dengan ummat (Marhalah Tafa’ul Ma’a al Ummah), dan tahap
ketiga adalah tahap pengambilalihan kekuasaan (Marhalah Istilaam Al
Hukm). Tapi ketika ditanya, ditahapan mana aqidah tauhid ditanamkan pada
ummat? Maka jawabannya akan kembali ke atas, setelah khilafah tegak.
Ada juga yang mencoba ngeles, dengan menjawab di tahapan pertama. Tapi
pada kenyataannya, di tahapan tersebut sama sekali tidak ada pembinaan
aqidah, tapi justru menghasilkan orang-orang yang fanatik pada
kelompoknya. Dan makin terbukti ketika kita menelusuri anggota kelompok
mereka yang berada diberbagai tempat, ternyata memiliki aqidah yang
beragam.
Sekali lagi saudaraku, mari kita kembali kepada teladan yang telah
diberikan oleh Rasulullah. Aqidah adalah hal yang paling mendasar dalam
Islam, tanpa aqidah yang benar, segala bentuk ibadah hanya bagai debu
yang tak berarti. Aqidah bagai sebuah pondasi untuk sebuah rumah, maka
tak ada gunanya membagun atap dan dinding jika pondasinya tidak kuat.
Kalaupun rumahnya jadi, akan gampang rubuh, bahkan oleh angin
sepoi-sepoi sekalipun.
Terutama bagi yang mengaku sebagai “Pejuang Penegak Khilafah”, mari kita
kembali meluruskan aqidah kita, aqidah yang diambil dari sumbernya yang
murni, dari Al Qur’an dan As Sunnah serta teladan para sahabat dan
ulama-ulama yang konsisten berada di atas keduanya. Selanjutnya,
siapapun orangnya, semeyakinkan apapun penampilannya, jika pendapatnya
menyelisihi keduanya, harus kita tolak.
Terus Berjuang, Keep Your Spirit!
oleh : Ibnu Abbas Al-Bugisy
08 Agustus 2012
Apa Jadinya, Jika Para Penegak Khilafah Nggak Ngerti Aqidah?
07.19
Unknown
Diberdayakan oleh Blogger.