aku adalah cahaya paling redup di hidupmu. tak pernah menerangi
jalan-jalan yang kau tapaki. aku tak terlihat diantara gemerlap
anggunmu, tak pernah terlihat mengisi kekosonganmu. tak pernah menjadi
penunjuk arahmu. tak akan pernah menjadi lentera hatimu.
aku adalah cahaya yang tak pernah ada. sekali lagi tak pernah ada.
meskipun aku ini ada. sedangkan aku tak pernah terlihat sebagai cahaya
di matamu, entah sebagai apa.
aku adalah cahaya yang
terlalu lama menunggu. hingga tak pernah lagi mampu membaca wajahmu.
tak sanggup lagi merenda melukis bagaimana warnamu di antara bias
pelangi. dan tak akan pernah sampai pada keheningan nafasmu.
aku adalah cahaya yang bukan cahaya. yang selalu temaram. menjadi buram
dan kelam. bahkan kau tak tahu disini ada aku yang mengirimimu do'a
malam-malam.
aku adalah cahaya yang selalu kau
hindari. karena aku bukan cahaya matahari. yang membikinmu tak pernah
berhenti :mencari, sesuka hatimu.dan aku aku adalah cahaya diantara
sejuta cahaya yang mengelilingimu. menantikan remahan katamu jatuh. lalu
kami lumuri dengan harapan : agar selalu kau lihat.
Dan Aku tetap saja menjadi temaram kunang di antara kilau cahaya bulan, aku remang di negeri hatimu yang terang..
mengayuh perahu di kejauhan yang bukan milik kita di bawah cahaya
Mengapa aku labuhkan juga ke dermaga, kelak terdayung ia menjadi dusta yang terikat di ujung sinar maya,
telahpun....ku coba menjaga kerlip namun kau jua inginkan berpendar
terkembang serupa layar, menghalauku ke pulau yang tak pernah terjangkau olehku dalam ingatan
berhentilah jangan kau suluh jua cahayaku yang redup dahadapmu
berhentilah menjerit untuk mengayuh perahu rasaku
karna embun harap yang aku seduh akan berakhir di pintu shubuh
menyelimuti seberang rindu yang ingin menyandarkanmu tempatku berteduh
lihatlah perahu itu oleng di hatiku karenaa aku tetap saja dimatamu
sebagai pendar cahaya yang paling redup. yang tak pernah kau anggap hidup.
[Pekanbaru 11/08/12,di Kamar Sunyi Abu Abdillah Ibnu Abbas].
aku adalah cahaya paling redup di hidupmu. tak pernah menerangi jalan-jalan yang kau tapaki. aku tak terlihat diantara gemerlap anggunmu, tak pernah terlihat mengisi kekosonganmu. tak pernah menjadi penunjuk arahmu. tak akan pernah menjadi lentera hatimu.
aku adalah cahaya yang tak pernah ada. sekali lagi tak pernah ada. meskipun aku ini ada. sedangkan aku tak pernah terlihat sebagai cahaya di matamu, entah sebagai apa.
aku adalah cahaya yang terlalu lama menunggu. hingga tak pernah lagi mampu membaca wajahmu. tak sanggup lagi merenda melukis bagaimana warnamu di antara bias pelangi. dan tak akan pernah sampai pada keheningan nafasmu.
aku adalah cahaya yang bukan cahaya. yang selalu temaram. menjadi buram dan kelam. bahkan kau tak tahu disini ada aku yang mengirimimu do'a malam-malam.
aku adalah cahaya yang selalu kau hindari. karena aku bukan cahaya matahari. yang membikinmu tak pernah berhenti :mencari, sesuka hatimu.dan aku aku adalah cahaya diantara sejuta cahaya yang mengelilingimu. menantikan remahan katamu jatuh. lalu kami lumuri dengan harapan : agar selalu kau lihat.
Dan Aku tetap saja menjadi temaram kunang di antara kilau cahaya bulan, aku remang di negeri hatimu yang terang..
mengayuh perahu di kejauhan yang bukan milik kita di bawah cahaya
Mengapa aku labuhkan juga ke dermaga, kelak terdayung ia menjadi dusta yang terikat di ujung sinar maya,
telahpun....ku coba menjaga kerlip namun kau jua inginkan berpendar
terkembang serupa layar, menghalauku ke pulau yang tak pernah terjangkau olehku dalam ingatan
berhentilah jangan kau suluh jua cahayaku yang redup dahadapmu
berhentilah menjerit untuk mengayuh perahu rasaku
karna embun harap yang aku seduh akan berakhir di pintu shubuh
menyelimuti seberang rindu yang ingin menyandarkanmu tempatku berteduh
lihatlah perahu itu oleng di hatiku karenaa aku tetap saja dimatamu
sebagai pendar cahaya yang paling redup. yang tak pernah kau anggap hidup.
[Pekanbaru 11/08/12,di Kamar Sunyi Abu Abdillah Ibnu Abbas].
Posted in: Puisi Dan Sajak