SERAMNYA ALAM KUBUR
Dari Hani’ Maula Utsman berkata bahwa ketika Utsman bin Affan berdiri di
depan kuburan, beliau Menangis hingga air matanya membasahi jenggotnya.
Lalu dikatakan kepadanya, “Diceritakan kepadamu tentang Surga dan
Neraka kamu tidak menangis, tetapi kamu menangis dari ini.” Maka beliau
berkata bahwa Rsulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا
مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا
بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا الْقَبْرُ
أَفْظَعُ مِنْهُ
“Kuburan adalah awal rintangan dari beberapa rintangan alam akhirat.
Jika sukses di alam itu maka setelahnya lebih mudah, dan jika tidak
sukses maka setelahnya lebih susah.” Kemudian beliau berkata bahwa
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda, “Tiada pemandangan yang pernah
saya lihat melainkan kuburan yang paling menyeramkan.” (Hasan, HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majjah, lihat Shahihul Jami’ No.5623)
Ketika seseorang hamba diantar ke kuburan dia disertai tiga hal, yaitu
keluarganya, hartanya dan amalnya. Dan yang kembali pulang dua hal yaitu
harta dan keluarganya, sedangkan yang mengikutinya ham amalnya, seperti
yang telah ditegaskan Rasulullah صلي الله عليه وسلم dalam sabdanya:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ
وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ
وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Suatu yang mengikuti mayat ada tiga, kembali pulang dua dan ikut
bersamanya satu; dihantarkan keluarganya, hartanya dan amalnya, maka
kembali pulang keluarganya dan hartanya dan yang tersisa (bersamanya)
amalnya.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i, lihat Shahihul Jami’ No.8017)
Dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya berkata:“Ketika dinding rumah Nabi
صلي الله عليه وسلم roboh sementara Umar bin Abdul Aziz pada saat itu
sedang berada di Madinah, tiba-tiba telapak kaki salah seorang penghuni
kuburan yang dikubur di rumah itu terlihat dan telapak kaki itu terkena
sesuatu sehingga berdarah. Maka Umar bin Abdul Aziz kaget sekali, lalu
Urwah masuk ke rumah tersebut. Ternyata telapak kaki itu adalah telapak
kaki Umar bin Khaththab. Maka Urwah berkata kepada beliau, ‘Engkau
jangan kaget, kaki tersebut adalah kaki Umar bin Khaththab رضي الله
عنه.’ Lalu beliau menyuruh membangun kembali dinding tersebut dan
dikembalikan seperti keadaan semula.” (Lihat Kitab Majmu Rasail Ibnu Rajab, Risalah Ahwalul Qubur, hal. 175)
Abu Umamah al-Bahili berkata,“Sesungguhnya kalian pada pagi dan petang
berada dalam hunian yang meraup kebaikan dan keburukan. Dan
hampir-hampir kalian akan pergi meninggalkannya menuju hunian lain yaitu
kuburan, suatu hunian yang sangat menyeramkan dan rumah yang sangat
gelap, tempat tinggal yang sangat sempit kecuali yang diluaskan Allah,
kemudian kalian akan dibangkitkan pada Hari Kiamat.” (idem, hal. 258)
Umar bin Abdul Aziz رحمه الله berkata kepada salah seorang
pendampingnya,“Wahai Fulan, Aku tadi malam tidak bisa tidur karena
merenungkan sesuatu.” Dia berkata, “Apa yang sedang Engkau renungkan,
wahai Amirul Mukmmin?” Beliau menjawab, “Aku sedang merenungkan kuburan
dan penghuninya. Jika kamu menyaksikan mayat pada hari ketiganya di
dalam kubur, niscaya kamu akan mendapatkan suatu bentuk sangat
mengerikan walaupun sebelum mati dia sangat menawan hati. Kamu
menyaksikan suatu hunian penuh dengan binatang binatang yang
menyeramkan, badan yang mulai mengembung dan bernanah yang dibuat
santapan cacing tanah, sedang tubuh mulai membusuk, kain kafan mulai
hancur, sementara dahulu di dunia penampilannya sangat menawan, aroma
tubuhnya sangat semerbak wangi dengan parfum dan pakaiannya sangat
bersih dan indah.” Setelah itu beliau tersungkur pingsan.” (idem, hal.
290)
Dari Yahya bin Abu Katsir bahwa Abu Bakar رضي الله عنه pernah
berkhutbah,“Di manakah mereka yang berwajah rupawan, yang bangga dengan
usia remajanya, yang silau dengan keperkasaannya, namun hal itu tidak
pernah dipersembahkan untuk peperangan? Di manakah mereka yang telah
membangun kota-kota besar yang dilindungi dengan benteng-benteng yang
kokoh? Semuanya telah ditelan oleh masa dan semuanya akan menuju kepada
gelapnya kuburan.” (idem, hal. 295)
Umar bin Dzar berkata,“Andaikata orang yang sehat wal’afiyat mengetahui
tubuh penghuni alam kubur hancur lebur (dimakan cacing tanah), maka
mereka akan sungguh-sungguh dan serius selama berada di dunia karena
takut pada suatu hari, di mana hati dan mata tercengang karena
ketakutan.” (idem, hal. 296)
Abu Abdurahman al-Umari al-Abid berkata,“Wahai para pemilik
istana-istana yang megah! Ingatlah gelapnya hiburan yang menyeramkan,
wahai orang-orang yang bergelimang kenikmatan dan kelezatan, ingatlah
cacing tanah, darah campur nanah dan hancurnya jasad bersama tanah.”
(idem, hal. 260)
DERITA DAN NIKMAT ALAM BARZAKH
Seorang muslim wajib beriman bahwa azab kubur merupakan perkara yang
haq, dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir kepada penghuni kubur
tentang Tuhannya, agamanya dan Nabinya suatu perkara yang pasti.(Lihat
Tahdzib Syarah Thahawiyah, hal. 237).
Maka Abu Abdullah berkata,“azab kubur suatu yang hak dan tidak ada yang
mengingkarinya kecuali orang sesat dan menyesatkan.” (Lihat Kitab
ar-Ruh, Ibnu Qayyim, hal. 76)
Dan demikian itu berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma sahabat, maka
kuburan merupakan liang dari taman surga atau liang dari jurang neraka,
sehingga ketika seorang hamba mati dan dimasukkan ke liang kubur
berarti ia telah mengawali alam akhiratnya. Ketahuilah, para pembela
kebenaran sepakat bahwa Allah menciptakan untuk sang mayat suatu
kehidupan yang bisa berupa kesengsaraan dan kelezatan di alam
kubur.(Lihat Syarah Fikih Akbar, Mullah al-Qari, hal. 209).
Dan seorang tidak tahu secara persis berapa lama ia harus tinggal di
kampung hunian kuburan tersebut, kuburan adalah alam yang paling
menakutkan setiap salafush shalih. Dalam hadits Barra bin Azib رضي الله
عنه yang panjang, bahwa tatkala Rasulullah duduk di kuburan beliau
bersabda “Berlindunglah kalian kepada Allah dari azab kubur.” Ucapan itu
diulang hingga dua atau tiga kali, kemudian beliau menuturkan tentang
kondisi mayat mukmin dengan bersabda, “Maka ruhnya dikembalikan ke
jasadnya kemudian datanglah dua malaikat dan keduanya mendudukkannya
lalu keduanya bertanya, ‘Siapakah Tuhanmu?’ Maka ia menjawab, ‘Tuhanku
adalah Allah. Keduanya bertanya lagi, ‘Apa agamamu?’ Maka ia men jawab,
‘Agamaku adalah Islam.’ Keduanya bertanya lagi “Siapa orang yang diutus
kepadamu?’ Maka ia menjawab ‘Dia adalah Muhammad sebagai utusan Allah’.
Lalu keduanya bertanya kepadanya, ‘Bagaimana kamu bisa tahu tentang hal
itu?’ Ia menjawab, ‘Saya membaca Kitabullah lalu saya beriman dan
membenarkannya.’”
“Maka terdengarlah dari langit suara panggilan yang memanggil. ‘Jawaban
hamba-Ku sudah benar. Maka hamparkanlah (permadani) dari surga dan
bukakan pintu menuju arah surga serta berikanlah pakaian dari surga.’
Beliau bersabda, “Maka masuklah ke alam kubur aroma semerbak dan
wanginya surga lalu alam kuburnya diluaskan sejauh pandangan matanya.”
Beliau melanjutkan, “Maka datanglah seorang lelaki yang berwajah tampan,
berpakaian bagus dan menamakan wewangian lalu ia berkata,
‘Bergembiralah dengan sesuatu yang pernah dijanjikan kepadamu. Maka si
mayat bertanya kepadanya, ‘Siapa kamu? Wajahmu datang membawa kebaikan.’
Maka ia menjawab, ‘Maka saya adalah amal shalihmu.’ Maka ia berkata,
‘Ya Allah, bangkitkan segera Hari Kiamat hingga aku bisa kembali kepada
keluargaku dan hartaku.’
Kemudian beliau menceritakan kematian orang kafir beliau bersabda, “Maka
ruhnya dikembalikan ke jasadnya lalu datanglah dua malaikat dan
mendudukkannya lalu keduanya bertanya kepadanya, ‘Siapa Tuhanmu?’ la
menjawab, ‘Ha… ha… saya tidak tahu’. Lalu keduanya berlanya lagi, ‘Apa
agamamu?’ Ia menjawab, ‘Ha… ha… saya tidak tahu’. Keduanya bertanya
lagi, “Siapa yang diutus kepadamu menjadi nabi?’ Ia menjawab, ‘Ha… ha
saya tidak tahu’.
Maka terdengarlah suara panggilan memanggil dari alas langit, “Ia
berdusta. Hamparkanlah permadani dari neraka, berikanlah pakaian dari
neraka dan bukakanlah pintu menuju neraka.”
Beliau bersabda, “Maka masuklah panasnya dan racunnya neraka, sehingga
tulang rusuknya berantakan dan datanglah seorang lelaki yang berwajah
buruk, berpakaian kumal dan berbau busuk. Lalu ia berkata,
‘bergembiralah dengan nasib buruk ini yang telah dijanjikan kepadamu
sebelumnya.’ Si mayat bertanya, ‘Siapakah dirimu? Datang berwajah
buruk?. Ia menjawab ‘Saya adalah amal burukmu’. Maka ia berkata, ‘Ya
Tuhan-ku, janganlah Engkau bangkitkan Hari Kiamat.’”
Ada tambahan dari hadits Jarir bahwa beliau bersabda, “Kemudian
dihadirkan orang buta dan bisu yang ditangannya terdapat cemeti terbuat
dari besi. Andaikata digunakan untuk memukul gunung, maka gunung itu
akan menjadi debu bertebaran.”
(Shahih, HR. Abu Daud, Ahmad dan Hakim dalam Mustadraknya dan beliau
berkata bahwa hadits ini shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim dan
dishahihkan Ibnu Qayyim dalam Tadzhibus Sunan 4/ 348-349)
Begitulah wahai saudaraku, kenikmatan surga bisa sampai kepada hamba
pada saat masih berada di alan kubur, dan demikian pula siksaan neraka
sampai kepada hamba pada saat masih berada di alam kubur, hingga
malaikat Israfil meniup sangkakala sebagai pertanda Hari Kiamat tiba.
Pasca kematian bukan tempat peristirahatan namun alam pertanggungjawaban
dan tempat untuk menghisab seluruh amal perbuatan, maka sang penyair
berkata: “Jikalau kita telah mati dibiarkan maka kematian menjadi
tujuan setiap yang hidup. Tetapi tatkala kita mati pasti dibangkitkan
dan ditanya tentang segala sesuatu.”
Wahai Dzat pengambil nyawa dari jiwa manusia pada saat kematian, wahai Dzat Pengampun dosa, jauhkanlah kami dari siksa kubur.
SIKSA KUBUR MENIMPA JASAD DAN RUH
Menurut pendapat yang shahih siksa kubur menimpa jasad dan ruh seperti yang telah ditegaskan dalam hadits-hadits berikut ini:
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه bahwa seorang lelaki atau wanita
berkulit hitam, tukang sapu masjid meninggal dunia lalu dikubur pada
malam hari, kemudian diberitahukan kepada Rasulullah صلي الله عليه
وسلم, dan beliau bersabda:
إِنَّ هَذِهِ اَلْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا, وَإِنَّ اَللَّهَ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلَاتِي عَلَيْهِمْ
“Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi dengan kegelapan bagi penghuninya.
Dan Allah Azza wa Jalla memberi cahaya pada kuburan itu dengan shalatku
atas mereka.” Maka beliau mendatangi kuburannya dan shalat atasnya.”
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan Imam
al-Haitsami dalam MajmaZawaidnya (4191) 3/ 145-146 dari Anas bin Malik)
Dan dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata: “Pada suatu hari
ketika Saad bin Muadz dikubur maka Nabi صلي الله عليه وسلم duduk di
hadapan kuburannya lalu bersabda: ‘Seandainya seseorang bisa selamat
dari siksa kubur atau pertanyaan di alam kubur maka Sa’ad bin Muadz
pasti selamat darinya, namun dia diimpit dengan sekali impitan kemudian
dilonggarkan darinya.’” (Shahih diriwayatkan Imam at-Thabrani dalam
al-Kabir (10827), Imam al-Haitsami dalam Majma Zawaidnya (4257) dan
Silsilah Ahadits Shahihah (1695).
Menurut pendapat yang benar bahwa siksa kubur menimpa ruh dan jasad seperti yang telah ditegaskan Imam Ibnu Rajab, “Di
antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa siksa kubur menimpa jasad dan
ruh adalah hadits-hadits yang menjelaskan tentang mayat yang diimpit di
alam kuburnya hingga tulang rusuknya hancur berantakan. Kalau siksa
kubur hanya menimpa ruh saja maka tidak hanya khusus terjadi di alam
kubur saja dan tidak perlu dinisbatkan kepadanya.” (Lihat Kitab Majmu Rasail Ibnu Rajab, risalah Ahwalul Qubur, hal. 192)
Imam As-Subki berkata, “Kembalinya ruh ke jasad di alam kubur
merupakan ketetapan (final) berdasarkan hadits shahih yang berlaku bagi
semua mayat terutama bagi orang-orang yang mati syahid.” (Lihat Syarhus Sudur, Imam as-Suyuthi, hal. 204)
Ibnu Qayyim berkata, “Jika kamu telah mengetahui beberapa pendapat yang
batil, maka ketahuilah madzhab salaful ummah dan para imam sunnah
(bersepakat) bahwa seorang hamba setelah mati berada dalam nikmat atau
azab di alam kubur. Dan demikian itu menimpa ruh dan jasadnya. Dan
setelah ruh berpisah dari badan maka ia terus berada dalam nikmat atau
azab. Dan terkadang menimpa badan sehingga ia mendapat nikmat atau azab.
Kemudian pada saat kiamat besar maka ruh-ruh tersebut dikembalikan ke
badan lalu semuanya bangkit dari alam kubur mereka untuk menghadap
Rabbul Alamin. Sedang kembalinya ruh ke jasad telah terjadi kata sepakat
antara kaum muslimin, Yahudi dan Nasrani.” (Lihat Kitab ar-Ruh, Ibnu
Qayyim, hal. 69)
Inilah yang dimaksud sabda Nabi,“Sesungguhnya nyawa orang beriman
berbentuk burung yang bertengger di pohon surga hingga dikembalikan
Allah ke jasadnya pada hari Allah membangkitkannya.”
(Imam as-Suyuthi berkata bahwa hadits ini diriwayatkan Imam Malik, Ahmad
dan Nasa’i dengan Sanad yang shahih. Imam Ibnu Katsir berkata: Hadits
ini sandanya shahih (lihat Syarhus Sudur, hal. 306 dan Tafsir Ibnu
Katsir tafsir surat ali Imran ayat: 169)
0 komentar:
Posting Komentar