-->

08 Agustus 2012

Tebak-tebakan...(Mau yang Atas atau yang Bawah??)

Saudaraku….


Lihat gambar berikut ini :



Menurutmu, mana yang lebih pantas untuk dibersihkan: Bagian atas sepatu atau bagian bawahnya?

Engkau tentu akan menjawab “Bagian bawahnya, karena bagian bawahnyalah yang kotor.”

...........

Namun, kenapa kalau orang yang memakai sepatu ketika berwudhu, justru Rosululloh malah mengajarkan utuk mengusap bagian atasnya, bukannya bagian bawahnya???

Masih ingat kan Fikih tentang mengusap sepatu ketika wudhu???

Al-Mughirah bin Syu’bah rodhiyallohu ‘anhu berkata:
Aku pernah menyertai Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam satu safar, (tatkala beliau berwudhu) akupun menjulurkan tanganku untuk melepas dua khuf (sepatu) yang sedang beliau kenakan. Namun beliau berkata: “Biarkan dua khuf ini (jangan dilepas) karena aku memasukkan keduanya dalam keadaan suci.”  Beliaupun mengusap di atas kedua khuf tersebut.”
[HR. Al-Bukhari no. 206 dan Muslim no. 274]



Nah, di sini kita bisa mengambil pelajaran berharga. Bahwa agama ini BUKAN berlandaskan pada ro’yu (pendapat atau Logika) manusia...  Namun agama ini adalah berlandaskan pada wahyu. Apa yang dikatakan oleh Alloh dan Rosul-Nya itulah yang kita terima. Apa yang diperintahkan oleh Alloh dan Rosul-Nya itulah yang kita laksanakan.

Kawan…

Dengarkanlah perkataan indah berikut ini…

Ali rodhiyallohu ‘anhu berkata:

“Seandainya agama itu dengan akal niscaya yang lebih pantas diusap adalah bagian bawah khuf daripada bagian atasnya. Sungguh aku melihat Rosullulloh mengusap di atas kedua khufnya.”
[HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil t dalam Ash-Shahihul Musnad, 2/100]

As-Safarini rahimahulloh berkata:

Alloh Subhanahu wa ta’ala menciptakan akal dan memberinya kekuatan adalah untuk berpikir dan Alloh Subhanahu wa ta’ala menjadikan padanya batas yang ia harus berhenti padanya dari sisi berfikirnya bukan dari sisi ia menerima karunia Ilahi. Jika akal menggunakan daya pikirnya pada lingkup dan batasnya serta memaksimalkan pengkajiannya, ia akan tepat (menentukan) dengan ijin Alloh. Tetapi jika ia menggunakan akalnya di luar lingkup dan batasnya yang Alloh Subhanahu wa ta’ala telah tetapkan maka ia akan membabi buta…(Lawami’ul Anwar Al-Bahiyyah, hal. 1105)

..................

Dalam sebuah pengajian, ada seorang jama’ah yang melontarkan pertanyaan kepada ustadz yang mengisi. Kira-kira pertanyaannya begini:

“Ustadz, ada yang berpendapat bahwa azab kubur itu tidak ada. Buktinya mayat yang dikubur itu kalau di angkat tidak ada tanda-tanda adanya bekas siksaan?”
Sang ustadz pun kemudian memberikan jawaban dengan sebuah pertayaan cerdas yang membuat jama’ah jadi berfikir kritis.

“Ini ro’yu (pendapat/logika manusia) atau wahyu (Al-Qur’an dan hadits) ?? Mestinya kalau kita bicara agama yang kita ucapkan adalah “Qoolalloh…Alloh telah berfirman….Qoolarosuul…Rosul telah bersabda….Qoolalloh…Qoolarrosuul….”
Perkataan sang ustadz begitu membekas dalam hatiku. Ya, benar sekali wahai ustadz.

Dalam permasalahan agama kita harus mengedepankan Firman Alloh dan sabda Rosul-Nya.
Dalam permasalahan agama kita harus mengedepankan al-Qur’an dan hadits.
Kita tidak tidak boleh berpendapat dengan ro’yu (logika) kita semata.

Makanya kita lihat orang/ aktivis yg sudah mulai teracuni dengan Logika2 filsafat, mereka mulai mendahulukan logika akalnya dan cenderung menta'wil-tawil nash al Quran dan Sunnah.
ketika dikatakan "Allah Berada di atas langit ber-istiwa di arsy"

Mulailah logika2 liar mereka yg berbicara :"Berarti Allah butuh tempat dong? berarti Allah begini dong! Berarti Allah begitu dong !"
dan seterusnya...

Padahal Nash dalilnya jelas dan Para ulama Sudah Ijma/sepakat (berkonsensus) bahwa Allah berada di atas Langit istiwa di Arsy, dan inilah Aqidahnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabatnya radhiyallahu 'anhum.

Imam Abu Hanifah mengatakan dalam Fiqhul Akbar,
من انكر ان الله تعالى في السماء فقد كفر
“Barangsiapa yang mengingkari keberadaan Allah di atas langit, maka ia KAFIR.”
[Lihat Itsbatu Shifatul ‘Uluw, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, hal. 116-117, Darus Salafiyah, Kuwait, cetakan pertama, 1406 H. Lihat pula Mukhtashor Al ‘Uluw, Adz Dzahabiy, Tahqiq: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, hal. 137, Al Maktab Al Islamiy.]


Imam kita yang mulia, yaitu Al-Imam Asy-Syafi'i berkata :
"Perkataan dalam As Sunnah yang aku dan pengikutku serta pakar hadits meyakininya, juga hal ini diyakini oleh Sufyan, Malik dan selainnya : “Kami mengakui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah. Kami pun mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Lalu Imam Asy Syafi’i mengatakan,
“Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya yang berada di atas langit-Nya, namun walaupun begitu Allah pun dekat dengan makhluk-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Allah Ta’ala turun ke langit dunia sesuai dengan kehendak-Nya.” Kemudian beliau rahimahullah menyebutkan beberapa keyakinan (i’tiqod) lainnya.
[Lihat Itsbatu Shifatul ‘Uluw, hal. 123-124. Disebutkan pula dalam Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal.165]
......................

Begitu pula ketika dikatakan Acara Maulidan, tahlilan, Demonstrasi, dll itu Bid'ah..! Tidak ada contohnya, Tidak ada dalilnya. Dan Para 4 Imam Mazhab pun tidak pernah melakukannya...

Lalu logika mereka pun mulai berbicara :"ini kan baik.. Tapi kan... dengan acara tersebut kita kan bisa begini.... kalau ngga ada acara kayak gitu nanti kan...." dan seterusnya...

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : "Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak." [Riwayat Bukhori dan Muslim], dalam riwayat Muslim disebutkan: "siapa yang melakukan suatu amalan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak." [Lihat Hadits Arbain An-Nawawi No. 5]

Ulama Abad ke-3, yaitu Al Imam Al barbahary rahimahullah berkata :
“Barangsiapa yang keluar (demonstrasi/memberontak) kepada imam kaum Muslimin maka ia adalah KHAWARIJ dan sungguh mereka telah mematahkan tongkatnya kaum Muslimin, menyelisihi atsar maka mereka mati dalam keadaan jahiliyyah."

Kawan... Ku ulang kembali...
Dalam permasalahan agama kita harus mengedepankan Firman Alloh dan sabda Rosul-Nya.
Dalam permasalahan agama kita harus mengedepankan al-Qur’an dan hadits.
Kita tidak tidak boleh berpendapat dengan ro’yu (logika) kita semata.

Emangnya kita siapa???
Apakah kita lebih pintar dari Alloh dan Rosul-Nya ???
apakah kita merasa lebih mengetahui dari Alloh dan Rosul-Nya???

Demikian...Semoga bisa dipahami…
Wallohu a’lam.


l

Sumber :Dikutip dengan sedikit perubahan dari note Akh Muhammad Mujiantohttp://www.facebook.com/note.php?note_id=248171091882824

===========
Catatan:
Pingin tau penjelasan KEDUDUKAN AKAL DALAM ISLAM ??? coba baca di sini.....
http://www.asysyariah.com/syariah/kajian-utama/28-kajian-utama-edisi-9/892-kedudukan-akal-dalam-islam-kajian-utama-edisi-9.htm

bagi teman-teman yang mau me-refresh kembali pelajaran fikih tentang mengusap sepatu saat wudhu, klik di sini :
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/hukum-mengusap-khuf-sepatu.html

Diberdayakan oleh Blogger.