Pengantar
Disekeliling Ibnu Taimiyah terdapat
orang-orang terkemuka dalam bidangnya. Salah satunya adalah Ulama hadits
tawadhu nan sabar yang terkenal dengan Nama Al Mizzi[1]
yang merupakan mertua dari Ibnu katsir-seorang ahli tafsir terkemuka
dan pernah dipenjara karena membela pendapat Ibnu Taimiyah tentang masalah Thalaq-.
Al hafidz Al Mizzi yang namanya tersohor dalam dunia hadits lewat dua kitab tebalnya Yang berjudul Tahzibul Kamal dan Tuhfatul Asyraf bima’rifatil Athraf
merupakan murid sekaligus teman dekat Ibnu Taimiyah dalam belajar
hadits sebagaimana yang ceritakan oleh Az Zahabi dalam biografi al
Mizzi dalam Tazkiratul Huffaz.
Kecintaan Al Mizzi terhadap Ibnu Taimiyah
terlihat ketika ia dengan penuh kasih sayang memandikan Jenazah guru
dan sahabatnya tersebut lalu mengantarkannya menuju pusaranya[2].
Al Mizzi adalah seorang ulama rijal yang
mengambil mazhab Salaf dalam Aqidah. Pilihan Inilah yang membuatnya
harus berhadapan dengan ulama sekelilingnya yang berpemahaman Takwil
serta memusuhi sahabatnya-ibnu Taimiyah-.
Pembelaan Ibnu Taimiyah
Diceritakan dalam biografi Al Mizzi dan
Juga Ibnu Taimiyah tentang Cobaan yang dihadapi Oleh Al Mizzi yang
menyebarkan dakwah Salaf dalam Aqidah dengan mengajarkan Kitab Khalqu
Afa’lil ibad milik Amirul Mu’minin Fil Hadits Al Imam Al Bukhari
Rahimahullah.
Berikut penuturan Ibnu Katsir dalam Kitab
Al-Bidayah Wa an-Nihayah pada peristiwa yang terjadi sekitar tahun 705
Hijriah terkait Dengan ibnu Taimiyah
وكان للشيخ تقي الدين من الفقهاء جماعة
يحسدونه لتقدمه عند الدولة وانفراده بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر
وطاعة الناس له ومحبتهم له وكثرة أتباعه وقيامه في الحق وعلمه وعمله ثم وقع
بدمشق خبط كثير وتشويش بسبب غيبة نائب السلطنة وطلب القاضي جماعة من أصحاب
الشيخ وعزر بعضهم ثم اتفق ان الشيخ جمال الدين المزي الحافظ قرأ فصلا
بالرد على الجهمية من كتاب أفعال العباد للبخاري تحت قبة النسر بعد قراءة
ميعاد البخاري بسبب الاستسقاء فغضب بعض الفقهاء الحاضرين وشكاه إلى القاضي
الشافعي ابن صصرى وكان عدو الشيخ فسجن المزي فبلغ الشيخ تقي الدين فتألم
لذلك وذهب إلى السجن فأخرجه منه بنفسه وراح إلى القصر فوجد القاضي هنالك
فتقاولا بسبب الشيخ جمال الدين المزي فحلف ابن صصرى لا بد أن يعيده إلى
السجن وإلا عزل نفسه فأمر النائب باعادته تطييبا لقلب القاضي فحبسه عنده في
القوصية أياما ثم أطلقه ولما قدم نائب السلطنة ذكر له الشيخ تقي الدين ما
جرى في حقه وحق اصحابه في غيبته فتألم النائب لذلك ونادى في البلد أن لا
يتكلم احد في العقائد ومن عاد إلى تلك حل ماله ودمه ورتبت داره وحانوته
فسكنت الامور
Ada sekolompok fuqaha yang mendengki
Ibnu Taimiyah karena kedudukan tingginya dalam kenegaraan dan
tindak-tanduknya yang sendirian menyeru kepada kebaikan dan melarang
kemungkaran serta ketaatan dan cinta manusia kepadanya. Ditambah lagi
dengan banyaknya pengikut, ilmu, dan amal baik.
Terjadilah beberapa ketegangan di
Damaskus sehubungan dengan absennya pejabat perwakilan sulthan.
Sekelompok orang meminta Qadhi untuk mengadili Ibnu Taimiyah dan
murid-muridnya serta menahan sebagian dari mereka.
Disaat yang sama, al hafidz Al Mizzi
membaca sebuah pasal tentang bantahan terhadap Jahmiyah dari kitab
[Khalqu] Af’alil Ibad milik Imam Bukhari dibawah Qubah Nashr (masjid
Umawi,pent). Setelah membaca janji Imam bukhari yang disebabkan Oleh
istisqa’ maka marahlah beberapa hadirin lalu mengadukannya kepada Qadhi
Syafii Ibnu Shasra yang merupakan Musuh syaikh [ibnu Taimiyah]. Maka
ditahanlah Al Mizzi. Berita tersebut sampai kepada Syaikh Taqiyuddin
[Ibnu Taimiyah]. Berita tersebut menyeakiti perasaan beliau dan beliau
langsung bergegas menuju penjara dan membebaskannya. Ibnu Taimiyah
kemudian pergi menuju Istana dan bertemu dengan dengan Qadhi [Shasra]
disana. Mereka kemudian berdebat terkait dengan syaikh Jamaluddi Al
Mizzi. Ibnu Shasra bersumpah untuk kembali memenjarakan Al Mizzi atau ia
mengundurkan diri sebagai Qadhi. [kabar sampai ke Mesir] Demi mendengar
sumpah itu, maka pejabat perwakilan Sulthan memerintahkan untuk kembali
memenjarakan al Mizzi untuk menyenangkan hati Qadhi [Ibnu Shasra] di
kota Qusay [Mesir] selama beberapa hari kemudian melepaskannya kemballi.
Ketika pejabat perwakilan kesulthanan
kembali ke Damaskus, Ibnu Taimiyah menceritakan kepadanya tentang hal
yang terjadi kepadanya dan murid-muridnya ketika dia tidak ada. Pejabat
tersebut sangat sakit hati kemudian mengumumkan di Damaskus bahwa tidak
boleh seorangpun berdebat seputar Aqidah. Siapapun yang melakukannya
maka halal harta dan darahnya serta rumah dan tokonya akan diratakan
dengan tanah. Setelah itu keadaan menjadi tenang.
Cerita ini juga dituturkan Oleh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy dalam Kitab Dur Al-Kaminah 170/1
في ثاني عشر رجب قرأ المزي فصلا من كتاب
أفعال العباد للبخاري في الجامع فسمعه بعض الشافعية فغضب وقالوا نحن
المقصودون بهذا ورفعوه إلى القاضي الشافعي فأمر بحبسه فبلغ ابن تيمية فتوجه
إلى الحبس فأخرجه بيده
Pada 12 Rajab, Hafizh Al-Mizzi
membacakan Kitab Khalq Af’al ‘Ibad karangan Imam Bukhari di Masjid
Umawi. Beberapa Syafi’iyah mendengarkannya dan menjadi marah. Mereka
mengatakan “Kitalah yang sedang dibicarakan”. Mereka
kemudian mengadukannya [Hafizh Al-Mizzi] ke pengadilan melalui Qadhi
Syafi’i dan ia memerintahkan agar beliau [Hafizh Al-Mizzi] ditahan.
Berita ini sampai kepada Syaikh Ibnu Taimiyah, kemudian ia bergegas
kepenjara dan membebaskannya sendirian.
Kisah ini nampaknya sangat masyhur,
terbukti banyak Ahli sejarah yang mencatat dalam kitab mereka. Selain
dua ulama diatas, ulama lain yang mencatat kisah tersebut adalah As
Sakhawi dalam I’lanut Taubih, As Shafadhi, dan Ibnu Abdil hadi Az Zahabi
dalam Tarikh Islam.
Sangat jelas kecintaan Ibnu Taimiyah terhadap al Mizzi dalam hal ini. Semoga Allah mengumpulkan kita dan beliau disyurga Jannatun naim.
Kekeliruan Asyairah
Apa gerangan yang membuat Qadhi Syafii Marah dengan kitab karangan orang Sekaliber Imam Bukhari?
Kita Tahu bahwa Ibnu Taimiyah dan
Murid-muridnya mendapat ujian berat di Damaskus terkait dengan mazhab
Salaf yang mereka bawa bertentangan dengan mazhab Asyariyah yang dianut
oleh banyak ulama pemerintah saat itu.
Ibnu katsir menceritakan kisah tersebut
dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi ditahun 705 hijriah sehubungan
dengan hal-hal yang terjadi kepada gurunya ibnu Taimiyah. Setting cerita
tersebut secara jelas mengisahkan ketegangan-ketegangan antara ibnu
Taimiyah dan murid-muridnya dengan ulama-ulama Asyairah yang membuatnya
diadili beberapa kali dan dipenjara selanjutnya dipindahkan kemesir.
Sebagai orang dekat ibnu Taimiyah, Al
Mizzi kena getahnya karena membacakan kitab Khalqu Af’alil ibad yang
membahas beberapa permasalahan Aqidah seperti ketinggian Allah,
Kalamullah, rukyah, dan qadar.
Sebagaimana Kita ketahui bahwa Asyairah
menyatakan bahwa Alqur’an adalah kalam nafsi. Konsekwensinya mereka
meyakini bahwa Al qur’an yang diturunkan lewat Jibril adalah
interpretasi dari jibril yang otomatis adalah makhluk. Memang mereka
dilarang menyebutkan kepada orang awam bahwa Alqur’an yang ada ddidunia
adalah makhluk, namun mereka mengatakan demikian dikalangan ahli ilmu
diantara mereka atau ketika sedang belajar. Kalau mereka mengatakan
bahwa Alqur’an adalah Kalamullah, maka yang dimaksud adalah Alqur’an
yang ada di Lauhil manhfudz yang tak berhuruf dan tak bersuara.
Sekalipun tidak sama dengan pemahaman jahmiyah secara utuh, namun
paling tidak mereka telah mengadopsi pemahaman jahmiyah dalam mengatakan
bahwa Alqur’an yang ada didunia ini adalah makhluk.
Ahlussunnah memahami bahwa alqur’an merupakan kalamullah yang
bersuara dan berhuruf serta sesuai dengan kemuliaan dan keagungan Allah
Taala yang tidak sama dengan makhluknya sebagaimana terdapat dalam Kitab
Khalqu af’alil Ibad.Dari sinilah kemungkinan besar muncul kejengkelan Syafiiyah tersebut dan melaporkah Al Mizzi kepada Hakim lalu memenjarakan Beliau. yang jelas point-point dalam Kitab khalqu Af’alil Ibad memang bertentangan dengan Paham Asyairah
Sungguh cerita Ini telah membongkar kekeliruan Asyairah dan kebencian mereka terhadap Imam-Imam Sunnah.
Semoga bermanfaat
Saudaramu: dobdob
[1] Al-Hafizh al-Mizzi rahimahullah adalah seorang ulama besar ahlus Sunnah bermadzhab Syafi’i.
Nama lengkapnya adalah Yusuf bin az-Zaki Abdurrahman ad-Dimasyqi.
Biografi beliau dapat kita temui dalam kitab Thabaqat Syafi’iyah al-Kubra karya Tajudin as-Subki rahimahullah, juga kitab Thabaqat al-Huffazh karya imam Jalaludin as-Suyuti rahimahullah dan kitab2 lainnya.
Beliau adalah mertua sekaligus guru dari imam ibnu Katsir rahimahullah dan juga imam adz-Dzahabi rahimahullah serta As Subki
Karyanya yang paling besar adalah kitab Tahdzib al-Kamal fii Asma ar-Rijal (dan juga al-Athraf), yang dianggap sebagai salah satu kitab yang terbaik dalam penulisan biografi para periwayat hadits.
Imam as-Subki rahimahullah menyebut beliau sebagai salah seorang diantara ulama2 hadits yang paling terkenal di zamannya dan dia tidak pernah melihat orang yang lebih hafidz dari 4 orang. Salah satunya adalah beliau.
Nama lengkapnya adalah Yusuf bin az-Zaki Abdurrahman ad-Dimasyqi.
Biografi beliau dapat kita temui dalam kitab Thabaqat Syafi’iyah al-Kubra karya Tajudin as-Subki rahimahullah, juga kitab Thabaqat al-Huffazh karya imam Jalaludin as-Suyuti rahimahullah dan kitab2 lainnya.
Beliau adalah mertua sekaligus guru dari imam ibnu Katsir rahimahullah dan juga imam adz-Dzahabi rahimahullah serta As Subki
Karyanya yang paling besar adalah kitab Tahdzib al-Kamal fii Asma ar-Rijal (dan juga al-Athraf), yang dianggap sebagai salah satu kitab yang terbaik dalam penulisan biografi para periwayat hadits.
Imam as-Subki rahimahullah menyebut beliau sebagai salah seorang diantara ulama2 hadits yang paling terkenal di zamannya dan dia tidak pernah melihat orang yang lebih hafidz dari 4 orang. Salah satunya adalah beliau.
Biogragi Al Mizzi disebutkan dalam
jajaran Huffadz oleh Az Zahabi yang juga merupakan muridnya dalam Kitab
yang bernama Tazkiratul Huffadz. Beliau menyebutkan:
Guru kami Al Imam Al alim yang sholeh dan Hafidz. Salah seorang
Muhaddits syam Jamaluddin Abu al Hajjâj Yusuf bin Zaki Abdurrahman bi
Yusuf al Qadhâi Al kalbi Al Dimasqi Al Syafii.
Lahir di tengah kota Halab pada tahun 656
Hijriah dan tumbuh di Mizzah. Hafal qur’an dan mulai ahli fiqih
kemudian mencapai ketinggian derajat keahlian. Beliau belajar kitab al
Hilyah seluruhnya dan banyak kitab lain kepada ibnu Abi al Khair tahun
705 Hijriah. Beliau juga Belajar Musnad, kutubussittah, Mu’jam tabrani,
dan beberapa bagian ath Thibrizadiyah dan al Kindiyah.beliau belajar
sohih Muslim dari al Irbilî kemudian melakukan rihlah pada tahun 683
Hijriah lalu belajar dari al Izz al Harrânî, ibnu al anmâthî, Ghazy, dan
yang selevel dengan mereka. Beliau belajar di dua tanah haram, halab,
Hamat, ba’labak, dll.
Mengarang Kitab Tahzib [al kamal fi
ma’rifati al rijal] sejumlah 200 bagian. Beliau juga mengarang kitab al
Athraf (al Asyraf fi ma’rifatil Athraf, red) sebanyak 80 bagian lebih
dan mentakhrijnya untuk dirinya sendiri kemudian mendiktekkan dan
menjelaskan kemusykilan dan detil-detilnya di beberapa majlis sehubungan
dengan pengetahuannya yang mendalam terhadap ilmu hadits dn rijalnya.
Dia juga menggantikan beberapa syaikh diantara di Madrasah al
Asyrafiyyah.
Dia adalah orang yang tsiqah, sumber ilmu
yang banyak, baik akhlaknya, banyak diam, sedikit berbicara, bagus
logatnya dan tidak memilki kecendrungan kepada hawa nafsu, mengetahui
dan menukil thabaqah ketika menyampaikan hadits. Sepertinya Ia sama
sekali tidk asing dengan apa yang ia baca dan bahkan ia mengaitkan
sanad-sanad dengan matan secara baik dan berfaidah yang membuat takjub
jamaah yang mendengarnya. Beliau Tawadhu, pemurah, sabar, sederhana
dalam berpakain dan makan dan banyak menempuh kebaikan.
Beliau banyak bersama dengan ibnu
Taimiyah dalam belajar hadits dan melakukan penelitian ilmiah. Beliau
juga menetapkan yang ditempuh salaf dalam sunnah lalu menggunakannya
untuk memperkuat untuk membahas penelitian-penelitian ilmiah dan
Kaidah-kaidah kalam.
Terjadi perdebatan dan pertentangan antara aku dan dia yang meninggalkan hal tersebut justeru lebih selamat dan lebih utama.
Sekalipun begitu, beliau memiliki banyak
karya dan hal-hal lain yang –alhamdulillah- baik dan selamat. Namun
mungkin aku tidak mengetahuinya dalam 1000 hal tentang hal itu.
Saya [dobdob] tidak setuju untuk
menyetakan bahwa seseorang pernah mencicipi ilmu hadits kalau dia tidak
mengenal Al Mizzi. Allahu a’lam
[2] Al Bidayah Wannihayah pada peristiwa tahun 728 Hijriah seputar wafatnya syaikhul Islam
0 komentar:
Posting Komentar