Akhirnya, Hakikat Dakwah Mereka Tersingkap…!!!
Meluruskan Kesalahpahaman tentang
kedatangan ‘pasukan’ Wahdah Islamiyah di Masjid Khadijah Sudiang Makassar
————————————————————————————
Maka kita patut bertanya-tanya tentang apa tujuan dibalik kedatangan ‘pasukan’ itu ? Semoga saja bukan sekedar menjatuhkan kredibilitas seorang da’i salafi dihadapan kaum muslimin. Semoga pula bukan sekedar untuk mencari-cari kemenangan.
Namun yang jelas, permintaan dialog itu menunjukkan kesadaraan mereka tentang adanya perbedaan antara dakwah ‘salafi’ yang mereka terapkan dengan dakwah salafi yang diterapkan oleh Al Ustadz Abdul Hakim Abdat. Mengingat persoalan yang diperselisihkan adalah dari segi manhaj dakwah. Maka kejadian ini pun menjadi pelajaran bagi kaum muslimin bahwa klaim Wahdah Islamiyah sebagai pelopor dakwah salafiyah masih sangat diragukan.
Inilah hikmah terbesar yang patut kita puji Allah Subhanahu Wa Ta’ala karenanya.
kedatangan ‘pasukan’ Wahdah Islamiyah di Masjid Khadijah Sudiang Makassar
————————————————————————————
Tulisan ini kami tujukan kepada
ikhwah-ikhwah salafi yang belum mengerti duduk persoalan perihal
kedatangan beberapa ikhwah dari Wahdah Islamiyah di Masjid Khadijah pada
penghujung acara daurah bedah buku “ Lau Kaana Khairan “ oleh Al
Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat (Hari Ahad, 25 Mei 2008 pukul 14.00).
Kita perlu mengambil hikmah dibalik peristiwa tersebut dan memuji Allah
Subhanahu Wa Ta’ala atas segala ketentuan dari-Nya. Al Hamdulillah,
kejadian itu telah menjawab pertanyaan yang selama ini cukup sulit
dijelaskan.
Karena banyak
kaum muslimin yang bertanya-tanya tentang perbedaan gerakan dakwah
Wahdah Islamiyah dengan dakwah salafiyah. Sebab mereka mengklaim juga
sebagai pelopor dakwah salafiyah. Tetapi kini hakikat gerakan dakwah
mereka tersingkap karena mengambil posisi berhadapan langsung dengan Al
Ustadz Abdul Hakim Abdat sebagai salah seorang da’i salafi. Hal itu
terbukti dengan adanya isu-isu yang mereka sebar yang tak layak
dialamatkan kepada seorang da’i dan ahli ilmu. Artinya, apabila Al
Ustadz Abdul Hakim adalah seorang salafi (mengingat hubungan beliau
sangat dekat dengan murid-murid Syaikh Al Bani), maka lawannya tentu
bukan salafi.
Sebenarnya
rencana dialog antara Al Ustadz Abdul Hakim dan pihak Wahdah Islamiyah
sudah dibatalkan jauh sebelum ‘pasukan’ itu datang. Bukti pembatalan itu
masih tersimpan rapi dalam HP milik Akh Rudi Pramono. Dialog tersebut
dibatalkan karena kondisi yang kurang kondusif dan persiapan
penyelenggara yang juga tidak matang. Sehingga jika dipaksakan akan
lebih banyak mendatangkan mudharat daripada manfaat. Pihak panitia
daurah hanya mempersilahkan kepada pihak Wahdah Islamiyah untuk
mengikuti acara daurah sebagaimana peserta lainnya. Dipersilahkan pula
bagi mereka bertanya tentang gerakan dakwah mereka. Karena manhaj salaf
adalah bertanya kepada orang berilmu dan bukan mengajaknya berdebat.
Namun hingga acara berakhir pihak Wahdah belum juga datang. Mereka
datang justru ketika acara telah selesai dan Al Ustadz Abdul Hakim sudah
keluar dari masjid untuk makan siang. Anehnya, pihak Wahdah seakan
memaksa bertemu dengan alasan tabayyun (memperjelas permasalahan) dan
silaturahmi. Mereka sengaja membuat kesan seakan Al Ustadz Abdul Hakim
tidak jantan dan tidak berani menghadapi mereka. Hal itu terungkap dari
pernyataan Ustadz Rahmat (dari pihak Wahdah), “Kami inginkan jadi betul-betul laki-laki.”
Padahal merekalah yang tidak beradab karena datang pada waktu yang
tidak disepakati lalu memaksakan kehendak bertemu. Terlebih lagi
mengeraskan suara dalam masjid seperti demonstran. Sungguh perilaku yang
sangat jauh daripada adab-adab Islami. Wallahu Musta’an.
Makassar, 27 Mei 2008 M.
Penulis
Penulis
Amiruddin bin Abdul Djalil.
Mengenai tabayyun dan silaturahmi dapat dilakukan kapan saja tanpa
perlu membawa ‘pasukan’ dilengkapi kamera peliput yang tak ubahnya
kunjungan pejabat penting. Al Ustadz Abdul Hakim-walhamdulillah-bisa
ditemui oleh siapa saja pada saat-saat luangnya. Apalagi ustadz-ustadz
Wahdah yang sebagiannya sudah kenal baik dengan beliau. Akan tetapi
sampai Al Ustadz Abdul Hakim pulang, tak seorang pun Ustadz Wahdah yang
mengunjunginya secara perorangan untuk tabayyun dan silaturahmi jika
benar-benar menghendaki kebaikan.Maka kita patut bertanya-tanya tentang apa tujuan dibalik kedatangan ‘pasukan’ itu ? Semoga saja bukan sekedar menjatuhkan kredibilitas seorang da’i salafi dihadapan kaum muslimin. Semoga pula bukan sekedar untuk mencari-cari kemenangan.
Namun yang jelas, permintaan dialog itu menunjukkan kesadaraan mereka tentang adanya perbedaan antara dakwah ‘salafi’ yang mereka terapkan dengan dakwah salafi yang diterapkan oleh Al Ustadz Abdul Hakim Abdat. Mengingat persoalan yang diperselisihkan adalah dari segi manhaj dakwah. Maka kejadian ini pun menjadi pelajaran bagi kaum muslimin bahwa klaim Wahdah Islamiyah sebagai pelopor dakwah salafiyah masih sangat diragukan.
Inilah hikmah terbesar yang patut kita puji Allah Subhanahu Wa Ta’ala karenanya.
0 komentar:
Posting Komentar