-->

13 Agustus 2012

Pembelaan Untuk Al Mizzi



Pengantar
Disekeliling Ibnu Taimiyah terdapat orang-orang terkemuka dalam bidangnya. Salah satunya adalah Ulama hadits tawadhu nan sabar yang terkenal dengan Nama Al Mizzi[1] yang merupakan mertua dari Ibnu katsir-seorang ahli tafsir terkemuka  dan pernah dipenjara karena membela pendapat Ibnu Taimiyah tentang masalah Thalaq-.
Al hafidz Al Mizzi  yang namanya tersohor dalam dunia hadits lewat dua kitab tebalnya Yang berjudul Tahzibul Kamal dan Tuhfatul Asyraf bima’rifatil Athraf merupakan murid sekaligus teman dekat Ibnu Taimiyah dalam belajar hadits sebagaimana yang ceritakan oleh Az Zahabi dalam biografi al  Mizzi dalam Tazkiratul Huffaz.
Kecintaan Al Mizzi terhadap Ibnu Taimiyah terlihat ketika ia dengan penuh kasih sayang memandikan Jenazah guru dan sahabatnya tersebut lalu mengantarkannya menuju pusaranya[2].
Al Mizzi adalah seorang ulama rijal yang mengambil mazhab Salaf dalam Aqidah. Pilihan Inilah yang membuatnya harus berhadapan dengan ulama sekelilingnya yang berpemahaman Takwil serta memusuhi sahabatnya-ibnu Taimiyah-.
Pembelaan Ibnu Taimiyah
Diceritakan dalam biografi Al Mizzi dan Juga Ibnu Taimiyah tentang Cobaan yang dihadapi Oleh Al Mizzi yang menyebarkan dakwah Salaf dalam Aqidah dengan mengajarkan Kitab Khalqu Afa’lil ibad milik Amirul Mu’minin Fil Hadits Al Imam Al Bukhari Rahimahullah.
Berikut penuturan Ibnu Katsir dalam Kitab Al-Bidayah Wa an-Nihayah pada peristiwa yang terjadi sekitar tahun 705 Hijriah terkait Dengan ibnu  Taimiyah
وكان للشيخ تقي الدين من الفقهاء جماعة يحسدونه لتقدمه عند الدولة وانفراده بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر وطاعة الناس له ومحبتهم له وكثرة أتباعه وقيامه في الحق وعلمه وعمله ثم وقع بدمشق خبط كثير وتشويش بسبب غيبة نائب السلطنة وطلب القاضي جماعة من أصحاب الشيخ وعزر بعضهم ثم اتفق ان الشيخ جمال الدين المزي الحافظ قرأ فصلا بالرد على الجهمية من كتاب أفعال العباد للبخاري تحت قبة النسر بعد قراءة ميعاد البخاري بسبب الاستسقاء فغضب بعض الفقهاء الحاضرين وشكاه إلى القاضي الشافعي ابن صصرى وكان عدو الشيخ فسجن المزي فبلغ الشيخ تقي الدين فتألم لذلك وذهب إلى السجن فأخرجه منه بنفسه وراح إلى القصر فوجد القاضي هنالك فتقاولا بسبب الشيخ جمال الدين المزي فحلف ابن صصرى لا بد أن يعيده إلى السجن وإلا عزل نفسه فأمر النائب باعادته تطييبا لقلب القاضي فحبسه عنده في القوصية أياما ثم أطلقه ولما قدم نائب السلطنة ذكر له الشيخ تقي الدين ما جرى في حقه وحق اصحابه في غيبته فتألم النائب لذلك ونادى في البلد أن لا يتكلم احد في العقائد ومن عاد إلى تلك حل ماله ودمه ورتبت داره وحانوته فسكنت الامور
Ada sekolompok fuqaha yang mendengki Ibnu Taimiyah karena kedudukan tingginya dalam kenegaraan dan tindak-tanduknya yang sendirian menyeru kepada kebaikan dan melarang kemungkaran serta ketaatan dan cinta manusia kepadanya. Ditambah lagi dengan banyaknya pengikut, ilmu, dan amal  baik.
Terjadilah beberapa ketegangan di Damaskus sehubungan dengan absennya pejabat perwakilan sulthan. Sekelompok orang meminta Qadhi untuk mengadili Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya serta menahan sebagian dari mereka.
Disaat yang sama, al hafidz Al Mizzi membaca sebuah pasal tentang bantahan terhadap Jahmiyah dari kitab [Khalqu] Af’alil Ibad milik Imam Bukhari dibawah Qubah Nashr (masjid Umawi,pent). Setelah membaca janji Imam bukhari yang disebabkan Oleh istisqa’ maka marahlah beberapa hadirin lalu mengadukannya kepada Qadhi Syafii Ibnu Shasra yang merupakan Musuh syaikh [ibnu Taimiyah]. Maka ditahanlah Al Mizzi. Berita tersebut sampai kepada Syaikh Taqiyuddin [Ibnu Taimiyah]. Berita tersebut menyeakiti perasaan beliau dan beliau langsung bergegas menuju penjara dan membebaskannya. Ibnu Taimiyah kemudian pergi menuju Istana dan bertemu dengan dengan Qadhi [Shasra] disana. Mereka kemudian berdebat terkait dengan syaikh Jamaluddi Al Mizzi. Ibnu Shasra bersumpah untuk kembali memenjarakan Al Mizzi atau ia mengundurkan diri sebagai Qadhi. [kabar sampai ke Mesir] Demi mendengar sumpah itu, maka pejabat perwakilan Sulthan memerintahkan untuk kembali memenjarakan al Mizzi untuk menyenangkan hati Qadhi [Ibnu Shasra] di kota Qusay [Mesir] selama beberapa hari kemudian melepaskannya kemballi.
Ketika pejabat perwakilan kesulthanan kembali ke Damaskus, Ibnu Taimiyah menceritakan kepadanya tentang hal yang terjadi kepadanya dan murid-muridnya ketika dia tidak ada. Pejabat tersebut sangat sakit hati kemudian mengumumkan di Damaskus bahwa tidak boleh seorangpun berdebat seputar Aqidah. Siapapun yang melakukannya maka halal harta dan darahnya serta rumah dan tokonya akan diratakan dengan tanah. Setelah itu keadaan menjadi tenang.
Cerita ini juga dituturkan Oleh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy dalam Kitab Dur Al-Kaminah 170/1
في ثاني عشر رجب قرأ المزي فصلا من كتاب أفعال العباد للبخاري في الجامع فسمعه بعض الشافعية فغضب وقالوا نحن المقصودون بهذا ورفعوه إلى القاضي الشافعي فأمر بحبسه فبلغ ابن تيمية فتوجه إلى الحبس فأخرجه بيده
Pada 12 Rajab, Hafizh Al-Mizzi membacakan Kitab Khalq Af’al ‘Ibad karangan Imam Bukhari di Masjid Umawi. Beberapa Syafi’iyah mendengarkannya dan menjadi marah. Mereka mengatakan “Kitalah yang sedang dibicarakan”. Mereka kemudian mengadukannya [Hafizh Al-Mizzi] ke pengadilan melalui Qadhi Syafi’i dan ia memerintahkan agar beliau [Hafizh Al-Mizzi] ditahan. Berita ini sampai kepada Syaikh Ibnu Taimiyah, kemudian ia bergegas kepenjara dan membebaskannya sendirian.
Kisah ini nampaknya sangat masyhur, terbukti banyak Ahli sejarah yang mencatat dalam kitab mereka. Selain dua ulama diatas, ulama lain yang mencatat kisah tersebut adalah As Sakhawi dalam I’lanut Taubih, As Shafadhi, dan Ibnu Abdil hadi Az Zahabi dalam Tarikh Islam.
Sangat jelas kecintaan Ibnu Taimiyah terhadap al Mizzi dalam hal ini. Semoga Allah mengumpulkan kita dan beliau disyurga Jannatun naim.
Kekeliruan Asyairah
Apa gerangan yang membuat Qadhi Syafii Marah dengan kitab karangan orang Sekaliber Imam Bukhari?
Kita Tahu bahwa Ibnu Taimiyah dan Murid-muridnya mendapat ujian berat di Damaskus terkait dengan mazhab Salaf yang mereka bawa bertentangan dengan mazhab Asyariyah yang dianut oleh banyak ulama pemerintah saat itu.
Ibnu katsir menceritakan kisah tersebut dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi ditahun 705 hijriah sehubungan dengan hal-hal yang terjadi kepada gurunya ibnu Taimiyah. Setting cerita tersebut secara jelas mengisahkan ketegangan-ketegangan antara ibnu Taimiyah dan murid-muridnya dengan ulama-ulama Asyairah yang membuatnya diadili beberapa kali dan dipenjara selanjutnya dipindahkan kemesir.
Sebagai orang dekat ibnu Taimiyah, Al Mizzi kena getahnya karena membacakan kitab Khalqu Af’alil ibad yang membahas beberapa permasalahan Aqidah seperti ketinggian Allah, Kalamullah, rukyah, dan qadar.
Sebagaimana Kita ketahui bahwa Asyairah menyatakan bahwa Alqur’an adalah kalam nafsi. Konsekwensinya mereka meyakini bahwa Al qur’an yang diturunkan lewat Jibril adalah interpretasi dari jibril yang otomatis adalah makhluk. Memang mereka dilarang menyebutkan kepada orang awam bahwa Alqur’an yang ada ddidunia adalah makhluk, namun mereka mengatakan demikian dikalangan ahli ilmu diantara mereka atau ketika sedang belajar. Kalau mereka mengatakan bahwa Alqur’an adalah Kalamullah, maka yang dimaksud adalah Alqur’an yang ada di Lauhil manhfudz yang tak berhuruf dan tak bersuara. Sekalipun tidak sama dengan pemahaman jahmiyah secara utuh, namun paling tidak mereka telah mengadopsi pemahaman jahmiyah dalam mengatakan bahwa Alqur’an yang ada didunia ini adalah makhluk.
Ahlussunnah memahami bahwa alqur’an merupakan kalamullah yang bersuara dan berhuruf serta sesuai dengan kemuliaan dan keagungan Allah Taala yang tidak sama dengan makhluknya sebagaimana terdapat dalam Kitab Khalqu af’alil Ibad.
Dari sinilah kemungkinan besar muncul kejengkelan Syafiiyah tersebut dan melaporkah Al Mizzi kepada Hakim lalu memenjarakan Beliau. yang jelas point-point dalam Kitab khalqu Af’alil Ibad memang bertentangan dengan Paham Asyairah
Sungguh cerita Ini telah membongkar kekeliruan  Asyairah dan kebencian mereka terhadap Imam-Imam Sunnah.
Semoga bermanfaat
Saudaramu: dobdob

[1] Al-Hafizh al-Mizzi rahimahullah adalah seorang ulama besar ahlus Sunnah bermadzhab Syafi’i.
Nama lengkapnya adalah Yusuf bin az-Zaki Abdurrahman ad-Dimasyqi.
Biografi beliau dapat kita temui dalam kitab Thabaqat Syafi’iyah al-Kubra karya Tajudin as-Subki rahimahullah, juga kitab Thabaqat al-Huffazh karya imam Jalaludin as-Suyuti rahimahullah dan kitab2 lainnya.
Beliau adalah mertua sekaligus guru dari imam ibnu Katsir rahimahullah dan juga imam adz-Dzahabi rahimahullah serta As Subki
Karyanya yang paling besar adalah kitab Tahdzib al-Kamal fii Asma ar-Rijal (dan juga al-Athraf), yang dianggap sebagai salah satu kitab yang terbaik dalam penulisan biografi para periwayat hadits.
Imam as-Subki rahimahullah menyebut beliau sebagai salah seorang diantara ulama2 hadits yang paling terkenal di zamannya dan dia tidak pernah melihat orang yang lebih hafidz dari 4 orang. Salah satunya adalah beliau.
Biogragi Al Mizzi disebutkan dalam jajaran Huffadz oleh Az Zahabi yang juga merupakan muridnya dalam Kitab yang bernama Tazkiratul Huffadz. Beliau menyebutkan:
Guru kami Al Imam Al alim yang sholeh dan Hafidz. Salah seorang Muhaddits syam Jamaluddin Abu al Hajjâj Yusuf bin Zaki Abdurrahman bi Yusuf al Qadhâi Al kalbi Al Dimasqi Al Syafii.
Lahir di tengah kota Halab pada tahun 656 Hijriah dan tumbuh di Mizzah. Hafal qur’an dan mulai ahli fiqih kemudian mencapai ketinggian derajat keahlian. Beliau belajar kitab al Hilyah seluruhnya dan banyak kitab lain kepada ibnu Abi al Khair tahun 705 Hijriah. Beliau juga Belajar Musnad, kutubussittah, Mu’jam tabrani, dan beberapa bagian ath Thibrizadiyah dan al Kindiyah.beliau belajar sohih Muslim dari al Irbilî kemudian melakukan rihlah pada tahun 683 Hijriah lalu belajar dari al Izz al Harrânî, ibnu al anmâthî, Ghazy, dan yang selevel dengan mereka. Beliau belajar di dua tanah haram, halab, Hamat, ba’labak, dll.
Mengarang Kitab Tahzib [al kamal fi ma’rifati al rijal] sejumlah 200 bagian. Beliau juga mengarang kitab al Athraf (al Asyraf fi ma’rifatil Athraf, red) sebanyak 80 bagian lebih dan mentakhrijnya untuk dirinya sendiri kemudian mendiktekkan dan menjelaskan kemusykilan dan detil-detilnya di beberapa majlis sehubungan dengan pengetahuannya yang mendalam terhadap ilmu hadits dn rijalnya. Dia juga menggantikan beberapa syaikh diantara di Madrasah al Asyrafiyyah.
Dia adalah orang yang tsiqah, sumber ilmu yang banyak, baik akhlaknya, banyak diam, sedikit berbicara, bagus logatnya dan tidak memilki kecendrungan kepada hawa nafsu, mengetahui dan menukil thabaqah ketika menyampaikan hadits. Sepertinya Ia sama sekali tidk asing dengan apa yang ia baca dan bahkan ia mengaitkan sanad-sanad dengan matan secara baik dan berfaidah yang membuat takjub jamaah yang mendengarnya. Beliau Tawadhu, pemurah, sabar, sederhana dalam berpakain dan makan dan banyak menempuh kebaikan.
Beliau banyak bersama dengan ibnu Taimiyah dalam belajar hadits dan melakukan penelitian ilmiah. Beliau juga menetapkan yang ditempuh salaf dalam sunnah lalu menggunakannya untuk memperkuat untuk membahas penelitian-penelitian ilmiah dan Kaidah-kaidah kalam.
Terjadi perdebatan dan pertentangan antara aku dan dia yang meninggalkan hal tersebut justeru lebih selamat dan lebih utama.
Sekalipun begitu, beliau memiliki banyak karya dan hal-hal lain yang –alhamdulillah- baik dan selamat. Namun mungkin aku tidak mengetahuinya dalam  1000 hal tentang hal itu.
Saya [dobdob] tidak setuju untuk menyetakan bahwa seseorang pernah mencicipi ilmu hadits kalau dia tidak mengenal Al Mizzi. Allahu a’lam
[2] Al Bidayah Wannihayah pada peristiwa tahun 728 Hijriah seputar wafatnya syaikhul Islam

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.