Inilah
nasehat berharga dari para ulama kita. Sungguh di zaman ini, kita akan
melihat banyak orang yang menyia-nyiakan waktu dan umurnya dengan
sia-sia. Kebanyakan kita saat ini hanya mengisi waktu dengan maksiat,
lalai dari ketaatan dan ibadah, dan gemar melakukan hal yang sia-sia
yang membuat lalai dari mengingat Allah. Padahal kehidupan di dunia ini
adalah kehidupan yang sangat singkat, tetapi kebanyakan kita lalai
memanfaatkan waktu yang telah Allah berikan.
Pada tulisan kali ini, kami akan menyajikan perkataan-perkataan ulama terdahulu mengenai pentingnya menjaga waktu.
Semoga dengan merenungkan nasehat para ulama berikut, kita dapat
menjadi lebih baik dan tidak menjadi orang yang menyia-nyiakan waktu.
Ketahuilah bahwa Engkau Seperti Hari-harimu
Hasan Al Bashri mengatakan,
ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك
“Wahai
manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari
itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.”[1]
Waktu Pasti akan Berlalu, Beramallah
Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri,
إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل.
“Sesungguhnya
engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian
dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu,
lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) sedangkan engkau
mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah.”[2]
Waktu Bagaikan Pedang
Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,
صحبت الصوفية فلم أستفد منهم سوى حرفين أحدهما قولهم الوقت سيف فإن لم تقطعه قطعك
“Aku
pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan
pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu
bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia
akan memotongmu.”
Jika Tidak Tersibukkan dengan Kebaikan, Pasti akan Terjatuh pada Perkara yang Sia-sia
Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas, “Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain:
ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل
Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”[3]
Waktu Berlalu Begitu Cepatnya
Ibnul
Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Waktu manusia adalah umurnya yang
sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk
mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari
kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu
lebih cepat dari berjalannya awan (mendung).
Barangsiapa yang waktunya hanya
untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya
yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun
hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”
Kematian Lebih Layak Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Waktu
Lalu
Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh
qolbu, “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai,
untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang
batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam
kebatilan (baca: kesia-siaan), maka sungguh kematian lebih layak bagi
dirinya.”[4]
Janganlah Sia-siakan Waktumu Selain untuk Mengingat Allah
Dari
Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan
bersama ayah kami di atas tandunya. Lalu dia berkata pada kami,
‘Bertasbihlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertasbih sampai di
pohon yang dia tunjuk. Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata
pada kami, ‘Bertakbirlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun
bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami.”[5]
Ya Allah, mudahkanlah kami
selaku hamba-Mu untuk memanfaatkan waktu ini dalam ketaatan dan
dijauhkan dari kelalaian. Amin Yaa Mujibas Saailin.
Semoga apa yang kami sajikan ini bermanfaat bagi hati yang ingin terus disirami.
Diselesaikan di Pangukan, Sleman, 6 Muharram 1430 H (di pagi hari yang penuh berkah)
***
Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
[1] Hilyatul Awliya’, 2/148, Darul Kutub Al ‘Arobi
[2] Shifatush Shofwah, 1/405, Asy Syamilah
[3] Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah
[4] Al Jawabul Kafi, 109
[5] Az Zuhud li Ahmad bin Hambal, 3/321, Asy Syamilah
0 komentar:
Posting Komentar