Pada
tanggal 13-15 Jumadil Akhir 1425 H bertepatan dengan 1-3 Juli 2004 M,
Direktur Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya, al-Ustadz Abdurrahman bin Abdul
Karim At-Tamimi hafidhahullah memenuhi undangan Markaz Al-Imam
Al-Albani di Jordania untuk menyampaikan ceramah pada Muktamar yang
dihadiri kurang lebih 1000 penuntut ilmu dan sejumlah ulama dari
negeri-negeri Islam. berikut ini terjemahan teks khutbah beliau dengan
judul :
“PERKEMBANGAN DAKWAH SALAFIYAH DI INDONESIA”
Setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menyampaikan makalahnya sebagai berikut :
Yang
mulia, para Syaikh ….., Yang mulia Syaikh kami Asy-Syaikh Salim bin
Ied al-Hilali Direktur Markaz Al-Imam Al-Albani dan para anggotanya
yang aktif serta kepada saudara-saudaraku yang hadir dari kalangan para
ulama yang mulia, dan saudara-saudaraku para penuntut ilmu. Saya
mengucapkan penghormatan kepada anda sekalian dengan penghormatan Islami
:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Sungguh
sangat menggembirakan dan membahagiakan diri saya karena dapat berdiri
di tempat yang mulia ini dan pertemuan yang diberkahi ini dengan izin
Allah Subhanahu wa Ta’aladengan membawa salam dari
saudara-saudara anda, Salafiyyin di Indonesia, sebagaimana hal ini wajib
bagi diri saya sebagai wakil dari Ma’had kami, Ma’had Al-Irsyad
Al-Islami beserta seluruh Salafiyyin di Indonesia, agar saya berterima
kasih kepada Markaz kita, Markaz Al-Imam Al-Albani, terutama kepada
direkturnya Syaikhuna Asy-Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali hafidhahullah
(semoga Allah menjaga beliau) yang telah memuliakan kami dengan
mengundang kami untuk ikut serta pada Muktamar yang diberkahi ini, dan
mengizinkan kami ikut andil dalam memberikan beberapa patah kata yang
berjudul :
“Perkembangan Dakwah Salafiyyah Di Indonesia” dengan pertimbangan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Islam terbesar, ditinjau dari jumlah penduduknya yang beragama Islam.
Saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaYang
Maha Mulia lagi Maha tinggi agar Dia memberkahi kesungguhan beliau dan
saudara-saudara beliau dalam meninggikan dakwah yang diberkahi ini, yang
mana kita hidup dari kemuliaan dakwah ini. Dan kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaagar
mematikan kami diatas dakwah ini, dan agar Dia memberkahi Markaz
Al-Imam Al-Albani ini yang darinya terpancar cahaya keimanan,
ketentraman dan keamanan.
Mengawali ceramah ini saya katakan :
“Tidaklah diketahui secara pasti awal mula masuknya agama Islam ke
negeri Indonesia dan pulau-pulau disekitarnya.” Pendapat para ahli
sejarah berbeda-beda tentang sejarah timur jauh. Dan yang paling
mendekati kebenaran, bahwasanya awal mula masuknya agama Islam dan
penyebarannya terjadi pada akhir abad pertama hijriyah, dengan
perantaraan para pedagang Arab yang datang dari selatan semenanjung
Arab. [Lihat kitab yang dikarang Arnold The Preaching of Islam hal
262 terbitan London 1913 M].
Al Ustadz Arnold berkata :
“Sesungguhnya Islam dibawa ke Asia tenggara oleh orang-orang Arab pada
abad-abad pertama hijriyah.” Disebutkan dalam kitab “Nukhbatul Dahri”
karya Syamsyuddin Ubaidillah Muhammad bin Tholib Ad Dimasyqi yang
terkenal dengan julukan “Syaikhur Robwah” wafat pada tahun 727 H :
“Sesungguhnya agama Islam sampai di jazirah Indonesia pada tahun 30 H.”
Seorang petualang asal Irak yang bernama Yunus Bahri berkata dalam buku
hariannya, yang teksnya : “Pertama kali penguasa beragama Hindu dari
kalangan kerajaan Pajajaran masuk Islam, dan keislamannya adalah pembuka
era yang baru bagi tersebarnya agama Islam.” Dan sejarah memberitakan
kepada kita bahwasanya kerajaan Islam yang pertama, berdiri di Demak
dengan dukungan para ulama yang bermadzhab Syafi’i. Beberapa riwayat
mengatakan sesungguhnya para penguasa pemerintahan di Demak adalah yang
menghancurkan patung-patung dan membuangnya di tengah lautan. Sungguh
telah bersinar bintang kerajaan Demak pada tahun 1478 M hingga tahun
1546 M. Dan Demak (dahulu) adalah pusat bagi para penguasa Islam di
Jawa. Dan bisa jadi tersebarnya madzhab Syafi’i di Indonesia dan
Hadromaut memberikan kepada kita bukti yang pasti bahwa orang-orang
yang membawa agama Islam ke Indonesia adalah para pedagang
Hadromaut.
Adapun faktor-faktor yang membantu tersebarnya agama
Islam dengan cepat di Indonesia dan pulau-pulau sekitarnya dapat
diringkas dengan beberapa hal berikut ini :
- Mudahnya agama Islam, tidak terdapat hal-hal yang rumit bagi seseorang yang berkeinginan memeluk agama Islam.
- Jernihnya hati penduduk Indonesia dan fitrah mereka yang siap untuk memeluk agama Islam.
- Pernikahan yang terjadi antara orang-orang Arab dengan penduduk Indonesia.
- Akulturasi bangsa Arab dengan penduduk Indonesia dan pergaulan mereka dengan penduduk Indonesia seperti saudara sekandung.
Berlalulah
tahun demi tahun, dan hubungan antara para pendatang dan penduduk
Indonesia dalam keadaan semakin baik. Akulturasi (penggabungan budaya)
semakin bertambah mendalam pada awal-awal pertengahan kedua pada abad
ke-20, dimana seorang Arab tidak datang dengan Istrinya ke Indonesia,
namun Setiap pendatang menikah dengan penduduk setempat. Dan sungguh
hijrahnya orang-orang Arab dari selatan Arab ke Indonesia adalah
termasuk hijrah yang terbesar jika dilihat dari jenisnya. Merupakan
suatu keniscayaan, pendatang dari Hadromaut yang beragama Islam akan
mendapatkan gangguan dan perlawanan dari penduduk Indonesia, terlebih
lagi dari para penguasa dan pemuka mereka, namun hati penduduk Indonesia
masih didominasi oleh keluguan dan bahkan bersikap loyal terhadap
mereka. Mereka tidak melihat dari para pendatang Hadromaut sesuatu yang
perlu diwaspada’i dan mengeruhkan suasana. Sebenarnya, orang-orang
Hadromaut itu pada asalnya tidak datang ke negeri Indonesia untuk
mendirikan sebuah negara atau menyebarkan agama. Tujuan yang paling
utama bagi mereka adalah berdagang dan mencari rezki. Kemudian para
pedagang itu dengan fitrah mereka yang sabar, keras, cerdas, rajin dan
amanah dalam bermuamalah, jujur dalam berkata, mampu membuat jalan
mereka di negeri yang jauh ini. Hingga pada suatu masa mereka mampu
menguasai perdagangan dan mengokohkan markaz mereka dan “meluncur cepat”
diantara para penduduk yang berbeda jenis, bahasa, agama, akhlak dan
adat-istiadat dengan mereka.
Kemudian pemerintahan Belanda
menyempitkan mereka, pemerintahan Belanda bersikap keras dalam penerapan
hijrah atas orang-orang Hadromaut. Pemerintahan Belanda mengumpulkan
mereka dalam suatu daerah khusus serta tidak memperbolehkan mereka
berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya melainkan dengan izin
khusus dan setelah susah payah memperolehnya. Sikap keras dan tekanan
ini berjalan bertahun-tahun. Pada tahun 1916 M, pemerintahan Belanda
memberikan semacam kebebasan. Dan pada tahun 1919 M, pemerintah Belanda
mencabut tekanan itu dan memberikan kebebasan bagi mereka berpindah
dari satu kota ke kota lainnya, dari satu desa ke desa lainnya, dari
satu pulau ke pulau lainnya tanpa ada kesulitan yang mereka jumpai
dihadapan mereka. [Lihat kitab “Tarikhul Irsyad fi Indonesia”, oleh
Ustadz Sholah Abdul Qadir Bakri hal 10-12]
Dengan berlalunya
masa, rusaklah tauhid di negeri Indonesia ini, yang mana tauhid
merupakan kekuatan dan pokok dakwah Islam, dan masuklah ke dalam Islam
berbagai syubhat (kesamaran) dan kerusakan. Kuburan-kuburan para wali
didatangi orang-orang bodoh untuk berziarah kepadanya, para wanita
bernazar untuknya, orang awam meyakini bahwasanya kuburan-kuburan itu
mampu memberi manfaat dan memberi mudharat, thariqoh sufiyyah meliputi
seluruh negeri, fanatisme madzhab telah mencapai puncaknya maka
kebodohanpun merata, kegelapan menguasai, ditambah lagi kegelapan
penjajahan Belanda -pada waktu itu- yang melemahkan negeri Indonesia
dibawah belenggunya.
Akan tetapi Allah tidak menginginkan
melainkan Dia sempurnakan cahaya-Nya. Allah memunculkan untuk negeri ini
seorang lelaki shalih, seorang reformis yang datang dari negeri Sudan
pada bulan Rabiul Awwal 1329, yang menyeru manusia kepada tauhid,
memerangi kesyirikan, khurafat, bid’ah dan ta’ashub terhadap madzhab,
beliau adalah Syaikh Ahmad bin Muhammad As Syurkati rahimahullah.
Dakwah beliau meliputi seluruh negeri, dan beliau telah mencetak
kader yang menolong dan membantu dakwah beliau diseluruh jazirah
Indonesia. Syaikh Ahmad Syurkati terpengaruh dengan dakwah Syaikhul
Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dan juga Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah beserta majalahnya “Al-Manar”. Beliau mengarang , mengajar, dan membangun “MADRASAH AL IRSYAD” pada tahun 1914 M.
Akan
tetapi musuh-musuh beliau dari kalangan pengikut thariqot Sufiyyah dan
aliran bid’ah memerangi, memusuhi, dan menghalangi dakwah beliau. Namun
hal itu tidak mengusik beliau, dan beliau terus berdakwah hingga Allah
mewafatkan beliau pada tanggal 16 Ramadhan 1326, semoga Allah merahmati
beliau seperti rahmat-Nya kepada orang-orang yang berbakti. Akan tetapi
sebagai sebuah amanah ilmiyyah dan sebuah sejarah kami tidak mengatakan,
bahwa dakwah Syaikh Ahmad Syurkati adalah dakwah Salafiyyah yang murni,
yang mana hal ini dikarenakan lemahnya penyebaran dan pondasi dakwah
Salafiyyah pada saat itu, hanya saja dakwah beliau telah mempersiapkan
jalan untuk kepada dakwah Salafiyyah yang murni, dimana pada pemikiran
beliau terdapat sebagian hal-hal yang menyelisihi dan menyimpang dari
aqidah Salafiyyah, seperti pengingkaran beliau akan datangnya Al Mahdi,
dan turunnya Nabi Isa Alaihissalamyang telah jelas kebenaran
dalilnya dengan pasti dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi yang shahih. Akan
tetapi kita tidak melupakan keutamaan beliau dan keutamaan Syaikh
Muhammad Rasyid Ridha dan majalahnya “Al-Manar” dalam pencerahan
akal-akal kaum muslimin yang bodoh terhadap agama mereka dan memerangi
bid’ah, kesyirikan dan sikap beliau berdua yang membuang fanatisme
madzhab serta dakwah mereka (yang menyeru) untuk berpegang teguh kepada
Al-Qur’an dan sunnah yang shahih sesuai dengan pemahaman Salaful Ummah.
Keadaan ini terus berlangsung demikian hingga penjajahan Belanda pergi
dan membawa kekuasaannya dari negeri Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 M.
Sesudah itu datanglah bibit-bibit penjajahan
Belanda dari kalangan orang-orang sekuler dan atheis, yang mana mereka
memerintah negeri ini dengan menyempitkan ruang gerak kebebasan beragama
kaum muslimin, hingga sirnalah mendung dan pudar bala bencana dengan
perginya pemerintahan Sukarno serta gagallah pemberontakan komunis di
negeri ini pada tahun 1965 M, yang demikian ini merupakan karunia Allah
semata, dan segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya sempurnalah
segala kebaikan. Kemudian datanglah sesudah itu era kebebasan berdakwah,
hanya saja yang sangat disayangkan bahwa dakwah Salafiyyah sangat
disayangkan tidak ikut serta di medan dakwah ini dikarenakan tidak
adanya para Da’i Salafiyyin yang mampu -kecuali mereka yang dirahmati
Allah-. Hingga dibuka di Jakarta pada tahun 1401 H, bertepatan pada
tahun 1981 M, Ma’had yang metodenya mengikuti Universitas Al-Imam
Muhammad bin Suud Al-Islamiyyah di Riyadh, dan banyak penduduk negeri
ini yang sekolah padanya, namun sangat disayangkan lulusan dari Ma’had
ini tidak mengetahui banyak tentang hakekat manhaj salaf, kebanyakan
mereka berakidah Salafiyyah -sesuai dengan pelajaran yang diajarkan di
negeri mereka- hanya saja manhaj mereka Ikhwani (berpemahaman ikhwanul
muslimin) yang menyimpang, bahkan banyak diantara mereka –sesudah itu-
bergabung dengan kelompok-kelompok (hizbiyyah) Islam di negeri ini, dan
yang berada pada barisan terdepannya adalah Partai Keadilan
“Al-Ikhwani,” dan mereka menjadi pemimpin pada partai ini.
Negeri
Indonesia belumlah lama mengenal dakwah Salafiyyah yang murni dan benar,
tidak lebih dari 10 tahun yang lalu melalui perantaraan sebagian
putra-putra Indonesia yang lulus dari Universitas Islam Madinah, dan
mereka terpengaruh dengan para ulama Salafiyyin di Madinah sedangkan
mereka itu sedikit. Pengaruh yang jelas dan penyebaran yang luas dakwah
Salafiyyah ini juga timbul dari penyebaran dan penerjemahan kitab-kitab
Salafiyyah ke dalam bahasa Indonesia dari para ulama salaf, baik yang
lampau maupun ulama pada saat ini. Dari buku-buku itulah mereka mengenal
manhaj salaf yang benar. Berada pada bagian yang terdepan dalam hal ini
adalah kitab-kitab Syaikhuna Al-Imam Sayyidul Muhadditsin (Pemimpin
ahli hadits) zaman ini, Abu Abdurrahman Muhammad Nashiruddin Al-Albani
dan murid-murid beliau yang mukhlis, kemudian buku-buku Al-Allaamah
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan Al-Allaamah Al-Imam ahli
fikih zaman ini Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Sungguh
kitab-kitab, karangan-karangan dan fatwa-fatwa mereka tersebar di
seluruh jazirah Indonesia, dan penduduk negeri ini benar-benar
mendapatkan manfaat darinya. Selain itu, demikian pula kitab-kitab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan murid beliau Al-Imam Ibnu Qoyyim
Al-Jauziyah dan kitab-kitab Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab dan
anak-anak beserta cucu-cucu beliau yang shalih. Dan dapat saya katakan
bahwa kitab-kitab Salafiyyah pada saat ini adalah kitab-kitab Islam
terbesar yang tersebar di Indonesia -segala puji bagi Allah atas
karunia-Nya-.
Para Da’i Salafiyyin menegakkan dakwah dengan
semangat dan penuh kesungguhan, mereka berkeliling di Jazirah
Indonesia, baik kota maupun desanya, dan mereka membangun
sekolah-sekolah dan pondok pesantren Salafiyyah di beberapa tempat
sehingga tersebarlah dakwah Salafiyyah sebagaimana menjalarnya api pada
rumput kering. Manusiapun menerima dakwah yang murni dari sikap
berlebih-lebihan bersikap ekstrim ini, dengan penerimaan yang baik.
Mereka (para Da’i) Salafiyyah ini tidak mencari kenikmatan dunia yang
fana, tidak menginginkan kursi-kursi kekuasaan dan tidak pula bermain
dalam hidangan politik, akan tetapi keinginan mereka adalah mendidik
generasi dengan pendidikan Islam yang benar diatas dasar “Tasfiyyah”
(Pemurnian) dan “Tarbiyah” (Pendidikan) yang memmurnikan
pemikiran-pemikiran yang mencemari agama yang lurus ini berupa bid’ah
dan khurafat, dengan menumbuhkan, mendidik dan mengembalikan generasi
ini sebagaimana generasi terbaik, karena tidak akan baik umat ini hingga
mereka beragama sebagaimana generasi yang pertama. Tidaklah suatu kota,
atau desa di Indonesia sekarang ini, melainkan padanya terdapat dakwah
Salafiyyah, sedikit atau banyak. Namun dakwah Salafiyyah ini menemui
berbagai rintangan yang merintangi jalannya, dan demikianlah keadaan
dakwah yang benar (senantiasa mendapat rintangan) dan demikian juga
dakwah para rasul dan Nabi.
Penghalang terbesar yang
muncul adalah dari kaum hizbiyyin (mereka yang fanatik pada kelompoknya)
baik dari kalangan “Quthbiyyin” (mereka yang mengikuti pemahaman Sayyid
Qutb) atau “Sururiyyin” (mereka yang mengikuti pemahaman Muhamad Surur)
maupun “Takfiriyyin” (mereka yang dengan mudah mengkafirkan tanpa
petunjuk ulama), demikian juga dari kalangan orang-orang sekuler,
thoriqot suffiyyah dan aliran-aliran bid’ah lainnya. Akan tetapi yang
paling menyayat-nyayat jiwa kami adalah sebagian orang yang menisbatkan
diri mereka kepada dakwah Salafiyyah, akan tetapi hakikatnya mereka
adalah orang-orang yang berbuat “ghuluw” (menyimpang dan
berlebih-lebihan dalam agama) dan ekstrim, yang mana mereka memusuhi
kami lantaran hasad dan dengki yang telah memakan hati mereka. Padahal
mereka itu masih anak-anak yang masih ingusan lagi bodoh. Sungguh mereka
telah menjauhkan manusia dari dakwah Salafiyyah yang haq ini, akibat
perangai mereka yang buruk dan dakwah mereka yang kasar lagi jelek.
Tidaklah seorang menyelisihi mereka, sekalipun itu dari teman-teman
mereka sendiri, melainkan mereka membid’ahkannya dan mengucilkannya dari
pergaulan dengan mereka….
Akan tetapi segala puji bagi Allah,
kekuatan mereka hancur berkeping-keping sehingga hilang dan lenyaplah
kekuatan mereka. Tersingkaplah keburukan mereka, permusuhan diantara
mereka sendiri sangat sengit, mereka bercerai-berai, dan ini adalah
pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran. Sesungguhnya Allah
tidak akan memperbaiki perbuatan orang-orang yang merusak. Sekalipun
mereka melakukan suatu perbuatan yang mereka inginkan untuk mengelabui
manusia… dan sekalipun mereka merubah kulit-kulit (baju-baju) mereka
untuk menjelekkan dan mengacaukan… dan sekalipun mereka membaguskan
penampilan mereka, untuk menyembunyikan kejelekan mereka.
Semua
itu -dan selainnya- sekali-kali tidak akan ada kelangsungannya atau
perbaikannya, sekali-kali tidak akan berjalan bersamanya amal kebenaran
yang jelas, justru ia akan hilang dan meleleh serta tidak akan kembali.
(lihat tulisan Syaikhuna Abul Harits Ali bin Al-Hasan Al-Atsari di
Majalah Al-Ashalah edisi 32 hal. 10). Dan adalah, dengan diadakannya
“Daurah Syariyyah tentang Aqidah dan Manhaj” oleh Ma’had kami, Ma’had
Ali Al Irsyad Al Islami yang bekerjasama dengan Markaz yang mulia ini,
mempunyai dampak positif yang nyata/produktif dalam menyebarkan dakwah
Salafiyyah dan memahamkan aqidah yang benar kepada manusia, dan juga
“manhaj” (metode) yang benar, serta berdakwah dengan hikmah dan cara
yang baik, jauh dari sikap “ghuluw” (berlebih-lebihan) dan melampaui
batas. Telah ikut serta dalam Daurah tersebut, para ulama yang mulia,
mereka adalah :
1. Yang Mulia Syaikhuna Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr
2. Yang Mulia Syaikhuna Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali
3. Yang Mulia Syaikhuna Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari
4. Yang Mulia Syaikhuna Syaikh Mashur bin Hasan Alu Salman
Mereka
telah menyampaikan ceramah-ceramah, pelajaran-pelajaran,
pertemuan-pertemuan yang bermanfaat sekali bagi para penuntut ilmu
(semoga Allah membalas kebaikan bagi mereka) dan banyak manusia telah
mendapatkan manfaat dari mereka. Daurah tersebut telah berlangsung
selama tiga tahun (segala puji bagi Allah). Inilah ringkasan bahasan
yang singkat tentang perkembangan dakwah Salafiyyah di Indonesia, yang
saya menulisnya dengan tergesa-gesa, semoga saya diberi petunjuk
padanya, dan segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya sempurnalah
segala kebaikan.
Terakhir, saya mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaagar
memberi petunjuk kepada para syaikh-syaikh kami yang mulia, dan juga
kepada para saudara-saudara kami yang mengadakan pertemuan ini, dan agar
Dia meninggikan panji Salafiyyin. Allah-lah yang menolong dan kuasa
atasnya.
Dan akhirnya kami ucapkan, alhamdulillahi rabbil alamin.
[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah, Edisi 10/Th II/2004/1425H]
Diposting oleh Abu Fahd Negara Tauhid
07 Agustus 2012
Sejarah Masuknya salaf ke indonesia
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar