Oleh : Ustadz Abdullah Taslim
Salah satu di antara pemikiran yang sangat menyimpang yang ada pada IM adalah apa yang mereka namakan dengan dengan “At Taqriib Bainal Mazdaahibil Islaamiyyah (pendekatan antara berbagai kelompok/aliran dalam islam)”,
bagaimanapun sesat dan menyimpangnya kelompok tersebut, salah satu di
antara kelompok yang mereka ingin dekatkan adalah kelompok Syi’ah
(Raafidhah) yang populer dengan segudang pemahaman sesat bahkan kufur –
wal’iyaadzu billaah – yang mereka sebutkan dalam kitab-kitab mereka sendiri, seperti pengkafiran mereka terhadap mayoritas Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam – radiallahu ‘anhum
-, keyakinan mereka bahwa kitab suci Al Quran yang ada saat ini sudah
berubah dan tidak murni lagi, tuduhan keji dan dusta mereka terhadap
istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang suci, ‘Aisyah radiallahu ‘anha,
pengkultusan mereka yang berlebihan terhadap imam-imam mereka, yang
bahkan sampai pada tingkatan meyakini adanya sifat-sifat ketuhanan pada
diri imam-imam tersebut, dan masih banyak pemahaman sesat dan kufur
mereka lainnya.
Di
antara bukti nyata yang menunjukkan sikap IM di atas adalah pujian,
dukungan dan pembelaan mereka terhadap kelompok Syi’ah, termasuk
dukungan terhadap revolusi Syi’ah di Iran, pertemuan persahabatan dengan
tokoh-tokoh mereka, yang akan terlihat jelas dalam nukilan-nukilan
yang akan kami bawakan sebagai berikut:
1. Mursyid (pimpinan) umum IM yang ke-3, ‘Umar At Tilmisaany dalam kitabnya “Dzikrayaat laa mudzakkiraat” (hal. 249-250, cet. Daarul I’tishaam, thn 1985 M) menukil ucapan Hasan Al Banna tentang Syi’ah, dia berkata:
“Syi’ah
adalah kelompok yang kurang lebih (bisa) disamakan dengan apa yang ada
di antara mazhab yang empat di kalangan Ahlus Sunnah… (memang) ada
perbedaan (antara Ahlus Sunnah dan Syi’ah) tapi mungkin untuk
dihilangkan, seperti: nikah mut’ah, jumlah istri (maksimal) bagi
seorang (laki-laki) muslim – yang ada pada sebagian sekte Syi’ah –, dan
yang semisalnya, yang mana perbedaan ini seharusnya tidak menjadi
sebab pemutusan hubungan antara Ahlus Sunnah dan Syi’ah. Sungguh dua
kelompok ini telah berjalan beriringan sejak ratusan tahun (yang lalu),
tanpa ada saling bersinggungan di antara keduanya, kecuali (hanya
sebatas) dalam tulisan-tulisan saja. Dan untuk diketahui, sesungguhnya
tokoh-tokoh besar Syi’ah telah meninggalkan kepustakaan islam sebagai
perbendaharaan yang selalu memenuhi perpustakaan-perpustakaan.”
2. Dalam kitab yang sama, At Tilmisaany berkata:
“Sekitar
tahun 40-an – seingatku – yang mulia Al Qummy (salah seorang tokoh
Syi’ah) pernah singgah sebagai tamu IM di markas besar IM, pada waktu
sang Imam (Hasan Al Banna) sedang giat-giatnya mengusahakan pendekatan
antara kelompok-kelompok, (dengan tujuan) agar musuh-musuh islam tidak
menjadikan perselisihan antara kelompok-kelompok ini sebagai celah untuk
memecah belah persatuan islam. Suatu hari kami pernah bertanya kepada
beliau (Hasan Al Banna) tentang seberapa jauh perbedaan antara Ahlus
Sunnah dan Syi’ah, maka beliau melarang kami membicarakan
masalah-masalah pelik seperti ini, yang tidak pantas bagi kaum muslimin
untuk menyibukkan diri dengannya, sementara kaum muslimin – seperti
yang anda saksikan – saling berpecah dan musuh-musuh islam berusaha
untuk semakin menyulut perpecahan tersebut, maka kami katakan kepada
beliau: kami bertanya tentang hal ini bukan untuk bersikap fanatik atau
untuk memperluas jurang perbedaan di antara kaum muslimin, akan tetapi
kami bertanya untuk pengetahuan, karena (perbedaan) antara Sunnah dan
Syi’ah disebutkan dalam tulisan-tulisan yang sangat banyak jumlahnya,
dan kami tidak punya waktu yang cukup untuk memungkinkan kami membahas
(masalah ini) dalam referensi-referensi tersebut, maka beliau menjawab:
‘Ketahuilah, sesungguhnya Ahlus Sunnah dan Syi’ah (semuanya) adalah
kaum muslimin yang disatukan dengan kalimat Laa ilaaha illallah (tidak
ada sembahan yang benar kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah Jalla
Jalaaluhu, inilah landasan akidah yang sama-sama ada pada Sunnah dan
Syi’ah, dan di atas kesucian, adapun perbedaan di antara keduanya, maka
hal itu (hanya) dalam perkara-perkara yang mungkin untuk
didekatkan.’”
3. Dalam kitab “Mauqifu ‘Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syii’ati wats Tsauratil Islaamiyyah”,
yang ditulis oleh salah seorang tokoh IM, Dr. ‘Izzuddiin Ibrahim (hal.
13, cet. Sabhar, Teheran, Iran, cet. ke-2 thn 1406 H), penulis
tersebut berkata:
“Di
masa sekarang ini terbentuklah “Jamaa’atut Taqriib bainal Madzaahibil
Islaamiyyah (kelompok yang bertujuan ingin mendekatkan/menyatukan
aliran-aliran dalam islam)”, yang ikut berpartisipasi di dalamnya Imam
Hasan Al Banna…, berkata Ustadz Salim Al Bahansaawy – salah seorang
cendekiawan IM – dalam kitabnya “As Sunnatu al Muftara ‘Alaiha” (hal.
58): ‘Sejak terbentuknya “Jamaa’atut Taqriib bainal Madzaahibil
Islaamiyyah (kelompok yang bertujuan ingin mendekatkan/menyatukan
aliran-aliran dalam islam)”, yang ikut memberikan andil di dalamnya
Imam Al Banna dan Imam Al Qummy (tokoh Syi’ah), dan saling kerjasama
terus berjalan antara IM dan Syi’ah, yang hal ini menjadi sebab
kunjungan Imam Nawwab Shafawy (tokoh Syi’ah) ke Kairo thn 1954 M.’ Di
halaman yang sama dia berkata: ‘Tidak ada yang aneh dalam sikap saling
kerjasama tersebut, karena prinsip-prinsip yang ada pada kedua kelompok
inilah (IM dan Syi’ah) yang melahirkan sikap saling kerjasama
tersebut.’”
4. ‘Umar At Tilmisaany dalam kitabnya “Al Mulhamul Mauhuub Hasan Al Banna Ustaadzul Jiil” (hal. 78, cet. Daarut Tauzii’ wan Nasyril Islaamiyyah) berkata:
“…Untuk
tujuan mempersatukan kelompok-kelompok inilah Hasan Al Banna pernah
menjamu Syaikh yang mulia Muhammad Al Qummy – salah seorang tokoh besar
dan pentolan Syi’ah – di markas besar IM dalam waktu yang cukup lama,
sebagaimana juga diketahui bahwa Imam Al Banna telah menemui seorang
tokoh rujukan Syi’ah, Aayatullah Al Kaasyaany di sela-sela pelaksanaan
ibadah haji tahun 1948 M, yang (pertemuan tersebut) menghasilkan
kesesuaian paham antara keduanya, (sebagaimana hal ini) diisyaratkan
oleh salah seorang figur IM saat ini yang sekaligus murid Imam Hasan Al
Banna, yaitu Ustadz ‘Abdul Muta’aal Al Jabry dalam kitabnya “Limaadza
Ugtiila Hasan Al Banna”…”
5. Berkata salah seorang tokoh IM yang terkenal, Muhammad Al Gazaaly dalam kitabnya “Difaa’un ‘Anil ‘Aqiidati wasy Syarii’ati Dhiddu Mathaa’inil Mustasyrikiin” (sebagaimana yang dinukil oleh tokoh IM lainnya, Dr. ‘Izzuddiin Ibrahim dalam kitabnya “Mauqifu ‘Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syii’ati wats Tsauratil Islaamiyyah” (hal. 22):
“Sesungguhnya
jarak perbedaan antara Syi’ah dan Sunnah adalah seperti jarak
perbedaan antara mazhab fikih Abu Hanifah, mazhab fikih Malik, mazhab
fikih Syafi’i… kami memandang semuanya sama dalam mencari hakikat
(kebenaran) meskipun caranya berbeda-beda.”
6.
Dalam kitab di atas (hal. 15) Dr. ‘Izzuddiin Ibrahim menukil
keterangan dari tokoh IM lainnya, Dr. Ishak Musa Al Husainy dalam
kitabnya “Al Ikhwaanul Muslimuun Kubral Harakaatil Islaamiyyatil Haditsah”
bahwa sebagian mahasiswa dari kalangan Syi’ah yang dulunya pernah
belajar di Mesir telah bergabung dalam kelompok IM, sebagaimana barisan
kelompok IM di Irak beranggotakan banyak orang dari kalangan Syi’ah “Al Imaamiyyah Al Itsnai ‘Asyariyyah.”
7.
Dukungan dan pujian tokoh-tokoh IM terhadap revolusi Syi’ah di Iran,
yang terlalu panjang untuk kami nukilkan dalam tulisan ini, lihat kitab
“Mauqifu ‘Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syii’ati wats Tsauratil Islaamiyyah”, yang ditulis oleh salah seorang tokoh IM, Dr. ‘Izzuddiin Ibrahim (hal. 44-50).
Dan
masih banyak ucapan dan sikap IM lainnya terhadap Syi’ah dan
kelompok-kelompok sesat lainnya yang karena khawatir tulisan ini menjadi
terlalu panjang sehingga tidak kami nukilkan semuanya.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وعلىِ آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة, وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Dipublikasikan oleh : ibnuramadan.wordpress.com
Disebarkan di Maktabah Abu Salma al-Atsari atas izin muslim.or.id
Hak cipta berada di tangan penulis dan webmaster muslim.or.id
0 komentar:
Posting Komentar