Bismillahirrahmaanirrahiim.
Sebelum membaca tulisan ini, mohon pembaca sudi terlebih dulu membaca beberapa artikel di bawah ini:
Para Aktivis Islam Mau Dijadikan “Kuda Troya” oleh Kaum Revolusioner Syiah Rafidhah.
Tulisan-tulisan di atas saling berkaitan
satu sama lain. Benang merahnya, Syiah Rafidhah tampaknya sedang
merancang sebuah revolusi di negeri ini, terinspirasi oleh Revolusi Rafidhah
di Iran tahun 1979 lalu. Mereka bukan mengendarai kendaraan sendiri
untuk menggulirkan revolusi itu, tetapi mereka memakai isu para aktivis
Islam (mujahidin) yang sudah sangat muak dengan regim sekuler Neolib
untuk melancarkan revolusi. Bahkan mereka menjadikan para mujahidin
sebagai “kuda troya”. Nanti para mujahidin yang bermandi keringat, lalu
mereka yang memungut hasil. Sangat menakjubkan!
Adapun tulisan ini sifatnya hanya sebagai
pendukung dan pelengkap data saja. Para Ahlus Sunnah di Nusantara harus
segera sadar, betapa sangat berbahaya konspirasi Syiah yang
mengatasnamakan “revolusi” itu. Semoga Allah Ar Rahmaan senantiasa
memberikan taufiq dan pertolongan untuk menetapi jalan hidup yang
diridhai-Nya. Amin Allahumma amin.
Mari kita mulai merunut fakta dan datanya…
[1]. Analisis dari lembaga Islam internasional, Rabithah Ulama Muslimin:
“Gejolak kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini rupanya menjadi perhatian Rabithah Ulama Al-Muslimin (Ikatan Ulama Muslimin). Dalam
sebuah Muktamar terbarunya di Istanbul, Turki yang berlangsung dari
tanggal 27-28 Rabi’ul Awwal 1432 H baru-baru ini, Rabithah Ulama Muslim
mendukung langkah-langkah reformasi di Tunisia dan Mesir. Acara
bertema, “Ulama dan Kebangkitan Umat” yang yang dihadiri lebih dari
seratus ulama dan du’at (dai) dari 35 negara itu membahas dan
mendiskusikan berbagai topik aktual di Dunia Islam.
Rabithah juga mengingatkan
umat Islam dari bahaya konspirasi global Syi’ah Shafawiyah dengan
propagandanya yang menipu; baik itu di Bahrain dan negara lainnya.
Syi’ah Shafawiyah adalah Aliansi strategis pemerintah Iran, pemerintah
Suriah, kelompok Hizbullah dan kelompok Syiah Irak yang ingin
mengembalikan kejayaan dinasti (Syi’ah) Shafawiyah dan Fathimiyah dalam
menguasai kekuasaan di semenanjung Arab dan Afrika. (DR Muhammad Bassam
Yusuf, penulis buku “Menyingkap Konspirasi Besar Zionis-Salibis dan Neo
Syiah Shafawis terhadap Ahlussunnah di Semenanjung Arabia”).
Perhatikan: Ini hasil analisis para ulama
Muslim Ahlus Sunnah sedunia. Tidak boleh ada sikap ofensif, meremehkan,
atau segala “celetukan” yang bernada mementahkan bayan di atas. Ingat
selalu, “Al ulama’u waratsatul anbiya‘” (ulama itu pewaris para
Nabi). Kalau kalangan Syiah meremehkan atau mementahkan, wajar saja
wong mereka memang mengikuti jalan “begituan”.
[2]. Mungkinkah Syiah
Rafidhah akan melakukan revolusi di Indonesia, sedangkan jumlah mereka
sangat minoritas? Kalau di Iran atau Irak mungkin saja, tapi di
Indonesia apa mungkin? Ini pertanyaan penting. Jawabnya: Kalangan Syiah
Rafidhah akan memakai pola seperti di Suriah. Mereka jumlahnya
minoritas, tetapi mengendalikan militer untuk menjajah kaum Ahlus
Sunnah. Pola mereka bukan seperti di Iran, tetapi seperti di Suriah.
Singkat kata, mereka bukan akan memakai jalan demokrasi atau semacamnya,
tetapi jalan kekuasaan dan kekerasan militer.
[3]. Apa mungkin Syiah
Rafidhah akan main kekerasan? Jawabnya, sangat mungkin. Menurut
informasi yang beredar di kalangan aktivis Islam, Syiah Rafidhah di
Indonesia telah memiliki apa yang dinamakan “Laskar Al Mahdi”. Ini
adalah semacam kekuatan milisi swasta yang sewaktu-waktu bisa diarahkan
menjadi organisasi sejenis “Hizbullah” di Libanon itu. Anda perlu ingat
juga, saat perayaan Hari Asyura beberapa waktu lalu, ia diadakan di
komplek lapangan udara Halim Perdanakusumah. Hebat banget, mereka sudah
bisa mengakses fasilitas militer milik TNI.
[4]. Sebagai fakta
lanjutan, masih ingat buku “Trilogi Idahram”, khususnya buku “Sejarah
Berdarah Sekte Salafi Wahabi”? Dalam buku-buku ini, kaum Salafi-Wahabi
oleh Idahram dan Said Aqil Siradj diposisikan sebagai “musuh negara”
alias “teroris”. Said Aqil kerjasama dan BNPT (Ansyad Mbai)
gandeng-renteng melakukan upaya deradikalisasi. Ansyad Mbai sendiri
secara verbal akan menjadikan buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi
Wahabi” sebagai rujukan lembaganya. Apa yang bisa disimpulkan? Ini
adalah cara main kekuasaan dan kekerasan.
[5]. Coba perhatikan
ucapan Idrus Jamalullail yang di sebuah media: “Habib Idrus Jamalulail
di acara maulid Nabi (hari Jum’at malam tanggal 3 Februari 2012)
mengatakan, peringatan maulid jangan hanya mengejar nasi kebuli, tetapi
harus ada target untuk mengangkat Imam untuk kaum Muslimin di Indonesia.
“Kalau di dunia ada Imam Khomeini, maka mari di Indonesia kita angkat Habib Rizieq Syihab
sebagai Imam kaum muslimin di Indonesia.” Ini adalah signal-signal,
bahwa para aktivis akan menjadikan “imam khomeini” sebagai inspirasi
gerakan mereka. Kalau benar-benar Ahlus Sunnah, akan sangat risih dengan
pernyataan seperti ini. Apa tidak ada inspirasi lain yang lebih baik
selain Khomeini?
[6]. Tanggal 12 Maret
2012, di ruang Anggrek Istora Senayan, dilaksanakan acara dialog bertema
“Calon Presiden Syariah”. Acaranya sangat meriah sekali dan didukung
spirit besar para aktivis Islam. Singkat kata, forum ini berencana
menjadikan Habib Riziq sebagai Capres Syariah, dan menggulirkan tatanan
negara Indonesia yang berbasis Syariat Islam. Dalam satu pernyataannya,
Al Akh Munarman mengatakan: “Kalau nanti kita sudah berhasil mengangkat
seorang Capres Syariah, pada hari itu juga kita terbitkan dekrit yang
menyatakan di Indonesia berlaku Syariat Islam.” Begitu kurang lebih
pernyataan Munarman. Singkat kata, para aktivis gerakan Islam ini insya
Allah tulus ingin menegakkan Syariat.
Tetapi menariknya, di sela-sela acara,
ada seorang penanya atau sebutlah “penceramah dadakan” berasal dari
Bogor. Dalam pernyataannya dia kembali mengangkat nama “Imam Khomeini”.
Kata dia, di Indonesia saat ini butuh sosok seperti “Imam Khomeini”
untuk memimpin gerakan revolusi. Rasanya sangat risih, mengapa Khomeini
lagi Khomeini lagi? Hal ini menjadi signal untuk kesekian kalinya, bahwa
ada bayang-bayang Syiah Rafidhah di balik gerakan revolusi yang hendak
digulirkan para aktivis Islam itu.
[7]. Bukan kebetulan
jika hari-hari ini para aktivis Syiah sangat nafsu menyebarkan ceramah
Habib Riziq Shihab yang membantah buku Yazid Abdul Qadir Jawwas yang
berjudul “Mulia dengan Manhaj Salaf”. Oleh para aktivis Syiah, buku ini
mereka pakai untuk menyerang kaum Wahabi. Nah, itulah liciknya mereka,
selalu menggunakan momen untuk menyerang musuh-musuhnya dari kalangan
Ahlus Sunnah Salafiyah (baca: Wahabi). Modusnya sama, yaitu masuk dari
celah sikap dai-dai Salafi, lalu memanfaatkan hal itu untuk menyerang
Ahlus Sunnah secara umum. Modus buku “Trilogi Idahram” kan begitu.
Penulisnya masuk dari fakta-fakta kerasnya dakwah ikhwan Salafi, lalu
menyerang Ahlus Sunnah secara membabi-buta.
Coba perhatikan kata-kata Habib Riziq dalam ceramah itu: “Buku-buku
semacam ini memecah belah umat. Kalau pengarang ini merasa bahwa
Wahhabi adalah ajaran yang paling benar, silahkan. Dia menamakan dirinya
pengikut Salafi atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama istilah
Wahhabi. Kalau dia merasa Salafi Wahhabi paling benar, hak dia. Kalau
dia merasa paling suci, hak dia. Kalau dia merasa paling lurus, hak dia.
Tapi dia tidak punya hak untuk sesat menyesatkan, kafir mengkafirkan
sesama umat Islam. Apalagi umat Islam dari kalangan Asy’ari dan Maturidi
yang sudah 1200 tahun lebih secara representatif mewakili Ahlussunnah
wal Jama’ah. Wahhabi baru lahir kemarin, terus ingin mengkafirkan
Asy’ari. Memang selama ini 1000 tahun yang disebut Ahlussunnah itu
siapa? 1000 tahun lebih yang disebut Ahlussunnah itu adalah Asy’ari dan
Maturidi. Wahhabi tidak masuk daftar. Baru muncul belakangan, sudah
ingin sesat menyesatkan umat Islam yang tidak sepakat dengan mereka.
Innalillahi wainailahi rojiun.” (Sumber: Tanggapan Habib Riziq Terhadap Wahabi dan Syiah).
Lihat pernyataan di atas, bermula dari
buku Yazid Abdul Qadir Jawwas, lalu masuk menyerang Wahabi secara
keseluruhan. Masya Allah…apakah itu keadilan, Habib Riziq? Bukankah
selama ini Anda banyak dibantu, didukung, dipromosikan oleh kalangan
Wahabi? Apa sih susahnya membatasi masalah HANYA pada buku Ustadz Yazid
Jawwas saja, tanpa harus menempeleng atau memukul kalangan Wahabi?
Mestinya Habib Riziq bisa membedakan masalah umum dan khusus, masalah
pribadi dan jamaah, masalah ushul dan furu’.
[8]. Perlu diingat juga,
pertimbangan geopolitik. Indonesia itu besar, tetapi kekuatan
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Pulau Jawa luas, tetapi titik pusat
kekuasaan di DKI Jakarta. Banyak orang berteori, kalau Jakarta bisa
dikuasai, maka Indonesia akan mudah dikuasai. Maka itu pada era tahun
1965 dulu, target revolusi PKI adalah Jakarta. Sedangkan secara
sosial-keagamaan, Jakarta bisa dibilang telah dikuasai oleh jaringan
Habib-habib. Kalau tidak percaya, turunlah ke Jakarta. Lihat spanduk,
baliho, dan aneka acara Mauludan “forever and forever” yang biasa
diadakan di Jakarta! Bisa saja, nanti Habib Riziq didukung para Habaib
Jakarta untuk melakukan revolusi. Ketika Habib Riziq sudah kedodoran,
baru para Habaib akan tampil ke depan untuk merebut kekuasaan Habib
Riziq. Ingat, para Habaib di Jakarta memiliki massa pengikut yang sangat
banyak sekali.
Dulunya Jakarta ini dikuasai kawan-kawan
PKS. Tetapi karena mereka tidak amanah, dan lebih cinta dunia, akhirnya
warga Jakarta berpaling ke komunitas “Mauludan forever and forever” itu,
yaitu kalangan Habib-habib. Fakta yang tampak selama ini, para penggiat
dakwah Syiah Rafidhah di Indonesia juga kalangan Habib-habib asal
Hadramaut ini. Termasuk di dalamnya Habib Husein Al Attas yang merupakan
guru spiritualnya Joserizal Jurnalis (Ketua Presidium MER-C). Menurut
kenalan wartawan, sebenarnya Ketua Penasehat MER-C adalah Husein Al
Attas itu, tetapi namanya tidak dipublikasikan di mata umum, agar MER-C
tetap dianggap sebagai lembaga “milik Muslim”. Makanya tidak aneh, kalau
Penerbit Mizan menerbitkan buku “Jalan Jihad Sang Dokter” yang
bercerita tentang jejak aktivitas Joserizal Jurnalis. Ya, antar sesama
teman, jelas saling dukung-mendukung (dalam “jihad” menggembosi Ahlus
Sunnah).
[9]. Tampaknya Syiah
Rafidhah sangat lihai dalam memainkan peran media. Mereka butuh kekuatan
revolusioner untuk mendobrak regim sekuler yang berkuasa. Maka itu
mereka memanfaatkan para aktivis dan mujahidin Islam yang pro Syariat,
sebagai kuda tunggangan. Para aktivis dan mujahidin hendak dibenturkan
dengan pengusa sekuler. Ketika terjadi benturan (yang populer disebut
“revolusi”) para aktivis Islam dan mujahidin pada bonyok
dihajar oleh penguasa (militer dan Polri). Tetapi aparat juga bonyok
juga. Akhirnya, ketika kedua pihak sudah bonyok, Syiah Rafidhah akan
masuk memetik hasil. Itulah skenarionya.
Makanya saat ini Syiah Rafidhah sangat
giat membangun kekuatan di segala lini. Tujuannya, mempersiapkan diri
untuk memetik kekuasaan, setelah para mujahidin dan aktivis Islam bonyok
disikat aparat keamanan. Maka itu tak heran, kalau Syiah Rafidhah
mendukung isu-isu revolusi ini, tujuannya agar para pemuda Islam
terbakar amarah dan emosinya, sehingga hal itu bisa mereka pakai untuk
mengambil alih kekuasaan.
Bayangkan, dalam isu revolusi ini, kita
sudah mendengar pernyataan-pernyataan SERAM, seperti: “Orang-orang
miskin, kalian jangan putus-asa, jangan bunuh diri. Daripada bunuh diri,
lebih baik kalian bunuh SBY. Hari ini mahasiswa sudah berhasil
menguasai Gedung DPR, kapan kita menguasai Istana Negara? Nanti kalau
sudah terpilih Presiden Syariah, kita akan umumnya dekrit bahwa di
Indonesia berlaku Syariat Islam. Anggota militer harus mendukung, kalau
tidak mendukung, nanti Anda akan kami perangi!” Bayangkan wahai sahabat,
pernyataan demikian sudah bermunculan!
[10]. Kita bukan pro
“ulil amri” sekuler, tetapi pro Ulil Amri yang tunduk kepada Allah dan
Rasul-Nya. Itu sudah menjadi akidah dan pilihan kita. Kalau pro “ulil
amri” sekuler, nanti kita akan ikut memikul dosa “ulil amri” seperti
itu, karena kita tidak mengingkari kemunkarannya. Intinya, kita pro Ulil
Amri sesuai Syariat Islam. Tetapi disini ingin diingatkan, betapa
bahayanya kalau para aktivis atau mujahidin Islam menjadi “kuda
tunggangan” revolusi Syiah seperti yang diungkap oleh Ustadz Hartono
Ahmad Jaiz. Jangan sampai kita dikadalin oleh Syiah. Para aktivis Islam yang bermandi keringat (atau bahkan darah), sedangkan Syiah Rafidhah yang memetik hasil.
Ingat peristiwa Revolusi 1998. Ketika itu
mahasiswa yang berkuah keringat-darah, lalu yang memetik hasil
Abdurrahman Wahid dan Megawati. Amat sangat disayangkan sekali. Kata
para ustadz, “Kita ini selalu menjadi pendorong mobil mogok. Setelah
mobil berlari, kita ditinggalkan.” Tampaknya Syiah Rafidhah mau memakai
cara yang sama terhadap para aktivis Islam.
Disini kita ingin menegaskan: Insya Allah
Habib Riziq, FPI, para aktivis dan mujahidin Islam, mereka ini
orang-orang yang giat, ikhlas, dan ingin menggulirkan perubahan. Tetapi
kalau tidak waspada, mereka bisa dikendalikan oleh tangan-tangan Syiah
Rafidhah di balik layar. Lalu mereka yang memungut hasil kekuasaan,
sedang kita gigit jari. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.
Mari kita atur lagi barisan. Mari kita
damaikan antara kalangan Asy’ari-Maturidi dan kalangan Wahabi. Jangan
membuat perselisihan di antara dua barisan besar ini, sebab Syiah akan
memungut hasil dari pertikaian di antara kita. Itulah pesan utamanya.
Jazakumullah khairan katsira. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.
[Ayahnya Syakir].sumber: http://abisyakir.wordpress.com/2012/04/12/isu-revolusi-jangan-sampai-pejuang-islam-jadi-tunggangan-syiah-rafidhah/
0 komentar:
Posting Komentar