Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz –Rahimahullah-
Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui hilal?
Dengan nama Allah Subhanahu wa ta'ala Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta'ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat dan orang yang mengikuti petunjuknya.
Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wassallam:
((صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلاَثِيْنَ))
"Berpuasalah
karena melihatnya (hilal Ramadhan) dan berbukalah karena melihatnya
(hilal Syawal), jika berawan (tidak bisa melihatnya) maka sempurnakanlah
hitungan bulan Sya'ban menjagi tiga puluh (30)."[i]
Dalam lafazh yang lain:
((صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَصُوْمُوْا ثَلاَثِيْنَ))
"Berpuasalah karena melihatnya dan berbukalah karena melihatnya. Jika tidak bisa melihatnya maka puasalah tiga puluh (30) hari."[ii]
Dan dalam lafazh yang lain:
((فأكملوا عدة شعبان ثلاثين يوماً)).
"Maka sempurnakanlah hitungan Sya'ban menjagi tiga puluh hari."[iii]
Maksudnya
bahwa ditetapkan berpuasa dengan melihat hilal dan berbuka dengan
melihat hilal (Syawal). Jika tidak bisa dilihat, wajib menyempurnakan
bulan Sya'ban menjadi tiga puluh hari kemudian berpuasa. Dan wajib
menyempurnakan bulan Ramadhan menjadi tiga puluh apabila bulan tidak
bisa dilihat. Adapun bila hilal bisa dilihat, maka alhamdulillah.
Kaum
muslimin wajib berpuasa dengan melihat hilal Ramadhan di malam ke tiga
puluh dari bulan Sya'ban, dan jadilah bulan Sya'ban kurang (dari 30
hari) dan umat Islam berpuasa. Seperti ini pula jika mereka melihat
hilal di malam ke tiga puluh dari bulan Ramadhan, mereka berbuka setelah
puasa selama dua puluh sembilan hari. Adapun bila tidak melihat hilal,
mereka harus menyempurnakan Sya'ban dan Ramadhan menjadi tiga puluh
hari, berdasarkan hadits-hadits:
((صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا الْعِدَّةَ))
"Berpuasalah
karena melihatnya dan berbukalah karena melihatnya, maka jika berawan
(tidak bisa melihatnya) maka sempurnakanlah hitungan."
Nash ini meliputi bulan Sya'ban dan Ramadhan. Dan dalam lafazh yang lain:
((فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَصُوْمُوْا ثَلاَثِيْنَ)).
Maka jika tertutup awan, maka puasalah selama tiga puluh hari."
Penetapan
hilal cukup dengan satu orang saksi saat masuknya bulan Ramadhan,
seorang saksi yang adil menurut mayoritas ulama, berdasarkan hadits dari
Ibnu Umar t, ia berkata:
((تَرَاءَى
النَّاسُ الْهِلاَلَ فَأَخْبَرْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَنِّي
رَأَيْتُهُ فَصَامَ وَأَمَرَ النَّاسَ باِلصِّيَامِ))
"Orang-orang mengamati hilal, lalu aku mengabarkan kepada Nabi r bahwa aku telah melihatnya, maka beliau Shallallahu alaihi wassallam puasa dan menyuruh semua orang berpuasa."[iv]
Dan berdasarkan hadits dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bahwa seorang arab badawi bersaksi di sisi beliau bahwa ia telah melihat hilal, maka Nabi Shallallahu alaihi wassallam bersabda:
"Apakah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah Subhanahu wa ta'ala dan aku adalah utusan Allah Subhanahu wa ta'ala?" Ia menjawab: 'Ya.? Lalu beliau menyuruh puasa.'[v]
Maka
apabila seorang yang adil melihat hilal masuknya bulan Ramadhan niscaya
wajib berpuasa. Adapun keluar dari Ramadhan maka harus dari dua orang
saksi yang adil. Demikianlah semua bulan, tidak bisa ditetapkan kecuali
dengan dua orang saksi yang adil, berdasarkan hadits dari Nabi Shallallahu alaihi wassallam, beliau bersabda:
((فَإِنْ شَهِدَ شَاهِدَانِ فَصُوْمُوْا وَأَفْطِرُوْا))
"Maka jika bersaksi dua orang saksi maka berpuasa dan berbukalah.'[vi]
Dan diriwayatkan dari Harits bin Hathib Radhiyallahu anhu, ia berkata: 'Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam
berpesan kepada kami agar beribadah berdasarkan ru'yah (melihat hilal).
Jika kami tidak melihatnya dan bersaksi dua orang saksi yang adil, kami
beribadah berdasarkan kesaksian keduanya."[vii]
Maksudnya
bahwa persaksian dua orang yang adil adalah keharusan dalam keluar dan
di semua bulan. Adapun masuk bulan Ramadhan maka cukup hanya dengan satu
orang saksi yang adil, berdasarkan dua hadist di atas.
Para
ulama berbeda pendapat. Apakah persaksian wanita bisa diterima seperti
laki-laki dalam masuknya bulan? Ada dua pendapat ulama: di antaranya ada
yang menerimanya, sebagaimana diterima riwayatnya dalam hadits, apabila
dia seorang yang tsiqah (dipercaya). Dan di antara mereka ada yang
tidak menerimanya. Pendapat yang kuat adalah tidak diterima dalam
persoalan ini, karena ini adalah tugas laki-laki dan termasuk
keistimewaan laki-laki, karena mereka lebih mengetahui dan mengenal
persoalan ini.
Majmu' Fatawa wa Maqalah Mutanawwi'ah juz 15.