PROLOG (REDAKSI)
Syi'ah;
sebagai agama yang menyempal dari Islam yang suci, tidak kalah
berbahayanya dengan Ahmadiyah. Menyadari akan hal ini—ditambah lagi
kenyataan pilu bahwa kesesatan Syi'ah ini sudah banyak digandrungi oleh
generasi muda Islam di tanah air khususnya—, maka kami akan menyuguhkan
kepada sidang pembaca yang mulia, serangkaian aqidah Syi'ah yang jauh
menyimpang dari aqidah Islam, yang berusaha sekuat tenaga mereka
propagandakan ke negeri-negeri kaum muslimin tidak terkecuali Indonesia.
Agar kaum muslimin sadar, betapa berbahayanya agama Syi’ah yang
bertopeng Islam ini. Sengaja kami suguhkan kesesatan mereka dari
sumber-sumber asasi yang dijadikan rujukan oleh kaum Syi'ah sendiri,
agar fakta-fakta akan kesesatan mereka tidak tersamarkan lagi oleh
topeng taqiyyah (ideologi “bermuka dua” yang dianut sebagai titah agama
oleh kaum Syi'ah) yang mereka praktekkan ketika bermuamalah dengan kaum
muslimin. (Red)
BERLEBIHAN DALAM MENGAGUNGKAN AHLUL BAIT
Ahlul bait adalah: keluarga Ali, 'Aqil, Ja'far dan Abbas, termasuk juga istri-istri Nabi karena Allah ta'ala berfirman:
“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah
seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kalian
tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit
dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kamu
tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang jahiliah yang dahulu dan dirikanlah sholat, tunaikanlah
zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al Ahzab: 32-33)
Ahlusunnah mencintai dan mengasihi ahlul bait,
mencintai dan mengasihi para sahabat Nabi r. Akan tetapi mereka
(Ahlusunnah) juga meyakini bahwa tidak ada yang ma'shum (terpelihara
dari kesalahan) melainkan hanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassallam.
Di antara keyakinan Ahlussunnah juga: (bahwa) wahyu telah terputus
dengan wafatnya Nabi r, tidak ada yang mengetahui hal yang gaib kecuali
hanya Allah ta'ala, dan tidak seorang pun dari para manusia
yang telah mati bangkit kembali sebelum hari kiamat. Jadi, kita
Ahlusunnah menjunjung tinggi keutamaan ahlul bait dan selalu mendoakan
mereka agar senantiasa mendapatkan rahmat Allah ta'ala, tidak lupa kita
juga berlepas diri dari musuh-musuh mereka.
Al Kulainy dalam kitabnya al-Kaafi -yang mana ini
merupakan kitab yang paling shahih menurut Rafidhah-, dia telah
mengkhususkan di dalamnya bab-bab yang menguatkan sikap ekstrem
tersebut. Contohnya: di jilid I, hal 261, dia berkata, “Bab: bahwasanya
para imam mengetahui apa yang telah lalu dan apa yang akan datang, serta
bahwasanya tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi dari pengetahuan
mereka.” Dia juga telah meriwayatkan dalam halaman yang sama dari
sebagian sahabat-sahabatnya bahwa mereka mendengar Abu Abdillah 'alaihis
salam (yang dia maksud adalah Ja'far ash-Shadiq) berkata, “Sesungguhnya
aku mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi, aku mengetahui
apa-apa yang ada di dalam surya dan aku mengetahui apa yang telah lalu
serta yang akan datang.”
Dia juga berkata dalam jilid I, hal 258, “Bab:
bahwasanya para imam mengetahui kapan mereka akan mati dan mereka tidak
akan mati kecuali dengan kemauan mereka sendiri.”
Al-Kulainy di jilid I, hal 470 meriwayatkan dengan
sanadnya dari Abu Bashir bahwa ia bertanya kepada Abu Ja'far 'alaihis
salam, “Apakah kalian pewaris Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam?” Dia
menjawab, “Benar!” Lantas aku bertanya lagi, “Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam pewaris para Nabi mengetahui apa yang mereka ketahui?”
“Benar!”, jawabnya. Aku kembali bertanya, “Mampukah kalian menghidupkan
orang yang sudah mati dan menyembuhkan orang yang buta dan orang yang
terkena penyakit kusta?” “Ya, dengan izin Allah”, sahutnya.”
Husain bin Abdul Wahab dalam kitabnya 'Uyun
al-Mu'jizat hal 28 bercerita bahwasanya, Ali pernah berkata kepada
sesosok mayat yang tidak diketahui pembunuhnya, “Berdirilah -dengan izin
Allah- wahai Mudrik bin Handzalah bin Ghassan bin Buhairah bin 'Amr bin
al-Fadhl bin Hubab! Sesungguhnya Allah dengan izin-Nya telah
menghidupkanmu dengan kedua tanganku!” Maka berkatalah Abu Ja'far
Maytsam, Sesosok tubuh itu bangkit dalam keadaan memiliki sifat-sifat
yang lebih sempurna dari matahari dan bulan, sembari berkata, “Aku
dengar panggilanmu wahai yang menghidupkan tulang, wahai hujjah Allah di
kalangan umat manusia, wahai satu-satunya yang memberikan kebaikan dan
kenikmatan. Aku dengar panggilanmu wahai Ali, wahai Yang Maha
Mengetahui.” Maka berkatalah amirul-mu'minin, “Siapakah yang telah
membunuhmu?” Lantas orang tersebut memberitahukan pembunuhnya.
Berkata al-Kasany dalam kitabnya 'Ilm al-Yaqin fi
Ma'rifati Ushul ad-Din jilid II, hal 597, “Semua makhluk diciptakan
untuk mereka (para imam), dari mereka, karena mereka, dengan mereka dan
akan kembali kepada mereka. Karena -tanpa diragukan lagi- Allah
subhanahu wa ta'ala menciptakan dunia dan akhirat hanya untuk mereka.
Dunia dan akhirat untuk mereka dan milik mereka. Para manusia adalah
budak-budak mereka!”
Berkata Imam mereka Ayatullah al-Khomeini (Pemimpin
Revolusi Iran tahun 1979-red) di dalam kitabnya Al-Hukumah al-
Islamiyah hal 52, “Sesungguhnya para Imam memiliki kedudukan terpuji,
derajat yang tinggi dan kekuasaan terhadap alam semesta, di mana seluruh
bagian alam ini tunduk terhadap kekuasaan dan pengawasan mereka.”
Sulaim bin Qois dalam kitabnya hal 245 dengan
'gagahnya' berdusta dengan perkataannya, Bahwa Nabi r pernah berkata
kepada Ali, “Wahai Ali, sesungguhnya engkau adalah ilmu pengetahuan
Allah yang paling agung sesudahku, engkau adalah tempat bersandar yang
paling besar di hari kiamat. Barang siapa bernaung di bawah bayanganmu
niscaya akan meraih kemenangan. Karena hisab (penghitungan amal) para
makhluk berada di tanganmu, tempat kembali mereka adalah kepadamu. Mizan
(timbangan amalan), shirath (jalan yang mengantarkan para hamba ke
surga), dan al-mauqif (tempat berkumpulnya semua makhluk di hari akhir)
semua itu adalah milikmu. Maka barang siapa yang bersandar kepadamu,
niscaya akan selamat dan barang siapa yang menyelisihimu niscaya akan
celaka dan binasa! Ya Allah, saksikanlah 3x!”
Na'udzubillah…
Dengarlah Basim al-Karbalaiy menghasung dan
mendorong orang-orang Rafidhah (Syi'ah) untuk pergi ke kuburan Ali
radhiallahu 'anhu dan meminta kesembuhan darinya, berihram dan thawaf di
sekitar kuburannya, “Wahai yang berada di bawah kubah putih di kota
Najaf! Wahai Ali! Barang siapa yang berziarah ke kuburanmu dan meminta
kesembuhan darimu niscaya dia akan sembuh!”
Di dalam kitab Wasail ad-Darojat karangan
ash-Shaffar (hal 84), Abu Abdillah berkata: Konon Amirul Mu'minin (Ali)
pernah berkata, “Aku adalah ilmu Allah, aku adalah hati Allah yang
sadar, aku adalah mulut Allah yang berbicara, aku adalah mata Allah yang
melihat, aku adalah pinggang Allah, aku adalah tangan Allah.”
Na'uzubillah...!!
Dalam kitab Kasyf al-Yaqin Fi Fadhail Amir
al-Mu'minin karya Hasan bin Yusuf bin al- Muthahhir al-Hilly (hal 8)
disebutkan, Akhthab Khawarizm meriwayatkan dari Abdulloh bin Mas'ud
bahwasanya Rasulullah r bersabda: Tatkala Allah ciptakan Adam dan Dia
tiupkan ruh-Nya ke dalamnya, Adam bersin lantas mengucapkan,
“Alhamdulillah!” Maka Allah mewahyukan padanya, “Engkau telah memuji-Ku
wahai hamba-Ku, demi kekuatan dan keagungan-Ku kalau bukan karena dua
hamba yang akan Kutempatkan mereka di dunia, niscaya Aku tidak akan
menciptakanmu wahai Adam!” Serta merta Adam bertanya, “Mereka berdua
dari keturunanku?”, “Betul wahai Adam. Angkatlah kepalamu dan lihatlah!”
Maka Adam mengangkat kepalanya, dan ternyata telah tertulis di atas
'Arsy, “Tidak ada yang berhak disembah selain Allah, Muhammad Nabi kasih
sayang dan Ali penegak hujjah. Barang siapa yang mengetahui hak Ali
maka dia akan suci dan bahagia, dan barang siapa yang taat kepadanya
meskipun dia berbuat maksiat kepada-Ku akan Kumasukkan ke dalam surga.
Aku bersumpah demi kepekerkasaan-Ku; barang siapa yang tidak taat kepada
Ali meskipun dia taat kepada-Ku, niscaya akan Kumasukkan ke dalam
neraka!”
Lihatlah wahai para hamba Allah, bagaimana dia mengedepankan ketaatan kepada Ali di atas ketaatan kepada Allah!!!
Berkata Ni'matullah al-Jazairy dalam kitabnya
al-Anwar an-Nu'maniyah (jilid I, hal 30), Ali bin Abi Thalib pernah
berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku bersama Ibrahim ketika
dilemparkan ke dalam api dan akulah yang menjadikan api itu dingin serta
menyelamatkan. Aku juga bersama Nuh di kapalnya lantas akulah yang
menyelamatkan dia dari ketenggelaman. Aku juga bersama Musa, lantas aku
ajarkan Taurat kepadanya. Aku jugalah yang menjadikan Isa berbicara saat
dia masih dalam buaian, kemudian kuajarkan Injil padanya. Akulah yang
bersama Yusuf di dalam sumur, lantas kuselamatkan dia dari tipu daya
saudara-saudaranya. Dan aku bersama Sulaiman di atas permadani, kemudian
aku hembuskan angin baginya.”
Lantas apa yang tersisa untuk Allah?! Na'udzubillah...!!
Dalam kitab Wasail asy-Syiah karangan al-Hurr
al-'Amily (jilid X,hal 361) dan kitab Tahdzib al-Ahkam karya Abu Ja'far
ath-Thusy (jilid VI, hal 42) disebutkan: Dari Ali bin Asbath, dari
sebagian sahabat-sahabat kami, dari Abu Abdillah 'alaihi salam bahwa dia
ditanya, “Benarkah Allah mendahulukan 'menengok' para peziarah makam
Ali bin Husain 'alaihi salam sebelum 'menengok' orang-orang yang berada
di padang Arafah?”, “Betul” jawabnya. Lantas dia kembali ditanya,
“Bagaimana itu bisa terjadi?” Dia menjawab, “Karena di antara
orang-orang yang berada di padang Arafah terdapat anak-anak hasil
perzinaan, adapun para penziarah makam Husain seluruhnya suci tidak ada
satupun anak hasil perzinaan.”
Bagaimana mungkin mereka menganggap semua orang
Syi'ah suci dan bukan hasil perzinaan, padahal zina (baca: nikah mut'ah)
sendiri mereka anggap merupakan salah satu ritual ibadah yang paling
utama?!!
Na'udzubillah!
Dalam kitab Tahdzib al-Ahkam karya Abu Ja'far
ath-Thusy (jilid V, hal 372) disebutkan: Dari Zaid asy-Syahham, dari Abu
Abdillah 'alaihi salam berkata, “Barang siapa yang ziarah makam Abu
Abdillah (Husain) 'alaihis salam pada hari 'Asyura sedang dia mengetahui
hak-haknya, seakan-akan dia telah menziarahi Allah di 'Arsy-Nya.”
Demikianlah
sidang pembaca yang mulia, sekelumit tentang kesesatan Syi’ah dalam
mengagungkan imam-imam mereka melebihi Nabi dan Rasul, bahkan
menyetarakan mereka dengan Allah. Masih banyak lagi borok-borok aqidah
mereka yang patut kita waspadai yang Insya Allah kami akan beberkan di
lain kesempatan. (Red)
(dari artikel www.muslim.or.id)