-->

12 Agustus 2012

Kunci Kemenangan


Bismillah
Dengan jatuhnya Baghdad, otomatis Iraq jatuh ke dalam genggaman sekutu; AS dan Inggris. Berarti sudah dua negara kaum muslimin baru-baru ini yang sudah sukses diobok-obok oleh orang-orang kafir, yang pertama adalah Afghanistan kemudian disusul Negeri 1001 malam itu. Inilah nasib perjalanan hidup kaum muslimin, menjadi permainan orang-orang kafir tanpa punya daya untuk melawan.

Setiap muslim pasti merasa sedih dan geram melihat realita tersebut terpampang sinis di hadapannya. Namun jangan dulu terburu-buru untuk menunjukkan jari ke arah mereka (orang-orang kafir) itu sebagai biang keladi. Meski mereka mempunyai andil yang dominan. Tapi coba cermati, ada apa dalam tubuh kaum muslimin? Dalam krisis Iraq, negara-negara muslim hanya sekedar berteriak dan demo anti perang Irak, tidak lebih. Ironisnya, sebagian mereka mendukung agresi brutal itu. Sangat mengenaskan. Nah, nampak nyata bahwa mereka telah dihinggapi sindrom nasionalisme akut; pokoknya negara (kekuasaan) saya selamat. Nyata pula bahwa mereka terhinggapi penyakit cinta dunia dan sekaligus takut mati.

Hal ini jauh hari telah disinyalir oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya:
يُوْشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا. فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ الْمَهَابَةَ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمْ وَليَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ الْوَهْنَ. قَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَّةُ الْمَوْتِ

“Nyaris para umat akan mengerubungi kalian sebagaimana mengerumuni makanan. Seseorang bertanya: Apakah karena  jumlah kita sedikit? Jawab beliau: Tidak, bahkan jumlah kalian banyak, hanya saja seperti buih banjir. Allah telah m,encabut rasa takut mereka terhadap kalian. Dan sungguh Allah telah menyusupkan wahn ke dalam hati kalian. Mereka bertanya: Apa wahn itu? jawab beliau: Cinta dunia dan takut mati”. (Shahih. HR. Abu Daud, Ahmad, Ibnu Asakir dan At-Thabrani dan dishahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah no. 958).
Apakah keadaan ini akan terus menggelayuti umat Islam? Tidak, sebab Allah telah menjanjikan akan menyempurnakan cahayanya. Dan Rasul pun telah menandaskan bahwa umat Islam pada akhirnya akan memenangkan pergulatan ini. Namun, apakah kemenangan itu turun begitu saja dari langit? Tentu saja tidak. Umat Islam harus berupaya untuk mencari jalan meraih kemenangan yang telah dijanjikan.

A. Kemenangan sebuah kepastian.
Tumbangnya Afghanistan dan disusul Irak oleh kebrutalan invasi serdadu koalisi Amerika dan inggris menjadikan sebagian kaum muslimin pesimis dan berputus asa dari kemenangan. Di saat seperti ini maka kewajiban bagi kita sebagai para aktivis da’wah untuk memberikan kabar gembira sehingga umat Islam merasa optimis akan pertolongan Allah sebagaimana Dia menceritakan tentang Nabi Musa:
فَلَمَّا تَرَآءَا الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ  قَالَ كَلآ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. (QS. As-Syu’ara’: 61-62).
Kepada mereka yang dirundung kesedihan dan rasa pesimis akan kejayaan Islam, berikut ini  saya turunkan beberapa dalil yang menjelaskan bahwa Islam akan meraih kejayaan dan kemenangan. Semoga menjadi obat penawar akan luka di hati sanubari kita saat ini.

Dalil pertama:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. At-Taubah: 33).
Ayat mulia ini memberikan kabar gembira kepada kita semua bahwa Islam akan menang dan jaya di masa depan. Tidak seperti anggapan sebagian manusia bahwa ayat ini sudah terwujudkan pada masa Nabi, para khalifah rosyidin dan raja-raja Islam. Itu hanyalah sebagian saja, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Imam Muslim dalam Shahihnya(8/182) bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللاَّتُ وَالْعُزَّى فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنْ كُنْتُ لأَظُنُّ حِيْنَ أَنْزَلَ اللهُ: …….أَنَّ ذَلِكَ تَامًّا, قَالَ: إِنَّهُ سَيَكُوْنُ مِنْ ذَلِكَ مَا شَاءَ اللهُ

Tidaklah berlalu suatu malam dan siang sehingga Lata dan Uzza disembah. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, tatkala ayat itu turun “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai”. (At-Taubah: 33), saya menyangka sudah sempurna. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ayat itu akan terus terwujudkan di masa depan sekendak Allah.

Dalil kedua:
لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَلاَ يَتْرُكُ اللهُ بَيْتَ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ إِلاَّ أَدْخَلَهُ اللهُ هَذَا الدِّيْنَ بِعِزٍّ عَزِيْزٍ أَوْ بِذُلٍّ ذَلِيْلٍ عِزًّا يَعِزُّ اللهُ بِهِ الإِسْلاَمَ وَذُلاًّ يُذِلُّ بِهِ الْكُفْرَ
“Agama ini akan meluas (ke penjuru dunia) seluas malam dan siang. Allah tidak akan meninggalkan satu rumahpun di desa maupun kota kecuali Allah memasukkan agama ini ke dalamnya, dengan kemulian atau kehinaan yang sangat, kemuliaan yang Allah memuliakan Islam dengannya dan kehinaan yang Allah hinakan kekufuran dengannya. (HR. Ahmad (4/103), At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir (1/126), Ibnu Mandah dalam Al-Iman (1/102) Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (4/430-431) dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya (1631, 1632). Lihat As-Shahihah no. 3 dan Tahdzir Sajid hal. 118 oleh Al-Albani).
Dalil ketiga:
عَنْ عَبْدِ اللهِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ حَوْلَ رَسُوْلِ اللهِ نَكْتُبُ, إِذْ سُئِلَ رَسُوْلِ اللهِ: أَيُّ الْمَدِيْنَتَيْنِ تُفْتَحُ أَوَّلاً: الْقُسْطَنْطِيْنِيَّةُ أَوْ رُوْمِيَّةُ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: مَدِيْنَةُ هِرَقْلَ تُفْتَحُ أَوَّلاً. بَعْنِيْ قُسْطَنْطِيْنِيَّةَ.
Dari Abdullah bin Amr’ berkata: “Suatu kali kami pernah menulis di sekitar Rasulullah, tiba-tiba beliau ditanya: “Kota mana yang lebih dahulu ditaklukkan, Konstantinopel ataukah Roma (ibu kota Italia)? Rasulullah menjawab: Kotanya Heraclius lebih dahulu ditaklukkan yaitu Konstantinopel”. (HR. Ahmad (2/126), Darimi (1/126), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf (2/47), Al-Hakim (4/422, 508, 555) dengan sanad shahih. Lihat As-Shahihah no. 4).
Penaklukan pertama telah terwujudkan setelah delapan ratus tahun semenjak zaman Nabi di tangan Muhammad Al-Fatih Al-Utsmani sebagaimana sudah maklum dalam sejarah. Adapun penaklukan kedua akan segera terwujudkan dengan izin Allah. Engkau akan segera mengetahuinya sebentar lagi. Maka kewajiban kaum muslimin saat ini adalah mempersiapkan diri dengan bertaubat kepada Allah, mempraktekkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi, mematuhi perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan menyatukan barisan. Semoga hal ini lekas terwujudkan. (Dinukil dari Silsilah As-Shahihah juz.1 hal. 31-33 dan Tahdzir Sajid hal. 118-119).

B. Faktor-faktor kekalahan.
Tragedi-tragedi yang memilukan hati setiap muslim dan membuat air mata berlinang saat ini menjadikan kita bertanya-tanya: Mengapa kita selalu kalah? Mengapa kita begitu lemah tak berdaya? Kapankah pertolongan Allah tiba? Akankah kejayaan Islam terwujudkan di pelupuk mata?! Hendaknya setiap kita bercermin dan intropeksi diri dengan mengenal faktor-faktor kekalahan berikut kemudian bertindak lebih lanjut untuk menambal dan memperbaikinya guna merengkuh kemenangan yang kita dambakan semua. Berikut sebagaian faktor kekalahan kaum muslimin:

1.      Melanggar syari’at Allah.
Banyaknya jumlah pasukan dan lengkapnya persenjataan bukanlah suatu jaminan kemenangan bila kita -kaum muslimin- melanggar aturan agama Islam. Allah berfirman:
أَوَلَمَّآأَصَابَتْكُم مُّصِيبَةُُ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنفُسِكُمْ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرُُ
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran: 165).
وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Qs. As-Syura: 30).
Sejarah telah manjadi saksi akan hal ini. Dalam perang Uhud, Nabi memerintahkan kepada para pasukan panah yang dikomando oleh Abdullah bin Jubair,
“Tetaplah, jika kalian melihat kami menang, maka kalian tak perlu membantu kami. Dan jika kalian melihat mereka menang, maka janganlah kalian turun membantu kami”. Tatkala perang meletus, orang-orang kafir berlari tertatih-tatih. (Melihat hal itu) kaum muslimin mengatakan: “Harta rampasan, harta rampasan…! Mereka enggan mentaati teguran komandan mereka. Akhirnya sebanyak tujuh puluh sahabat meninggal dunia”. (Lihat Shahih Bukhari no. 4043).
Dalam kisah ini tersimpan sebuah pelajaran berharga bagi kaum muslimin yaitu segala kekalahan yang mereka pikul dalam kancah jihad dan da’wah, hanyalah disebabkan kemaksiatan mereka.
Amirul mukminin Umar bin Khattab pernah mengutus pasukannya yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash untuk menaklukkan Persia. Beliau menulis sebuah nasehat berharga berikut,
“Amma ba’du, sesungguhnya saya wasiatkan padamu beserta pasukanmu sekalian untuk selalu bertaqwa kepada Allah dalam setiap keadaan karena taqwa adalah senjata pemusnah musuh yang paling ampuh dan siasat perang yang paling jitu.
Saya wasiatkan padamu beserta pasukanmu untuk lebih mewaspadai  maksiat daripada kewaspadaan musuh karena dosa kalian lebih berbahaya daripada musuh kalian sendiri. Sesungguhnya kaum muslimin akan meraih kemenangan disebabkan dosa musuh mereka. Kalau bukan karena itu, kekuatan apa lagi yang kita miliki, jumlah tentara kita tak sebanding dengan jumlah mereka dan persenjataan kita tak sebanding dengan persenjataan mereka. Apabila kemaksiatan kita sepadan dengan mereka, maka mereka akan mengalahkan kita dengan kekuatannya. Dan apabila kemenangan bukan karena keutamaan kita, maka musuh tak akan kalah dengan kekuatan kita.
Ketahuilah bahwa kalian bersama para malaikat pencatat amal yang mengetahui perbutan kalian, maka merasa malu-lah kalian terhadap mereka, janganlah kalian berbuat maksiat dalam jihad fi sabilillah, janganlah kalian mengatakan: Sekalipun kita berbuat jelek, kita tidak akan kalah. Toh musuh kita jauh lebih jelek dibanding kita. Sebab bisa jadi suatu kaum dapat dikalahkan oleh kaum yang lebih jelek sebagaimana bani Israil dikalahkan oleh orang-orang kafir Majusi karena kemaksiatan mereka. Berdoalah kepada Allah untuk kemenangan kalian dan kekalahan musuh kalian” (Lihat Al-Bidayah wa Nihayah oleh imam Ibnu Katsir).
2.      Perpecahan dan perselisihan.
Penyakit berbahaya ini termasuk faktor utama kekalahan. Bukankah Allah telah menginformasikan bahwa penyebab kegagalan kaum muslimin pada perang uhud adalah perselisihan pasukan pemanah dan keengganan sebagian mereka untuk mentaati perintah Nabi?!!. Allah berfirman:
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللهُ وَعْدَهُ إِذْتَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي اْلأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّن بَعْدِ مَآأَرَاكُم مَّاتُحِبُّونَ
Dan sesungguhnya Alloh telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Alloh memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. (QS. Ali Imran: 152).
  • Imam Sya’bi rahimahullah berkata: “Tidaklah sebuah umat berselisih setelah Nabi mereka kecuali ahli batil (musuh) akan mengalahkan ahli haq (kaum muslimin)” (Lihat Siyar Alam Nubala’: 4/311, karya Adz-Dzahabi).
Fenomena sekarang sebagai bukti nyata bahwa setiap perjuangan yang dilancarkan oleh kaum muslimin tidak lepas dari persengkataan, perselisihan, perbedaan, kebencian dan kurangnya kekompakan. Akhirnya, dengan modal dengkul mereka nekad maju walaupun barisan centang perenang. Lantas, mungkinkah kita akan menang bila seperti ini modelnya?!

3.      Tergesa-gesa.
Semua orang tahu bahwa dalam medan perang penuh dengan tantangan, kemelaratan dan serba kesusahan sehingga banyak orang yang tak sabar dan tergesa-gesa. Penyakit ini juga merupakan faktor yang berdampak negatif yaitu kekalahan atau minimalnya adalah terlambatnya kemenangan. Allah berfirman:
قَالَ هُمْ أُوْلآءِ عَلَى أَثَرِي وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى 0 قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِن بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِىُّ
Berkata, Musa: “Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)”. Alloh berfirman: “Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. (QS. Thaha: 84-85).
Perhatikanlah ayat ini! Tatkala Nabi Musa tergesa-gesa, maka kaumnya mendapat fitnah yaitu beribadah kepada selain Allah.
  • Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah menjelaskan dalam I’lam Muwaqq’in (3/4): “Barangsiapa yang mencermati kecamuknya berbagai fitnah yang berbentuk kecil maupun besar di dunia Islam, niscaya dia akan mengetahui bahwa faktor penyebabnya adalah melalaikan kaidah ini dan tidak sabar menghadapi kemungkaran lalu ingin merubahnya tetapi malah membawa kerusakan yang lebih besar darinya”.
  • Al-Ustadz Muhammad Quthub rahimahullah menceritakan dalam bukunya “Waqi’una Al-Mua’shir” tentang harakah-harakah Islam Mesir internal maupun eksternal, katanya: “Adapun gerakan internal (Mesir), ternyata ada ketergesaan dalam memamerkan kekuatan kelompok, baik dengan pawai ke jalan-jalan, demonstrasi, longmars (gerak jalan) atau terjun ke kancah politik yang aktual saat itu seperti perang melawan komunis dan mendukung keamanan Mesir. Seakan-akan setiap kelompok mengatakan: “Tenang, kami ada di sini, kami bisa!!” hingga dia berkata: “Terlepas tentang persoalan yang aktual saat itu, namun bolehkah kelompok Islam terjun menanganinya? Ataukah kewajiban kita sekarang adalah menyerukan perbaikan pola hidup yang asasi, penegakan pilar-pilar dan penyempurnaan pendidikan dan bimbingan. Disebabkan ketergesaan sebelum matangnya, maka segala rencana program manjadi terhambat”. (Dinukil dari At-Tasfiyah wa Tarbiyah hal. 136 oleh Syeikh Ali bin Hasan Al-Halabi).
4.      Cinta dunia.
Virus berbahaya dan akut ini telah menyusup ke tubuh mayoritas kaum muslimin saat ini sehingga mereka tak berwibawa lagi di depan musuh-musuh Islam, mereka dianggap hina dina dan lemah oleh musuh Islam. Musuh-musuh Islampun sudah begitu berani berbuat semena-mena dan menginjak-nginjak kaum muslimin karena mereka mengetahui bahwa kaum muslimin terjangkit penyakit cinta dunia dan takut mati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُوْشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا. فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ الْمَهَابَةَ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمْ وَليَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ الْوَهْنَ. قَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَّةُ الْمَوْتِ
“Nyaris para umat akan mengerubungi kalian sebagaimana mengerumuni makanan. Seseorang bertanya: Apakah karena  jumlah kita sedikit? Jawab beliau: Tidak, bahkan jumlah kalian banyak, hanya saja seperti buih banjir. Allah telah m,encabut rasa takut mereka terhadap kalian. Dan sungguh Allah telah menyusupkan wahn ke dalam hati kalian. Mereka bertanya: Apa wahn itu? jawab beliau: Cinta dunia dan takut mati”. (Shahih. HR. Abu Daud, Ahmad, Ibnu Asakir dan At-Thabrani dan dishahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah no. 958).
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ
“Apabila kalian telah berjual beli dengan sistem i’nah (salah satu jenis riba), memegang  ekor-ekor sapi, cinta cocok tanam (terlena dengan kehidupan dunia) dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menurunkan kehinaan pada diri kalian, Allah tidak mencabutnya sehingga kalian kembali kepada agama kalian”. (HR. Ahmad dan Abu Daud dan dicantumkan Al-Albani dalam As-Shahihah no. 11).
Benar, betapa banyak manusia sekarang dimanjakan dengan kehidupan dunia. Siang malam mereka memeras keringat dan membanting tulang memburu harta, melalaikan shalat dan kewajiban agama dalam keadaan aman, bagaimana lagi saat kancah perang? Akankah kita meraih kejayaan Islam bila seperti ini keadaan kita? (Lihat tulisan “Cinta Dunia” dalam majalah Al-Furqon edisi 5/II Dzul Qo’dah 1423H).

C. Kunci kemenangan.
Setiap tujuan pasti ada jalannya dan setiap kemenangan pasti ada sebabnya. Kemenangan bukan hanya dengan angan-angan dan khayalan tetapi dengan usaha dan jerih payah untuk menggapainya. Hal ini menuntut kita untuk mengetahui lebih lanjut jalan menuju kemenangan. Berikut ini beberapa kunci kemenangan semoga kita dapat memahami, mempraktekkan dan menyebarkannya.

1.      Iman dan amal shaleh.
Inilah kunci utama kemenangan kaum muslimin. Tiada artinya di sisi Allah jumlah personel pasukan yang terlatih dan kuat, senjata canggih dan tipu daya musuh bila angin iman sudah berhembus di hati kaum muslimin karena Allah -Maha Mampu- telah berjanji pasti menolong hamba-Nya yang beriman dan beramal shaleh:

وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ  الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي اْلأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ اْلأُمُورِ

Sesungguhnya Alloh pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Alloh benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,  (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Alloh-lah kembali segala urusan. (QS. Al-Hajj: 40-41).

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Hai orang-orang mu’min, jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad: 7).

وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَيُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An-Nur: 55)

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (QS. Ar-Rum: 47).
Ayat-ayat  mulia ini menjelaskan bahwa Allah pasti menolong kaum mukminin untuk mengalahkan musuh-musuh Islam. Janji Allah pasti benar, tidak akan meleset. Sejarah menjadi saksi bagaimana Allah menolong Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada perang Badar, perang Ahzab dan perang-perang lainnya yang disaksikan dunia dengan rasa heran dan gelengan kepala. Demikian pula para salaf shaleh setelah Nabi, mereka meraih kemenangan yang mengundang decak kekaguman sehingga agama Islam menyebar ke penjuru dunia. Sayanganya, mengapa kaum muslimin sekarang selalu pulang dengan kegagalan dan kekalahan? Apakah berarti Allah tidak menepati janji-Nya? Jangan salahkan Allah! Salahkan kita sebagai hamba-Nya! Tanyakanlah kepada para mujahidin kita sekarang: Apakah mereka telah mentauhidkan Allah dan beriman dengan keimanan yang sebenarnya?! Ataukah mayoritas mereka masih bergelimang dengan kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan?! Bila keadaan mereka seperti ini lalu memohon kemenangan kepada Allah, maka perumpamaan mereka seperti seorang pekerja yang meminta gaji pada tuannya padahal dia tidak bekerja. Sungguh tak berakal sekali orang seperti ini.

Camkanlah baik-baik apa yang diceritakan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam kitabnya “Ar-Radd ala Al-Bakri”: “Tatkala pasukan Tartar hendak memasuki Damskus, para ulama tidak langsung bangkit memerangi mereka karena melihat mayoritas pasukannya masih banyak yang bersandar kepada sebuah kuburan, bahkan panglima mereka sendiri pernah mengatakan:
Wahai orang-orang yang takut pada pasukan Tartar
berlindunglah ke kuburan Abu Umar
niscaya dia akan menyelamatkan kalian dari mara bahaya.
Kemudian para ulama bangkit mengajarkan aqidah kepada manusia. Akhirnya tatkala mereka bertauhid, Allah memberikan kemenagan kepada mereka”.
Oleh karena kewajiban kaum muslimin saat ini di setiap jajaran, baik pemerintah, organisasi, aktivis da’wah, umat dan semua kalangan adalah memperbaiki aqidah dan keimanan sehingga mendapatkan kejayaan Islam sebagaimana diraih oleh para pendahulu kita. Inilah solusi utama keterpurukan umat saat ini. Allah berfirman:
إِنَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُ مَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَابِأَنفُسِهِمْ
Sesungguhnya Alloh tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du: 11).
Sungguh benar apa yang dikatakan Imam Malik bin Anas rahimahullah:
لاَ يَصْلُحُ آخِرُ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا
Umat ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan (meniru) bagamaina generasi awalnya menjadi baik.
2.      Persiapan perlengkapan perang.
Disamping persiapan rohani dengan keimanan dan ketaqwaan, diperlukan juga persiapan perlengkapan perang berupa pengadaan pasukan, persenjataan, makanan, obat-obatan serta segala kebutuhan perang. Tak kalah pentingnya juga pengaturan strategi dan menggelar majlis permusyawaratan militer guna menampung berbagai pendapat dan menetapkan sikap. Allah berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُم مَّااسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَتَعْلَمُونَهُمُ اللهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَاتُنْفِقُوا مِن شَىْءٍ فِي سَبِيلِ اللهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَتُظْلَمُونَ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Alloh dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Alloh mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Alloh niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS. Al-Anfal: 60).

وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِن كَرِهَ اللهُ انبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ

Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Alloh tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Alloh melemahkan keinginan mereka. Dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu”.  (QS. At-Taubah: 46).
Nabi r juga bersabda:
أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيُ
Ketahuilah bahwa kekuatan adalah panah. (HR. Muslim: 1917)
Termasuk juga dalam hadits ini persenjataan modern seperti pesawat tempur, tank, rudal, bom, tembak dan sebagainya.
Allah juga berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu. (QS. An-Nisa’: 71).
Rasulullah r bersabda:
الْحَرْبُ خُدْعَةٌ
Perang itu tipu muslihat.(HR. Bukhari no.3030 dan Muslim no. 1739-1740).
Dua hal di atas (Persiapan iman dan perlengkapan perang) merupakan kunci kemenangan yang tak dapat dipisahkan. Perhatikanlah (surat An-Nisa’: 102). Allah memerintahkan Nabi dan para sahabatnya agar tetap eksis menjalankan kewajiban shalat walaupun dalam kancah perang dengan selalu waspada dari serangan musuh.
Syeikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Dalam ayat ini terkumpul dua kunci kemenangan yaitu iman dan perlengkapan perang. Inilah kewajiban setiap pejuang sepanjang zaman, mereka harus tetap selalu menjaga keimanan dan ketaqwaan yang merupakan kunci utama kemenangan dan mempersiapkan segala kekuatan dan waspada dari tipu muslihat musuh. Dengan kedua kunci inilah kaum muslimin akan meraih kemenangan dan pertolongan Allah”.
3.      Sabar.
Saat perang adalah saat yang sangat kritis dan situasi yang mencekamkan sehingga dibutuhkan kesabaran dalam menghadapi lawan, melepaskan segala ketakutan dan bergerak maju tak gentar dengan penuh keberanian. Allah berfirman:
إِن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةُُ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةُُ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطُُ
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Alloh mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (QS. Ali Imran: 120).
Demi Allah, alangkah indah dan benarnya kalamullah di atas! Apabila kita bersabar dalam menghadapi musuh serta bertaqwa kepada Allah maka kita akan meraih kemenangan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Ketahuilah bahwa bahwa dalam kesusahan terdapat kelapangan, dalam kesabaran terdapat kemenangan dan dalam kesulitan terdapat kemudahan”. (HR. Ahmad, Al-Hakim, Abu Nu’aim dan Abdu bin Humaid. Dan dishahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah no. 2382).
  • Sahabat Abu Ubaidah bin Jarroh radhiyallahu ‘anhu pernah berkhutbah kepada pasukan perang Yarmuk ketika melawan Romawi: “Wahai hamba Allah! Tolonglah (agama) Allah, niscya Allah pasti menolong kalian dan menetapkan kaki kalian. Wahai kaum muslimin! Bersabarlah, karena kesabaran dapat menyelematkan seorang kekufuran, mendapatkan keridhoan Allah dan menghancurkan lawan…”
  • Sahabat Abu Sufyan bin Harb radhiyallahu ‘anhu juga berkhutbah dengan ungkapannya yang sangat berharga, diantaranya: “Demi Allah, kalian tidak akan dapat mengalahkan musuh itu (Romawi) dan meraih keridhoan Allah besok hari kecuali dengan kemantapan ketika perang dan sabar menghadapi tantangan”.
Allah juga memerintahkan kepada kaum mukminin supaya tetap bertahan menghadapi gempuran musuh:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Alloh sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS. Al-Anfal: 45).
Dan termasuk dosa besar dalam agama Islam lari dari medan perang. Rasulullah r pernah memikul tanah di punggungnya ketika membuat parit bersama para sahabat seraya berdoa:
وَثَبِّتِ الأَقْدَامَ إِنْ لاَقَيْنَا
Ya Allah, teguhkanlah kangkah kami ketika menghadapi (musuh). (HR. Bukhari 7/399).
4.      Yakin
Hendaknya para ulama’ dan pemimpin jihad membakar semangat dan meniupkan ruh patriotisme kepada pasukan Muslimin sehingga mereka betul-betul yakin akan pertolongan Allah. Janganlah sekali-kali membuat mereka pesimis dalam peperangan. Janganlah terkecohkan oleh trik pihak musuh yang selalu berupaya untuk meluruhkan semangat dan menganjlokkan mental. Perhatikanlah ayat berikut:
فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ قَالُوا لاَ طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا اللهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Alloh, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Alloh. Dan Alloh beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 249).
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As-Sajadah: 24).
Inilah yang sering didengungkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah ketika menghadapi pasukan Tartar. Dikisahkan, Tatkala tersebar isu bahwa pasukan Tartar hendak menuju Syam, maka rakyat saat itu sangat panik dan mereka bergegas hendak melarikan diri ke Mesir, mereka menjual hewan ternak, barang-barang dan pakaian dengan harga yang sangat relatif murah. Melihat keadaan seperti itu, Syeikh Ibnu Taimiyyah berkeliling bersama beberapa rekannya menganjurkan setiap warga supaya tenang, mengajak jihad dan tidak mundur ke belakang serta menganjurkan infaq untuk keperluan perang. Beliau juga menemui para petinggi Syam dan memompa semangat mereka untuk mengahadapi pasukan Tartar dan berjanji: Kita pasti menang! seraya membaca firman Allah:
ذَلِكَ وَمَنْ عَاقَبَ بِمِثْلِ مَاعُوقِبَ بِهِ ثُمَّ بُغِيَ عَلَيْهِ لَيَنصُرَنَّهُ اللهُ إِنَّ اللهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ
Demikianlah, dan barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Alloh akan menolongnya. Sesungguhnya Alloh benar-benar Maha Pema’af lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Hajj: 60).
Para petinggi menegurnya: Katakanlah Insya Allah. Beliau menjawab: Insya Allah dengan penuh keyakinan bukan ketergantungan. Akhirnya pertolongan Allah datang sehingga korban pasukan Tartar yang meninggal dunia  tak dapat terhitung jumlahnya. (Lihat Al-Bidayah wa Nihayah: 14/16-28 oleh Ibnu Katsir).
5.      Persatuan.
Kita semua mesti faham slogan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Konon slogan ini pernah terbukti ketika Indonesia menghadapi para penjajah negeri ini. Di saat para pejuang Indonesia menghadapinya dengan per suku dan kelompok, kegagalan dan hambatan selalu menghampiri mereka. Namun, tatkala mereka menghadapinya dengan persatuan maka musuhpun dengan mudah terpukul mengundurkan diri dan angkat kaki. Allah berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai. (QS. Ali-Imran: 103).
وَلاَتَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan ta’atlah kepada Alloh dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal: 46).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا
Jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. (HR. Muslim no. 2564).
(Lihat Tulisan “Menuju Persatuan Umat” dalam Al-Furqon edisi 5/11 Dzulhijjah 1423H).
6.      Keikhlasan.
Dalam kondisi perang, setiap orang hendaknya memusatkan kosentrasinya, janganlah fikiran kita dikacaukan oleh bisikan syetan tentang masalah harta, keluarga dan sebagainya, ikhlaskan niatkan kita hanya mengharapkan wajah Allah, syurga Allah dan keridhoan Allah.  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
غَزَا نَبِيٌّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ فَقَالَ لِقَوْمِهِ: لاَ يَتْبَعْنِيْ رَجُلٌ مَلَكَ بُضْعَ امْرَأَةٍ وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَبْنِيَ بِهَا وَلَمَا يَبْنِ وَلاَ أَحَدٌ بَنَى أَحَدٌ بَنَى بُيُوْتًا وَلَمْ يَرْفَعْ سُقُوْفَهَا وَلاَ أَحَدٌ اشْتَرَى غَنَمًا أَوْ خَلِفَاتٍ وَهُوَ يَنْتَظِرُ وِلاَدَهَا
“Ada seorang Nabi (Yusa’ bin Nun) dari seorang nabi pernah berperang lalu dia berkata kepada kaumnya: Janganlah ikut perang bersamaku seorang yang telah menikah dan ingin menggaulinya tetapi belum terlaksana, dan seorang yang membangun rumah tetapi belum sempurna atapnya dan juga seorang yang membeli kambing atau unta bunting yang dinanti beranaknya” (HR. Bukhari no. 3124, Ahmad (2/318) Lihat As-Shahihah no. 202).
Jadi, Nabi Yusa bin Nun ‘alaihissalaam terlebih dahulu ingin membersihkan hati para pasukannya supaya benar-benar ke depan bukan ke belakang. Sebab, seorang prajurit perang apabila hatinya ke depan, dia akan melawan musuh dengan jantan. Sebaliknya apabila hati mereka ke belakang, seketika itu juga dia akan mundur dari lawan.
  • Abdullah bin Rowahah radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan kepada pasukannya yang berjumlah tiga ribu pada perang Mu’tah ketika melawan Romawi yang berjumlah dua ratus ribu pasukan,
“Wahai semua orang, demi Allah, apa yang tidak kalian sukai dalam kepergian ini sebenarnya justru merupakan sesuatu yang kita cari, yaitu mati syahid. Kita tidak berperang dengan manusia karena jumlah, kekuatan dan banyaknya personil. Kita tidak memerangi mereka melainkan karena agama ini, yang dengannya Allah memuliakan kita. Maka berangkatlah, karena di sana hanya ada salah satu dari dua kebaikan, entah kemenangan entah mati syahid”. (Lihat Hilyatul Auliya’ : 1/119).
  • Sahabat Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu pernah berkhutbah di hadapan pasukan perang Yarmuk ketika melawan Romawi,
“Sesungguhnya hari ini termasuk hari-hari Allah, tidak sepantasnya ada kesombongan dan kedhaliman di dalamnya. Ikhlaskanlah jihadkan kalian dan mengharaplah pahala Allah atas amal kalian ini”.

D. Kesimpulan.
Wahai kaum muslimin, yakinlah bahwa kejayaan Islam akan terwujudkan dan kebatilan pasti akan terpendam dalam kehancuran! Akan tetapi,  bergegaslah menelusuri segala cacat yang menyebabkan kekalahan kemudian obatilah dengan mempraktekkan langkah-langkah menuju kemenangan terutama perbaikan aqidah dan keimanan! Kita berdoa kepada Allah supaya menolong kaum muslimin di manapun berada dan menghancurkan kaum kafirin.

artikel: abiubaidah.com
Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.