-->

03 September 2012

Isu Revolusi: Jangan Sampai Pejuang Islam Jadi Tunggangan Syiah Rafidhah!!!



Bismillahirrahmaanirrahiim.
Sebelum membaca tulisan ini, mohon pembaca sudi terlebih dulu membaca beberapa artikel di bawah ini:

Para Aktivis Islam Mau Dijadikan “Kuda Troya” oleh Kaum Revolusioner Syiah Rafidhah.
Tulisan-tulisan di atas saling berkaitan satu sama lain. Benang merahnya, Syiah Rafidhah tampaknya sedang merancang sebuah revolusi di negeri ini, terinspirasi oleh Revolusi Rafidhah di Iran tahun 1979 lalu. Mereka bukan mengendarai kendaraan sendiri untuk menggulirkan revolusi itu, tetapi mereka memakai isu para aktivis Islam (mujahidin) yang sudah sangat muak dengan regim sekuler Neolib untuk melancarkan revolusi. Bahkan mereka menjadikan para mujahidin sebagai “kuda troya”. Nanti para mujahidin yang bermandi keringat, lalu mereka yang memungut hasil. Sangat menakjubkan!
Adapun tulisan ini sifatnya hanya sebagai pendukung dan pelengkap data saja. Para Ahlus Sunnah di Nusantara harus segera sadar, betapa sangat berbahaya konspirasi Syiah yang mengatasnamakan “revolusi” itu. Semoga Allah Ar Rahmaan senantiasa memberikan taufiq dan pertolongan untuk menetapi jalan hidup yang diridhai-Nya. Amin Allahumma amin.
Mari kita mulai merunut fakta dan datanya…
[1]. Analisis dari lembaga Islam internasional, Rabithah Ulama Muslimin:
“Gejolak kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini rupanya menjadi perhatian Rabithah Ulama Al-Muslimin (Ikatan Ulama Muslimin)Dalam sebuah Muktamar terbarunya di Istanbul, Turki yang berlangsung dari tanggal 27-28 Rabi’ul Awwal 1432 H baru-baru ini, Rabithah Ulama Muslim mendukung langkah-langkah reformasi di Tunisia dan Mesir. Acara bertema, “Ulama dan Kebangkitan Umat” yang yang dihadiri lebih dari seratus ulama dan du’at (dai) dari 35 negara itu membahas dan mendiskusikan berbagai topik aktual di Dunia Islam.
Rabithah juga mengingatkan umat Islam dari bahaya konspirasi global Syi’ah Shafawiyah dengan propagandanya yang menipu; baik itu di Bahrain dan negara lainnya. Syi’ah Shafawiyah adalah Aliansi strategis pemerintah Iran, pemerintah Suriah, kelompok Hizbullah dan kelompok Syiah Irak yang ingin mengembalikan kejayaan dinasti (Syi’ah) Shafawiyah dan Fathimiyah dalam menguasai kekuasaan di semenanjung Arab dan Afrika. (DR Muhammad Bassam Yusuf, penulis buku “Menyingkap Konspirasi Besar Zionis-Salibis dan Neo Syiah Shafawis terhadap Ahlussunnah di Semenanjung Arabia”).
Perhatikan: Ini hasil analisis para ulama Muslim Ahlus Sunnah sedunia. Tidak boleh ada sikap ofensif, meremehkan, atau segala “celetukan” yang bernada mementahkan bayan di atas. Ingat selalu, “Al ulama’u waratsatul anbiya‘” (ulama itu pewaris para Nabi). Kalau kalangan Syiah meremehkan atau mementahkan, wajar saja wong mereka memang mengikuti jalan “begituan”.
[2]. Mungkinkah Syiah Rafidhah akan melakukan revolusi di Indonesia, sedangkan jumlah mereka sangat minoritas? Kalau di Iran atau Irak mungkin saja, tapi di Indonesia apa mungkin? Ini pertanyaan penting. Jawabnya: Kalangan Syiah Rafidhah akan memakai pola seperti di Suriah. Mereka jumlahnya minoritas, tetapi mengendalikan militer untuk menjajah kaum Ahlus Sunnah. Pola mereka bukan seperti di Iran, tetapi seperti di Suriah. Singkat kata, mereka bukan akan memakai jalan demokrasi atau semacamnya, tetapi jalan kekuasaan dan kekerasan militer.
[3]. Apa mungkin Syiah Rafidhah akan main kekerasan? Jawabnya, sangat mungkin. Menurut informasi yang beredar di kalangan aktivis Islam, Syiah Rafidhah di Indonesia telah memiliki apa yang dinamakan “Laskar Al Mahdi”. Ini adalah semacam kekuatan milisi swasta yang sewaktu-waktu bisa diarahkan menjadi organisasi sejenis “Hizbullah” di Libanon itu. Anda perlu ingat juga, saat perayaan Hari Asyura beberapa waktu lalu, ia diadakan di komplek lapangan udara Halim Perdanakusumah. Hebat banget, mereka sudah bisa mengakses fasilitas militer milik TNI.
[4]. Sebagai fakta lanjutan, masih ingat buku “Trilogi Idahram”, khususnya buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi”? Dalam buku-buku ini, kaum Salafi-Wahabi oleh Idahram dan Said Aqil Siradj diposisikan sebagai “musuh negara” alias “teroris”. Said Aqil kerjasama dan BNPT (Ansyad Mbai) gandeng-renteng melakukan upaya deradikalisasi. Ansyad Mbai sendiri secara verbal akan menjadikan buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” sebagai rujukan lembaganya. Apa yang bisa disimpulkan? Ini adalah cara main kekuasaan dan kekerasan.
[5]. Coba perhatikan ucapan Idrus Jamalullail yang di sebuah media: “Habib Idrus Jamalulail di acara maulid Nabi (hari Jum’at malam tanggal 3 Februari 2012) mengatakan, peringatan maulid jangan hanya mengejar nasi kebuli, tetapi harus ada target untuk mengangkat Imam untuk kaum Muslimin di Indonesia. “Kalau di dunia ada Imam Khomeini, maka mari di Indonesia kita angkat Habib Rizieq Syihab sebagai Imam kaum muslimin di Indonesia.” Ini adalah signal-signal, bahwa para aktivis akan menjadikan “imam khomeini” sebagai inspirasi gerakan mereka. Kalau benar-benar Ahlus Sunnah, akan sangat risih dengan pernyataan seperti ini. Apa tidak ada inspirasi lain yang lebih baik selain Khomeini?
[6]. Tanggal 12 Maret 2012, di ruang Anggrek Istora Senayan, dilaksanakan acara dialog bertema “Calon Presiden Syariah”. Acaranya sangat meriah sekali dan didukung spirit besar para aktivis Islam. Singkat kata, forum ini berencana menjadikan Habib Riziq sebagai Capres Syariah, dan menggulirkan tatanan negara Indonesia yang berbasis Syariat Islam. Dalam satu pernyataannya, Al Akh Munarman mengatakan: “Kalau nanti kita sudah berhasil mengangkat seorang Capres Syariah, pada hari itu juga kita terbitkan dekrit yang menyatakan di Indonesia berlaku Syariat Islam.” Begitu kurang lebih pernyataan Munarman. Singkat kata, para aktivis gerakan Islam ini insya Allah tulus ingin menegakkan Syariat.
Tetapi menariknya, di sela-sela acara, ada seorang penanya atau sebutlah “penceramah dadakan” berasal dari Bogor. Dalam pernyataannya dia kembali mengangkat nama “Imam Khomeini”. Kata dia, di Indonesia saat ini butuh sosok seperti “Imam Khomeini” untuk memimpin gerakan revolusi. Rasanya sangat risih, mengapa Khomeini lagi Khomeini lagi? Hal ini menjadi signal untuk kesekian kalinya, bahwa ada bayang-bayang Syiah Rafidhah di balik gerakan revolusi yang hendak digulirkan para aktivis Islam itu.
[7]. Bukan kebetulan jika hari-hari ini para aktivis Syiah sangat nafsu menyebarkan ceramah Habib Riziq Shihab yang membantah buku Yazid Abdul Qadir Jawwas yang berjudul “Mulia dengan Manhaj Salaf”. Oleh para aktivis Syiah, buku ini mereka pakai untuk menyerang kaum Wahabi. Nah, itulah liciknya mereka, selalu menggunakan momen untuk menyerang musuh-musuhnya dari kalangan Ahlus Sunnah Salafiyah (baca: Wahabi). Modusnya sama, yaitu masuk dari celah sikap dai-dai Salafi, lalu memanfaatkan hal itu untuk menyerang Ahlus Sunnah secara umum. Modus buku “Trilogi Idahram” kan begitu. Penulisnya masuk dari fakta-fakta kerasnya dakwah ikhwan Salafi, lalu menyerang Ahlus Sunnah secara membabi-buta.
Coba perhatikan kata-kata Habib Riziq dalam ceramah itu: “Buku-buku semacam ini memecah belah umat. Kalau pengarang ini merasa bahwa Wahhabi adalah ajaran yang paling benar, silahkan. Dia menamakan dirinya pengikut Salafi atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama istilah Wahhabi. Kalau dia merasa Salafi Wahhabi paling benar, hak dia. Kalau dia merasa paling suci, hak dia. Kalau dia merasa paling lurus, hak dia. Tapi dia tidak punya hak untuk sesat menyesatkan, kafir mengkafirkan sesama umat Islam. Apalagi umat Islam dari kalangan Asy’ari dan Maturidi yang sudah 1200 tahun lebih secara representatif mewakili Ahlussunnah wal Jama’ah. Wahhabi baru lahir kemarin, terus ingin mengkafirkan Asy’ari. Memang selama ini 1000 tahun yang disebut Ahlussunnah itu siapa? 1000 tahun lebih yang disebut Ahlussunnah  itu adalah Asy’ari dan Maturidi. Wahhabi tidak masuk daftar. Baru muncul belakangan, sudah ingin sesat menyesatkan umat Islam yang tidak sepakat dengan mereka. Innalillahi wainailahi rojiun.” (Sumber: Tanggapan Habib Riziq Terhadap Wahabi dan Syiah).
Lihat pernyataan di atas, bermula dari buku Yazid Abdul Qadir Jawwas, lalu masuk menyerang Wahabi secara keseluruhan. Masya Allah…apakah itu keadilan, Habib Riziq? Bukankah selama ini Anda banyak dibantu, didukung, dipromosikan oleh kalangan Wahabi? Apa sih susahnya membatasi masalah HANYA pada buku Ustadz Yazid Jawwas saja, tanpa harus menempeleng atau memukul kalangan Wahabi? Mestinya Habib Riziq bisa membedakan masalah umum dan khusus, masalah pribadi dan jamaah, masalah ushul dan furu’.
[8]. Perlu diingat juga, pertimbangan geopolitik. Indonesia itu besar, tetapi kekuatan terkonsentrasi di Pulau Jawa. Pulau Jawa luas, tetapi titik pusat kekuasaan di DKI Jakarta. Banyak orang berteori, kalau Jakarta bisa dikuasai, maka Indonesia akan mudah dikuasai. Maka itu pada era tahun 1965 dulu, target revolusi PKI adalah Jakarta. Sedangkan secara sosial-keagamaan, Jakarta bisa dibilang telah dikuasai oleh jaringan Habib-habib. Kalau tidak percaya, turunlah ke Jakarta. Lihat spanduk, baliho, dan aneka acara Mauludan “forever and forever” yang biasa diadakan di Jakarta! Bisa saja, nanti Habib Riziq didukung para Habaib Jakarta untuk melakukan revolusi. Ketika Habib Riziq sudah kedodoran, baru para Habaib akan tampil ke depan untuk merebut kekuasaan Habib Riziq. Ingat, para Habaib di Jakarta memiliki massa pengikut yang sangat banyak sekali.
Dulunya Jakarta ini dikuasai kawan-kawan PKS. Tetapi karena mereka tidak amanah, dan lebih cinta dunia, akhirnya warga Jakarta berpaling ke komunitas “Mauludan forever and forever” itu, yaitu kalangan Habib-habib. Fakta yang tampak selama ini, para penggiat dakwah Syiah Rafidhah di Indonesia juga kalangan Habib-habib asal Hadramaut ini. Termasuk di dalamnya Habib Husein Al Attas yang merupakan guru spiritualnya Joserizal Jurnalis (Ketua Presidium MER-C). Menurut kenalan wartawan, sebenarnya Ketua Penasehat MER-C adalah Husein Al Attas itu, tetapi namanya tidak dipublikasikan di mata umum, agar MER-C tetap dianggap sebagai lembaga “milik Muslim”. Makanya tidak aneh, kalau Penerbit Mizan menerbitkan buku “Jalan Jihad Sang Dokter” yang bercerita tentang jejak aktivitas Joserizal Jurnalis. Ya, antar sesama teman, jelas saling dukung-mendukung (dalam “jihad” menggembosi Ahlus Sunnah).
[9]. Tampaknya Syiah Rafidhah sangat lihai dalam memainkan peran media. Mereka butuh kekuatan revolusioner untuk mendobrak regim sekuler yang berkuasa. Maka itu mereka memanfaatkan para aktivis dan mujahidin Islam yang pro Syariat, sebagai kuda tunggangan. Para aktivis dan mujahidin hendak dibenturkan dengan pengusa sekuler. Ketika terjadi benturan (yang populer disebut “revolusi”) para aktivis Islam dan mujahidin pada bonyok dihajar oleh penguasa (militer dan Polri). Tetapi aparat juga bonyok juga. Akhirnya, ketika kedua pihak sudah bonyok, Syiah Rafidhah akan masuk memetik hasil. Itulah skenarionya.
Makanya saat ini Syiah Rafidhah sangat giat membangun kekuatan di segala lini. Tujuannya, mempersiapkan diri untuk memetik kekuasaan, setelah para mujahidin dan aktivis Islam bonyok disikat aparat keamanan. Maka itu tak heran, kalau Syiah Rafidhah mendukung isu-isu revolusi ini, tujuannya agar para pemuda Islam terbakar amarah dan emosinya, sehingga hal itu bisa mereka pakai untuk mengambil alih kekuasaan.
Bayangkan, dalam isu revolusi ini, kita sudah mendengar pernyataan-pernyataan SERAM, seperti: “Orang-orang miskin, kalian jangan putus-asa, jangan bunuh diri. Daripada bunuh diri, lebih baik kalian bunuh SBY. Hari ini mahasiswa sudah berhasil menguasai Gedung DPR, kapan kita menguasai Istana Negara? Nanti kalau sudah terpilih Presiden Syariah, kita akan umumnya dekrit bahwa di Indonesia berlaku Syariat Islam. Anggota militer harus mendukung, kalau tidak mendukung, nanti Anda akan kami perangi!” Bayangkan wahai sahabat, pernyataan demikian sudah bermunculan!
[10]. Kita bukan pro “ulil amri” sekuler, tetapi pro Ulil Amri yang tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya. Itu sudah menjadi akidah dan pilihan kita. Kalau pro “ulil amri” sekuler, nanti kita akan ikut memikul dosa “ulil amri” seperti itu, karena kita tidak mengingkari kemunkarannya. Intinya, kita pro Ulil Amri sesuai Syariat Islam. Tetapi disini ingin diingatkan, betapa bahayanya kalau para aktivis atau mujahidin Islam menjadi “kuda tunggangan” revolusi Syiah seperti yang diungkap oleh Ustadz Hartono Ahmad Jaiz. Jangan sampai kita dikadalin oleh Syiah. Para aktivis Islam yang bermandi keringat (atau bahkan darah), sedangkan Syiah Rafidhah yang memetik hasil.
Ingat peristiwa Revolusi 1998. Ketika itu mahasiswa yang berkuah keringat-darah, lalu yang memetik hasil Abdurrahman Wahid dan Megawati. Amat sangat disayangkan sekali. Kata para ustadz, “Kita ini selalu menjadi pendorong mobil mogok. Setelah mobil berlari, kita ditinggalkan.” Tampaknya Syiah Rafidhah mau memakai cara yang sama terhadap para aktivis Islam.
Disini kita ingin menegaskan: Insya Allah Habib Riziq, FPI, para aktivis dan mujahidin Islam, mereka ini orang-orang yang giat, ikhlas, dan ingin menggulirkan perubahan. Tetapi kalau tidak waspada, mereka bisa dikendalikan oleh tangan-tangan Syiah Rafidhah di balik layar. Lalu mereka yang memungut hasil kekuasaan, sedang kita gigit jari. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.
Mari kita atur lagi barisan. Mari kita damaikan antara kalangan Asy’ari-Maturidi dan kalangan Wahabi. Jangan membuat perselisihan di antara dua barisan besar ini, sebab Syiah akan memungut hasil dari pertikaian di antara kita. Itulah pesan utamanya. Jazakumullah khairan katsira. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.
[Ayahnya Syakir].
sumber: http://abisyakir.wordpress.com/2012/04/12/isu-revolusi-jangan-sampai-pejuang-islam-jadi-tunggangan-syiah-rafidhah/

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.