Dan ketika Aku datang dengan sebuah bunga kering di selip jemariku. Ini adalah bunga mawar yang pernah kupetik di berandaku karena lamanya waktu hingga massa melayukannya dengan setia Karena ketiadaanku juga membuat tunas tak tersiram di hujan tangsimu Inilah sejarahku tanda aku tak meninggalkan aksara namamu dalam sajakku Tapi engkau melupakanku dengan bunga layuku yang setangkai Dan pot kaca telah menyilaukanmu dengan dunia Yaaaah... aku tak menyalahkanmu bunga! Karna rumus dunia memang begitu adanya.. Yang berkilau lebih menyilaukan daripada seonggok tangkai bunga ketiadaan tetapi seperti biasa, hal kecil yang mengingatkanku padamu merasuk dalam hidupku. Setangkai bunga ketiadaan ku tempatkan pada pot kesetiaan Lalu ada yang bertanya '' Buat apa setangkai bunga itu taklah berharga?.'' Aku diam dengan aksara yang mencoba mencari jawab dari tafsir rindumu yang terlupa Aku masih tidak mengerti apa yang terjadi... Dunia yang meninggalkanku atau aku meninggalkan duniamu.. Aaaargh.. tapi aku masih tetap biasa dalam duniaku Dan engkau tetap dalam duniamu ataukahkata-kataku tidak sampai kepadamu? ataukah Aku yang masih saja mencoba mencarimu diantara debu dan kenangan…. eeeeeeummhhh... ku hela nafasku menemui satu arti Dari tafsir kata yang aku cari.. adalah do'a yang mengikatku pada jalan Ilahi yaitu ketika kelak Ia ijabah, Bukan karena kemilaunya duniaku tapi masih pada kesederhanaan tangkai bungaku ketika kelak engkau ku panggil sayang.. [puisi ini ditulis diPekanbaru oleh Abu Abdillaah Bin Abdurrahmaan/Asrizal Ar-Riauniy Nasution tahun 2012]