Ketika
umat ditimpa berbagai macam krisis, baik krisis ekonomi, moral, akhlaq
maupun aqidah, mulailah berbagai macam organisasi dakwah dan tokoh-tokoh
para dai mencari solusi. Mereka berupaya untuk melepaskan umat dari
berbagai macam krisis tersebut.
Sebagian mereka memulainya dengan memperbaiki dari sisi ekonomi. Sebagian lainnya berpendapat bahwa tidak akan selesai krisis ini kecuali dengan memperbaiki akhlaq.
Bahkan sebagian yang lainnya mengatakan kita harus menyelamatkan umat dengan menguasai negara dan memperbaikinya dari sisi politik. Hampir tidak ada seorang pun di antara mereka yang berpendapat bahwa penyebab semua krisis itu adalah krisis tauhid dan menyebarnya berbagai bentuk kesyirikan-kesyirikan yang menimpa umat.
Oleh karena itu apabila ada sekelompok umat yang memulai dakwahnya dengan memperbaiki sisi tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya kesyirikan, mereka beramai-ramai menganggapnya sebagai orang yang tidak mengerti sikon (situasi dan kondisi), tidak paham fiqhul waqi’ (kenyataan yang ada), tidak memiliki wawasan politik, tidak mengikuti zaman dan seabrek tuduhan lainnya. Padahal sesungguhnya bahaya kesyirikan lebih besar dari bahaya kelaparan dan kekeringan.
Hal itu karena apabila seseorang terjatuh dalam kesyirikan, maka akan runtuhlah keislamannya dan hilanglah makna kehidupan ini. Bukankah kita tercipta untuk beribadah kepada Allah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya?. Dengan tauhid dan keimanan yang benar, segala macam krisis akan dapat diatasi. Dengan ketaqwaan kaum muslimin kepada Allah, Allah akan bukakan barokah dari langit dan bumi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ. ]ألأعراف: 96[
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al-A’raaf: 96)
Dengan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa jika suatu kaum senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya maka Allah akan memberikan barakahNya. Tapi sebaliknya jika mereka mendustakan ajaran Allah, kafir, ingkar kepada Allah dan rasul-Nya, dengan berbuat kesyirikan dan kebid’ahan, maka barokah tersebut akan tercabut. Ini adalah bahaya kesyirikan di dunia. Adapun bahaya kesyirikan di akhirat lebih besar lagi. Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti akan mengadzabnya.
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا. ]النساء: 48[
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (an-Nisaa’: 48)
Karena itu pula seluruh para nabi memperingatkan umatnya dari kesyirikan. Nabi Ibrahim, bapak para nabi dan bapak tauhid pun berdoa meminta kepada Allah agar dirinya dan keturunannya dijauhkan dari kesyirikan.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ اْلأَصْنَامَ. ]ابراهيم: 35[
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (Ibrahim: 35)
Beliau menjelaskan alasan takutnya beliau dari kesyirikan yaitu karena peribadatan terhadap berhala telah banyak menyesatkan manusia.
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ. ]ابراهيم: 36[
Ya Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia. Barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ibrahim: 36)
Jika nabi yang mulia, bapak para Nabi, dan bapak Tauhid mengkhawatirkan dirinya dari kesyirikan maka tentunya seseorang yang bukan Nabi lebih dikhawatirkan untuk terjerumus ke dalam kesyirikan-kesyirikan. Berkata Ibrahim At-Taimi: “Siapakah yang merasa aman dari kesyirikan setelah Ibrahim?”
Rasulullah r memperingatkan para shahabatnya dari bahaya kesyirikan dengan sabdanya:
أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ. فَسُئِلَ عَنْهُ؟ فَقَالَ: الرِّيَاءُ (رواه أحمد وصححه الألباني)
Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para shahabat bertanya: “Apa itu syirik kecil?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab: “Ar-Riya’”. (HR. Ahmad dan Syaikh al-Albani menshahihkannya)
Dalam hadits di atas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mengkhawatirkan kesyirikan yang kecil terhadap para shahabat-shahabatnya yang besar kedudukannya.
Dari sini menunjukkan kalau pada diri shahabat yang mulia masih dikhawatirkan terjatuh dalam kesyirikan, tentunya terlebih lagi pada umat yang setelahnya. Karena orang yang setelah mereka jauh lebih rendah tingkat keimanan, ketaqwaan dan keilmuannya, sehingga sangat dikhawatirkan akan terjerumus dalam kesyirikan. Tidak hanya kesyirikan-kesyirikan kecil bahkan sangat mungkin terjerumus dalam syirik-syirik besar yang akan mengeluarkan mereka dari agamanya tanpa terasa.
Berarti kita harus lebih takut dan lebih berhati-hati dari bahaya kesyirikan yang mengancam manusia, karena tidak ada seorang pun yang dijamin aman oleh Allah dari bahaya tersebut.
Yang lebih mengharuskan kita takut adalah adanya kesyirikan yang sangat samar. Bagaikan semut hitam di atas batu hitam di malam yang kelam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
الشِرْكُ أَخفَى مِنْ دَبِيْبِ النَّمْلِ. قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَهَلْ الشِّرْكُ إِلاَّ مَا عُبِدَ مِنْ دُوْنِ اللهِ، أَوْ مَا دُعِيَ مَعَ اللهِ؟ قَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، الشِّرْكُ فِيْكُمْ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ. (رواه أبو يعلى وابن المنذر)
Kesyirikan itu lebih samar dari rayapan semut. Abu Bakar (terkejut) dan bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : “Wahai Rasulullah bukankah kesyirikan itu adalah hanya beribadah kepada selain Allah atau menyeru kepada selain Allah?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab: “Engkau mengecewakan ibumu! Sungguh kesyirikan di antara kalian lebih samar dari rayapan semut.” (HR. Abu Ya'la dan Ibnul Mundzir).
Maka kita harus ekstra hati-hati dan harus melindungi diri dari kesyirikan-kesyirikan tersebut dengan dua cara.
Pertama, kita harus selalu berdoa kepada Allah, berlindung dari kesyirikan-kesyirikan tersebut, di antaranya dengan doa:
أَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ. (رواه أحمد وصححه الألباني في صحيح الترغيب 1/19)
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kami ketahui dan kami meminta ampun kepada-Mu dari apa yang kami tidak ketahui. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih at-Targhib, 1/19)
Kedua, kita harus mencari ilmu dan belajar, khususnya tentang tauhid dan syirik. Dengan ilmu tersebut pandangan kita semakin tajam dan jeli. Dapat melihat kesyirikan sekecil apa pun. Sebaliknya tanpa ilmu sering manusia terjerumus ke dalam kesyirikan bahkan kesyirikan yang besar dalam keadaan tidak sadar dan merasa dirinya sedang berbuat baik.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً ]103[ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا . أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
]الكهف: 103-105[
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (al-Kahfi: 103-105)
Tanpa ilmu tentang tauhid dan hal-hal yang merusaknya berupa kesyirikan-kesyirikan kadang manusia mengucapkan satu kalimat yang dianggap biasa (tidak ada apa-apanya) ternyata menjerumuskan dirinya ke dalam neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. Dalam riwayat lain dikatakan tersungkur ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ. (رواه البخاري ومسلم)
Sesungguhnya seorang hamba berkata dengan satu kalimat, ternyata dengan kalimat itu ia tersungkur ke dalam api neraka sejauh antara timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika seseorang berkata kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ
Ini adalah kehendak Allah dan kehendakmu
maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menegurnya dengan keras dan bersabda:
أَجَعَلْتَنِيْ لِلَّهِ نِدًّا؟! بَلْ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ. (رواه أحمد وابن أبي شيبة والبخاري في الأدب المفراي والنساء وابن ماجه)
Apakah engkau akan menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allah? Bahkan (katakan) hanya kehendak Allah semata. (HR. Imam Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Bukhari dalam Adabul Mufrod dan Nasa’i dan Ibnu Majah).
Kesyirikan sangatlah berbahaya, karena dapat mengakibatkan kejelekan-kejelekan di dunia dan di akhirat, diantaranya:
1. Syirik merupakan kedurhakaan kepada Allah. Karena tidaklah manusia dan jin diciptakan kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya semata. Tetapi kaum musyrikin justru beribadah kepada selain Allah yang menciptakannya. Ini adalah kedurhakaan yang besar.
2. Kesyirikan merupakan penghinaan terhadap Allah. Karena seorang yang beribadah kepada selain Allah berarti dia menyamakan sesembahannya itu dengan Allah atau mendudukkan makhluk tersebut seperti kedudukan Allah. Sungguh sebuah penghinaan besar, menyamakan Allah yang menciptakan seluruh alam dengan ciptaan-Nya yang sangat lemah dan serba terbatas.
3. Kesyirikan akan menggugurkan amalan. Jika sebuah amalan shalih diiringi dengan riya’, maka akan gugurlah amalan-amalan tersebut dan tidak bernilai di sisi Allah. Dan jika seorang hamba melakukan syirik besar, maka akan gugur seluruh amalan-amalannya walaupun amalannya seperti amalan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. ]الزمر: 65[
Jika kamu mempersekutukan (Rabb-mu), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (az-Zumar: 65)
4. Syirik menghalangi pelakunya untuk masuk ke dalam surga. Seseorang yang amalannya gugur dengan perbuaan syirik yang dia lakukan, maka Allah tidak memberikan balasan sedikitpun terhadap amalan shalihnya. Bahkan sebaliknya ia akan mendapatkan adzab dari Allah karena kedurhakaan dan penghinaan kepada Allah dengan kesyirikan yang dia lakukan. Maka pantaslah Allah mengharamkan mereka –para musyrikin - tersebut dari surga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارَ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍِ ]المائدة: 72[
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (al-Maidah: 72)
5. Dosa syirik tidak akan diampuni. Jika seseorang mati membawa dosa syirik dan ia belum bertaubat darinya, maka Allah tidak akan mengampuninya. Adapun bagi dosa selainnya, maka hal itu di bawah kehendak Allah yakni masih memungkinkan untuk diampuni oleh Allah.
Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ. ]النساء: 48[
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (an-Nisaa’: 48)
Disamping itu masih banyak lagi akibat-akibat jelek yang ditimbulkan oleh kemaksiatan-kemaksiatan di dunia dan di akhirat yang telah dijelaskan oleh para ulama. Karena kesyirikan adalah sebesar-besar kemaksiatan, maka dampak jeleknya adalah paling besar seperti merusak hati, mengurangi keyakinan dan keimanan, mematikan hati, menyempitkan dada, menghilangkan ketenangan, menyebabkan hilangnya wibawa, terhina dan lain-lainnya. Sebagaimana firman-Nya:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى. ]طه: 124[
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Thaha: 124). Wallahu a’lam
(Dikutip dari Bulletin Dakwah Manhaj Salaf, penulis Ustadz Muhammad Umar As Sewed, judul asli "Bahaya Syirik".
Sebagian mereka memulainya dengan memperbaiki dari sisi ekonomi. Sebagian lainnya berpendapat bahwa tidak akan selesai krisis ini kecuali dengan memperbaiki akhlaq.
Bahkan sebagian yang lainnya mengatakan kita harus menyelamatkan umat dengan menguasai negara dan memperbaikinya dari sisi politik. Hampir tidak ada seorang pun di antara mereka yang berpendapat bahwa penyebab semua krisis itu adalah krisis tauhid dan menyebarnya berbagai bentuk kesyirikan-kesyirikan yang menimpa umat.
Oleh karena itu apabila ada sekelompok umat yang memulai dakwahnya dengan memperbaiki sisi tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya kesyirikan, mereka beramai-ramai menganggapnya sebagai orang yang tidak mengerti sikon (situasi dan kondisi), tidak paham fiqhul waqi’ (kenyataan yang ada), tidak memiliki wawasan politik, tidak mengikuti zaman dan seabrek tuduhan lainnya. Padahal sesungguhnya bahaya kesyirikan lebih besar dari bahaya kelaparan dan kekeringan.
Hal itu karena apabila seseorang terjatuh dalam kesyirikan, maka akan runtuhlah keislamannya dan hilanglah makna kehidupan ini. Bukankah kita tercipta untuk beribadah kepada Allah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya?. Dengan tauhid dan keimanan yang benar, segala macam krisis akan dapat diatasi. Dengan ketaqwaan kaum muslimin kepada Allah, Allah akan bukakan barokah dari langit dan bumi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ. ]ألأعراف: 96[
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al-A’raaf: 96)
Dengan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa jika suatu kaum senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya maka Allah akan memberikan barakahNya. Tapi sebaliknya jika mereka mendustakan ajaran Allah, kafir, ingkar kepada Allah dan rasul-Nya, dengan berbuat kesyirikan dan kebid’ahan, maka barokah tersebut akan tercabut. Ini adalah bahaya kesyirikan di dunia. Adapun bahaya kesyirikan di akhirat lebih besar lagi. Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti akan mengadzabnya.
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا. ]النساء: 48[
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (an-Nisaa’: 48)
Karena itu pula seluruh para nabi memperingatkan umatnya dari kesyirikan. Nabi Ibrahim, bapak para nabi dan bapak tauhid pun berdoa meminta kepada Allah agar dirinya dan keturunannya dijauhkan dari kesyirikan.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ اْلأَصْنَامَ. ]ابراهيم: 35[
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (Ibrahim: 35)
Beliau menjelaskan alasan takutnya beliau dari kesyirikan yaitu karena peribadatan terhadap berhala telah banyak menyesatkan manusia.
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ. ]ابراهيم: 36[
Ya Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia. Barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ibrahim: 36)
Jika nabi yang mulia, bapak para Nabi, dan bapak Tauhid mengkhawatirkan dirinya dari kesyirikan maka tentunya seseorang yang bukan Nabi lebih dikhawatirkan untuk terjerumus ke dalam kesyirikan-kesyirikan. Berkata Ibrahim At-Taimi: “Siapakah yang merasa aman dari kesyirikan setelah Ibrahim?”
Rasulullah r memperingatkan para shahabatnya dari bahaya kesyirikan dengan sabdanya:
أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ. فَسُئِلَ عَنْهُ؟ فَقَالَ: الرِّيَاءُ (رواه أحمد وصححه الألباني)
Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para shahabat bertanya: “Apa itu syirik kecil?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab: “Ar-Riya’”. (HR. Ahmad dan Syaikh al-Albani menshahihkannya)
Dalam hadits di atas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mengkhawatirkan kesyirikan yang kecil terhadap para shahabat-shahabatnya yang besar kedudukannya.
Dari sini menunjukkan kalau pada diri shahabat yang mulia masih dikhawatirkan terjatuh dalam kesyirikan, tentunya terlebih lagi pada umat yang setelahnya. Karena orang yang setelah mereka jauh lebih rendah tingkat keimanan, ketaqwaan dan keilmuannya, sehingga sangat dikhawatirkan akan terjerumus dalam kesyirikan. Tidak hanya kesyirikan-kesyirikan kecil bahkan sangat mungkin terjerumus dalam syirik-syirik besar yang akan mengeluarkan mereka dari agamanya tanpa terasa.
Berarti kita harus lebih takut dan lebih berhati-hati dari bahaya kesyirikan yang mengancam manusia, karena tidak ada seorang pun yang dijamin aman oleh Allah dari bahaya tersebut.
Yang lebih mengharuskan kita takut adalah adanya kesyirikan yang sangat samar. Bagaikan semut hitam di atas batu hitam di malam yang kelam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
الشِرْكُ أَخفَى مِنْ دَبِيْبِ النَّمْلِ. قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَهَلْ الشِّرْكُ إِلاَّ مَا عُبِدَ مِنْ دُوْنِ اللهِ، أَوْ مَا دُعِيَ مَعَ اللهِ؟ قَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، الشِّرْكُ فِيْكُمْ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ. (رواه أبو يعلى وابن المنذر)
Kesyirikan itu lebih samar dari rayapan semut. Abu Bakar (terkejut) dan bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : “Wahai Rasulullah bukankah kesyirikan itu adalah hanya beribadah kepada selain Allah atau menyeru kepada selain Allah?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab: “Engkau mengecewakan ibumu! Sungguh kesyirikan di antara kalian lebih samar dari rayapan semut.” (HR. Abu Ya'la dan Ibnul Mundzir).
Maka kita harus ekstra hati-hati dan harus melindungi diri dari kesyirikan-kesyirikan tersebut dengan dua cara.
Pertama, kita harus selalu berdoa kepada Allah, berlindung dari kesyirikan-kesyirikan tersebut, di antaranya dengan doa:
أَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ. (رواه أحمد وصححه الألباني في صحيح الترغيب 1/19)
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kami ketahui dan kami meminta ampun kepada-Mu dari apa yang kami tidak ketahui. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih at-Targhib, 1/19)
Kedua, kita harus mencari ilmu dan belajar, khususnya tentang tauhid dan syirik. Dengan ilmu tersebut pandangan kita semakin tajam dan jeli. Dapat melihat kesyirikan sekecil apa pun. Sebaliknya tanpa ilmu sering manusia terjerumus ke dalam kesyirikan bahkan kesyirikan yang besar dalam keadaan tidak sadar dan merasa dirinya sedang berbuat baik.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً ]103[ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا . أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
]الكهف: 103-105[
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (al-Kahfi: 103-105)
Tanpa ilmu tentang tauhid dan hal-hal yang merusaknya berupa kesyirikan-kesyirikan kadang manusia mengucapkan satu kalimat yang dianggap biasa (tidak ada apa-apanya) ternyata menjerumuskan dirinya ke dalam neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. Dalam riwayat lain dikatakan tersungkur ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ. (رواه البخاري ومسلم)
Sesungguhnya seorang hamba berkata dengan satu kalimat, ternyata dengan kalimat itu ia tersungkur ke dalam api neraka sejauh antara timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika seseorang berkata kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ
Ini adalah kehendak Allah dan kehendakmu
maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menegurnya dengan keras dan bersabda:
أَجَعَلْتَنِيْ لِلَّهِ نِدًّا؟! بَلْ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ. (رواه أحمد وابن أبي شيبة والبخاري في الأدب المفراي والنساء وابن ماجه)
Apakah engkau akan menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allah? Bahkan (katakan) hanya kehendak Allah semata. (HR. Imam Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Bukhari dalam Adabul Mufrod dan Nasa’i dan Ibnu Majah).
Kesyirikan sangatlah berbahaya, karena dapat mengakibatkan kejelekan-kejelekan di dunia dan di akhirat, diantaranya:
1. Syirik merupakan kedurhakaan kepada Allah. Karena tidaklah manusia dan jin diciptakan kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya semata. Tetapi kaum musyrikin justru beribadah kepada selain Allah yang menciptakannya. Ini adalah kedurhakaan yang besar.
2. Kesyirikan merupakan penghinaan terhadap Allah. Karena seorang yang beribadah kepada selain Allah berarti dia menyamakan sesembahannya itu dengan Allah atau mendudukkan makhluk tersebut seperti kedudukan Allah. Sungguh sebuah penghinaan besar, menyamakan Allah yang menciptakan seluruh alam dengan ciptaan-Nya yang sangat lemah dan serba terbatas.
3. Kesyirikan akan menggugurkan amalan. Jika sebuah amalan shalih diiringi dengan riya’, maka akan gugurlah amalan-amalan tersebut dan tidak bernilai di sisi Allah. Dan jika seorang hamba melakukan syirik besar, maka akan gugur seluruh amalan-amalannya walaupun amalannya seperti amalan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. ]الزمر: 65[
Jika kamu mempersekutukan (Rabb-mu), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (az-Zumar: 65)
4. Syirik menghalangi pelakunya untuk masuk ke dalam surga. Seseorang yang amalannya gugur dengan perbuaan syirik yang dia lakukan, maka Allah tidak memberikan balasan sedikitpun terhadap amalan shalihnya. Bahkan sebaliknya ia akan mendapatkan adzab dari Allah karena kedurhakaan dan penghinaan kepada Allah dengan kesyirikan yang dia lakukan. Maka pantaslah Allah mengharamkan mereka –para musyrikin - tersebut dari surga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارَ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍِ ]المائدة: 72[
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (al-Maidah: 72)
5. Dosa syirik tidak akan diampuni. Jika seseorang mati membawa dosa syirik dan ia belum bertaubat darinya, maka Allah tidak akan mengampuninya. Adapun bagi dosa selainnya, maka hal itu di bawah kehendak Allah yakni masih memungkinkan untuk diampuni oleh Allah.
Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ. ]النساء: 48[
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (an-Nisaa’: 48)
Disamping itu masih banyak lagi akibat-akibat jelek yang ditimbulkan oleh kemaksiatan-kemaksiatan di dunia dan di akhirat yang telah dijelaskan oleh para ulama. Karena kesyirikan adalah sebesar-besar kemaksiatan, maka dampak jeleknya adalah paling besar seperti merusak hati, mengurangi keyakinan dan keimanan, mematikan hati, menyempitkan dada, menghilangkan ketenangan, menyebabkan hilangnya wibawa, terhina dan lain-lainnya. Sebagaimana firman-Nya:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى. ]طه: 124[
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Thaha: 124). Wallahu a’lam
(Dikutip dari Bulletin Dakwah Manhaj Salaf, penulis Ustadz Muhammad Umar As Sewed, judul asli "Bahaya Syirik".
0 komentar:
Posting Komentar