Hendaklah mereka menjauhi sebab-sebab perpecahan dan perselisihan di mana akidah Ahlu Sunnah satu dan visi mereka satu, tidak ada pada mereka alasan untuk berpecah belah dan berselisih kecuali kejahilan, kelaliman dan setan.
Dalam sahih muslim, “Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang ahli sholat di jazirah Arab, hanya saja dengan dia menaburkan benih perpecahan di antara mereka.”
1. Perselisihan itu buruk sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud sewaktu Utsman mengimami orang-orang sholat di Mina sebanyak empat rakaat, maka Abdullah beristirja’ (mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) lalu berkata, “Saya telah melakukan sholat bersama Rosululloh dua rakaat bersama Abu Bakar dua rakaat juga bersama Umar (dua rakaat).”
2. Muslim meriwayatkan dalam sahihnya dari Ibnu Mas’ud yang berkata, “Dahulu Rosululloh meluruskan pundak-pundak kami untuk sholat dan beliau bersabda, ‘Janganlah kalian berbeda-beda, maka hati kalian akan berselisih. Hendaklah yang berada di belakangku di antara kalian orang-orang dewasa yang berilmu lalu yang berikutnya lalu yang berikutnya!!’”
3. Imam Bukhori meriwayatkan dalam Sahihnya dari An Nu’man bin Basyir, ia berkata bahwa Rosululloh bersabda, “Benar-benar kalian akan meluruskan shaf-shaf kalian atau Alloh akan menyelisihkan wajah-wajah kalian.”
4. Dari Al Barra’ bin Azib, ia berkata, “Dahulu Rosululloh menyusupi shaf dari satu sisi ke sisi lainnya, Beliau meratakan pundak kami seraya bersabda, ‘Janganlah kalian berbeda-beda sehingga qalbu kalian berselisih.’ Rosululloh juga bersabda , ‘Sesungguhnya Alloh dan para malaikat bersholawat untuk shaf-shaf pertama.’” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad sahih, rijal-rijalnya sahih, kecuali Abdurrahman bin Usajah, namun An Nasaai telah mentsiqohkannya)
5. Dalam Shohihain dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ketika menjelang kematian Nabi, sementara di rumah beliau da beberapa orang laki-laki termasuk Umar bin Al Khattab, beliau bersabda, “Kemarilah saya akan menuliskan bagi kalian sebuah tulisan yang kalian tidak akan sesat setelahnya.” Umar berkata, “Sesungguhnya Nabi telah merasakan sakit yang sangat sementara pada kalian ada Al Quran dan cukuplah bagi kita Kitabulloh.” Akhirnya orang-orang yang ada di rumah itu berselisih dan bertengkar, di antara mereka ada yang berkata, “Dekatkanlah agar Rosululloh menuliskan buat kalian sebuah tulisan hingga kalian tidak akan sesat setelahnya.” Tapi di antara mereka juga ada yang mengatakan seperti perkataan Umar. Sehingga tatkala mereka sudah sangat gaduh dan berselisih di sisi Rosululloh, beliau bersabda, “Pergilah kalian dariku!”. Ubaidullah berkata: Dahulu Ibnu Abbas berkata, ”Sesungguhnya bencana, benar-benar bencana apa yang menghalangi Rosululloh untuk menuliskan bagi mereka tulisan itu, yakni perselisihan dan kegaduhan mereka.”
6. Al Bukhori meriwayatkan dalam Shohihnya dari Ubadah bin Shamit ia berkata: Nabi keluar untuk mengabarkan kami tentang Lailatul Qadr. Lalu tiba-tiba ada dua orang kaum muslimin yang bertengkar, maka Rosululloh bersabda, “Saya tadinya keluar hendak mengabarkan kalian tentang malam Lailatul Qadr, lalu si fulan dan fulan bertengkar, maka hal itu terangkat (terlupakan). Semoga itu lebih baik bagi kalian, carilah di kesembilan, ketujuh dan kelima!!”
7. Muslim meriwayatkan dalam Shohihnya dari Abi Sa’id Al Khudri yang berkata, “Rosululloh beri’tikaf di sepuluh hari pertengahan Ramadhan untuk mencari Lailatul Qodr sebelum ditampakkan bagi beliau. Ketika selesai sepuluh hari pertengahan Ramadhan, beliau memerintahkan untuk merobohkan bangunan masjid untuk diperbaiki. Setelah itu, ditampakkan bagi beliau bahwa Lailatul Qadr di sepuluh terakhir maka beliau pun memerintahkan untuk membangunnya, ia pun dibangun kembali. Kemudian beliau keluar menemui orang seraya bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya tadi telah ditampakkan padaku Lailatul Qadr, serta saya telah keluar untuk mengabarkan kalian tentangnya, namun tiba-tiba datang dua orang laki-laki yang berperkara, keduanya disertai setan, sehingga saya pun terlupakan (Lailatul Qodr), maka carilah di sepuluh terakhir Ramadhan!!” Sampai ucapan Imam Muslim: Ibnu Khallad meriwayatkan “Dua lelaki yang bertengkar “ sebagai pengganti dari “Dua lelaki yang beperkara “.
8. Abu Daud meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Abi Tsa’labah Al Khusyani, ia berkata bahwa Umar berkata, “Dahulu orang-orang kalau Rosululloh tinggal di suatu tempat, mereka pun berpencar ke pelbagai celah bukit dan lembah, maka Rosululloh bersabda, “Sesungguhnya berpencarnya kalian di celah-celah bukit dan lembah ini, hanyalah timbul sebab setan.” Maka tidaklah beliau singgah di suatu tempat setelah itu melainkan semua mereka berkumpul, sehingga diungkapkan (tentang mereka); “Andaikan dihamparkan satu kain untuk mereka maka itu sudah mencukupi”.
9. Al Bukhori meriwayatkan dalam Shohihnya dari Ali yang berkata, “Putuskanlah sebagaimana dahulu kalian putuskan, sebab sesungguhnya saya tidak suka perselisihan, agar manusia menjadi satu jamaah atau saya wafat sebagaimana wafatnya para sahabatku.”
Kalian –Alhamdulillah- wahai Ahlusunnah!! Bukanlah seperti Rawafidh (orang-orang Syiah Rafidhah) yang sebagian mereka mengafirkan sebagian yang lainnya, demikian juga para pemimpin Mu’tazilah sebagaimana mereka mengafirkan sebagian yang lainnya, sebagaimana yang tersebut dalam kitab Milal wan Nihal.
Adapun Ahlusunnah –Alhamdulillah, kebanyakan perselisihan mereka hanya tentang makna kalimat hadits dalam perkara-perkara ibadah yang memang datang dari Peletak Syariat secara beragam atau hanya tentang suatu hadits yang sisi pandang mereka berbeda-beda dalam menyahihkan atau mendhaifkan, dan lain sebagainya dari sebab-sebab perbadaan pendapat yang telah disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah.
Kalian mengetahui wahai Ahlusunnah!! Kalau para musuh kalian sangat merindukan agar kalian tertimpa bencana… kalian tahu kalau para musuh Islam tidaklah menakuti selain kalian, sehingga mereka sangat berambisi untuk memecah belah kekuatan persatuan kalian dengan segala macam cara.
Sesungguhnya kewajiban Ahlusunnah untuk memberi kesiapan memberikan solusi bagi semua persoalan dunia, merekalah yang mampu untuk itu dan pantas untuk itu, merekalah orang-orang yang telah Alloh berikan pemahaman terhadap Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh secara benar.
Sesungguhnya Ahlusunnah ternilai sebagai mayoritas penduduk dunia Islam, hanya saja berpecah belahnya mereka, berselisihnya mereka, dan kejahilan masing-masing bangsa tentang ihwal bangsa selainya telah membuat mereka meleleh dalam pandangan masyarakat dunia. Namun kita benar-benar mengharapkan semoga Alloh memberikan taufik kepada semua yang tegak mendakwahkan Sunnah untuk benar-benar memperhatikan keadaan Ahlusunnah serta menutupi kekurangan dan keberadaannya, semoga Alloh mengumpulkan kekuatan mereka.
Bukankah kalian wahai Ahlusunnah, manusia yang paling pantas dikumpulkan kekuatannya dan disatukan kalimatnya?! Robbul ‘Izzah berfirman dalam kitabnya yang mulia:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 103)
Nabi bersabda sebagaimana yang disebut dalam Shohihain dari hadits Abu Musa, “Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana satu bangunan yang sebagiannya menguatkan sebagian lainnya.”
Dan beliau bersabda, “Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta dan kasih sayang mereka laksana satu tubuh, jikalau ada anggota tubuh yang mengeluh, maka seluruh tubuh akan ikut merasakan sakit dan gelisah.”
Rafidhah menyibukkan dunia dengan kabar beritanya dan menyesatkan banyak manusia, bahkan menghalangi mereka dari menunaikan manasik (ibadah) haji. Di mana manusia telah datang dari segala penjuru yang jauh dan menunaikan manasik haji dan untuk mengingat Alloh di berbagai tempat yang mengandung syiar penuh barokah itu, lalu tiba-tiba keluar Rafidhah melakukan demonstrasi jahiliah sambil meneriakkan, “Khomeini…Khomeini…!!!”
Maka siapakah yang sanggup untuk menghancurkan perkumpulan macam ini yang melakukan pelanggaran terhadap perintah Alloh dan menjadikan haji sebagai syiar anarkis, kericuhan dan seruan jahiliah…!!?? Tidak ada yang sanggup selain Ahlusunnah (dengan izin Alloh) jika kalimat mereka bersatu dan mereka benar-benar sebagai Ahlusunah sejati.
Sesungguhnya kebangkitan Islam yang telah dikehendaki oleh Alloh ini membutuhkan perhatian, lalu siapakah yang akan memperhatikannya selain dari Ahlusunnah?!
Dikutip dari buku: Judul: Mutiara Nasihat Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i Kepada Para Penuntut Ilmu dan Salafiyyin Penyusun: Abul Hasan ‘Ali bin Ahmad bin Hasan Ar Razihi Penerjemah: Abi Ismail Fuad Muraja’ah: Al Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar Penerbit: Pustaka Al Haura’, Jogjakarta