-->

30 Agustus 2012

Kunci Selamat Dari Adzab Kubur yang Dahsyat


Muhtar Arifin, Lc

Kehidupan di dunia yang amat singkat ini adalah merupakan bagian dari perjalanan manusia yang amat panjang. Meninggal dunia adalah perkara yang pasti. Setelah itu dilanjutkan dengan tinggalnya seseorang di alam kubur sampai tegaknya hari kiamat. Dalam kubur, terdapat suatu adzab yang tersendiri, di antaranya yaitu pukulan yang dahsyat, himpitan tanah sampai tulang rusuknya berselisih, panas yang memenuhi ruang kuburnya, dan lain-lain sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits yang shahih. Dalam masa penantian ini, tentu saja setiap orang menginginkan untuk selamat dari adzab yang ada dalam kuburnya. Semoga Allah melindungi kita semua dari adzab kubur.
berikut ini adalah beberapa perkara yang dapat menyelamatkan seseorang dari adzab kubur, antara lain yaitu[1] : 

1. Membaca Surat Tabarak Setiap Malam
Hal Itu Berdasarkan Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Surat Tabarak adalah pelindung dari Adzab Kubur.”[2]

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : Barangsiapa yang membaca Tabarakalladzi Biyadihil Mulku setiap malam, maka Allah Ta’ala akan menahannya disebabkan oleh bacaan tersebut dari adzab kubur. Kami -pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menamainya al-Mani’ah (penahan). Ia dalam Kitabullah adalah sebuah surat yang barangsiapa membacanya dalam suatu malam, maka dia telah banyak dan berbuat baik.[3]

2. Menjaga Diri Dari Percikan Air Kencing
Meninggalkan bersuci dari najis setelah buang air kecil dan tidak berhati-hati dengannya sehingga mengenai anggota badan atau pakaian adalah per­kara terbanyak yang menyebab­kan seseorang mendapatkan adzab kubur. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Kebanyakan adzab kubur itu adalah disebabkan oleh air kencing.”[4]
 
Imam al-Munawi rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah bahwa kebanyakan adzab kubur itu adalah disebabkan oleh sikap meremehkan dalam menjaga dari air kencing.”[5]

3. Menjauhi Perbuatan Namimah (Mengadu Domba)
Berlaku mengadu domba sesama manusia adalah termasuk sebab diadzabnya seseorang di alam kuburnya. Hal itu berdasar­kan hadits berikut :

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ia berkata  Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya keduanya adalah sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab disebabkan perkara yang (tampak) besar. Adapun salah satunya tidak bersuci ketika buang air kecil, sedangkan orang yang kedua adalah dahulunya berjalan dengan melakukan namimah (adu domba)”

Kemudian beliau mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, lalu beliau membelahnya menjadi dua bagian, lalu beliau menancapkan pada masing-masing kuburan tersebut sebatang. Mereka (yaitu para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal itu?”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Semoga adzab kubur itu menjadi diringankan atas keduanya selama kedua batang tersebut belum kering.” [6]

4. Meninggalkan Perbuatan dan Perkataan yang Mengandung Ghibah (Menggunjing)
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan keduanya tidaklah diadzab disebabkan oleh perkara yang tampak besar, adapun salah satunya adalah diadzab disebabkan oleh air kencing, sedangkan yang kedua adalah diadzab disebabkan oleh ghibah.”[7]
 
Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Maksiat yang menyebabkan adzab pada hari kiamat ada dua macam yaitu hak Allah Ta’ala dan hak hamba-hambaNya.

Perkara pertama yang diadili pada hari kiamat dari jenis hak­-hak Allah Ta’ala adalah sholat, sedangkan dari jenis hak-hak hamba adalah masalah darah.

Adapun di alam barzakh, maka perkara yang diadili pertama kali adalah muqaddimah (pendahuluan) dari dua hak ini dan sarana-sarananya.

Jadi, muqaddimah sholat adalah bersuci dari hadats dan najis, sedangkan muqoddimah masalah darah adalah namimah (perbuatan mengadu domba) dan merendahkan kehormatan. Dua perkara ini adalah berupa gangguan yang paling ringan (dalam hal pelanggarannya), oleh karena itu perhitungan dan adzab di alam barzakh dimulai dengan keduanya.” [8]

5. Tidak Berwasiat Agar Diadakan Niyahah (Ratapan) Setelah Meninggalnya
Berwasiat kepada orang lain agar meratapi kematiannya adalah merupakan perbuatan yang diharamkan dan dapat menyebabkan diadzabnya seseorang dalam kuburnya. Dalil­nya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Mayyit (orang yang telah me­ninggal) itu diadzab di alam kuburnya disebabkan oleh ratapan atasnya.” [9]

Imam al-Baihaqi rahimahullah berkata, “Bab adzab kubur yang dikhawatirkan akan menimpa disebabkan oleh ratapan untuk mayyit. Sebagian ahli ilmu berkata, ‘Hal itu apabila (orang yang meninggal dunia) berwasiat agar dirinya diratapi setelah mati’.”[10]

6. Selalu Berada Dalam Keadaan Suci Ketika Sholat
7. Menolong Orang yang Terdhalimi
Kedua perkara ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Ada seorang hamba di antara hamba-­hamba Allah yang dipukul di kubur­nya sebanyak seratus cambukan. la terus-menerus memohon dan berdoa agar pukulannya hanya satu kali saja, maka kuburnyapun menjadi penuh dengan api. Ketika telah diangkat dan tersadar, maka ia berkata, “Mengapa engkau memukulku ?” Maka dijawab, “Sesungguhnya engkau pernah telah melewati orang yang terdzolimi, akan tetapi engkau tidak menolongnya.”[11]

8. Bersedekah
Bersedekah adalah dapat menyelamatkan dari adzab kubur. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya sedekah itu benar-­benar dapat memadamkan panasnya kubur dari orang yang menghuninya. Dan seorang mukmin itu hanyalah bernaung pada hari kiamat di bawah naungan sedekahnya.” [12]

9. Amal-amal Sholih Seperti Sholat, Puasa, Kebaikan Dan Sebagainya
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “sesungguhnya mayit itu apabila diletakkan di dalam kuburnya, maka ia mendengar suara sandal-sandal mereka ketika mereka berpaling darinya. Apabila dia adalah orang yang beriman, maka sholat itu berada di samping kepalanya, puasa berada di sebelah kanannya, zakat di sebelah kirinya, dan perbuatan baik seperti shadaqah, shalat, perbuatan ma’ruf, perbuatan ihsan kepada manusia berada di kedua kakinya. Lalu didatangi dari arah kepalanya, maka shalat berkata, “Tidak ada jalan masuk dari arahku”. Lalu didatangi dari sebelah kanannya, maka puasa mengatakan, “Tidak ada jalan masuk dari arahku”, lalu didatangi dari sebelah kirinya, maka zakat berkata, “Tidak ada jalan masuk dari arahku “. Lalu didatangi dari arah kedua kakinya, maka perbuatan baik yang berupa sedekah, shalat, perbuatan ma’ruf dan ihsan kepada manusia mengatakan, “Tidak ada jalan masuk dari arahku”. Lalu dikatakan kepada orang tersebut, “Duduklah”. …[13]

10. Membaca al-Qur’an
11. Berjalan menuju masjid
Membaca al-Qur’an dan melangkah menuju masjid untuk beribadah didalamnya adalah merupakan perkara yang dapat menyelamatkan dari adzab kubur. Hal itu berdasarkan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Seseorang didatangkan di dalam kuburnya. Apabila dia didatangi dari arah kepalanya, maka bacaan al-Qur’an membelanya. Apabila didatangi dari arah kedua tangannya, maka sedekah membelanya. Apabila didatangi dari arah kedua kakinya, maka langkah orang itu ke masjid-­masjid membelanya.”[14]

12. Berlindung dari adzab kubur
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meme­rintahkan umatnya agar ber­lindung dari adzab kubur. Perintah tersebut tidak hanya sekali, bahkan berulang-ulang dalam beberapa keadaan yang ditemui oleh seorang muslim setiap harinya. Di antaranya adalah :

a. Setiap selesai tasyahhud akhir.
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai dari bertasyahhud akhir, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari empat perkara: dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari keburukan fitnahnya Dajjal al-­Masih. “[15]

b. Pagi dan petang
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berada pada waktu petang beliau membaca : Kami berada pada waktu petang, sedangkan kekuasaan adalah kepunyaan Allah. Segala puji bagi Allah. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi­Nya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, aku memohon kebaikan malam ini dan berlindung dari keburukan malam ini dan keburukan apa-apa yang ada setelahnya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan buruknya masa tua. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari adzab di Neraka dan adzab di kubur. ” [16]  Dzikir pagi dan petang bisa dilihat Disini. [17]

Demikianlah sebagian di antara perkara-perkara yang dapat menyelamatkan kita semua dari adzab kubur. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita semua darinya. Amiin Ya Rabbal ‘alamiin.

[Disalin kembali dari Majalah Islami Adz-Dzakhirah Al-Islamiyyah, volume 8, nomor 11, Edisi 65, tahun 1431.H/ 2010.M]


[1] Pembahasan ini merujuk kepada: At-Taitzkiroli bi Ahwaal al-Mautaa wa Ul)luur al­Akhiroh, karya Imam al-Qurthubi (w. 671 H), jilid 1, hal. 392-405, tahqiq Dr. Shaadiq bin Muhammad, Maktabah Darul Minhaaj, Riyadh, cet. 1, 1425 H, Ahwal al-Qubuur wa Ahwaalu Ahliha 11aa an-Nus tiur, karya Ibnu Rajab al-Hambali, takhrij dan ta’liq Kholid Abdullathif, Darul Kitab al-Arobi, cet. 3,1414 H/1994 M, hal. 85-93, Itsbat Adzab al-Qabr, karya al-Baihaqi, tahqiq Dr. Syaraf Mahmud, Darul Furcloon, Amman, Yordania, cet. 3,1413/1992 dan Adzab al-Qobr, karya Muhammad in Abdul Wahhab al-Wishaabi, hal. 31-50.
[2] Shohih al-jaami’, no. 3643, Syaikh al-Albani berkata, “Shohih”
[3] Shohih at-Targhib wa at-Tarhiib, no. 1589, jilid 2, hal. 253. Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Hasan”).
[4] Shohih al-jaaini’, no. 3971, dan Syaikh al-­Albani rahimahullah berkata, “Shohih”
[5] Faidh al-Qodiir, jilid 4, hal. 299, Darul Ma’rifah, Beirut
[6] HR. Bukhari, no. 218 dan Muslim, no. 292
[7] Shohih al-jaami’, no. 2441, Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Shohih”
[8] Ahwaal al-Qubuur wa Ahliha Ila an-Nusyuur, hal. 89
[9] HR. Bukhari, no. 1292 dan Muslim, no. 927
[10] Itsbaat Adzaab al­-Qobr, hal. 91
[11] Shohih at-targhib, no. 2234, Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Hasan Lighorii”
[12] Ash-Shohihah, no. 3484
[13] Shohih at-Targhib, no. 3561, Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Hasan”
[14] Shohih at­Targhib wa at-Tarhib, jilid 3, hal. 405. Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Hasan”
[15] HR. Muslim, no. 588
[16] HR. Muslim, no. 2723
[17] Penambahan dari Belajar Islam

Sumber: http://ibnuabbaskendari.wordpress.com/

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.