(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah An-Nawawi)
Mengenal ciri-ciri ulama yang benar adalah sangat penting. Karena di
negeri kita, banyak orang yang hanya karena pandai berbicara dan
melawak, bisa dianggap sebagai ulama. Padahal tak jarang di antara
mereka setelah memiliki pengikut banyak kemudian berubah haluan menjadi
seorang politikus.
Gelar ulama bukanlah gelar yang mudah untuk disandang dan dipajang dalam bingkaian nama seseorang.
Akan tetapi merupakan pemberian dari Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Ulama bukanlah sebuah gelar yang bisa dicari dalam jenjang pendidikan
tinggi dengan nilai ijazah yang mumtaz (terbaik), bukan pula gelar yang
dicari dan didapatkan dengan jumlah pengikut yang setia dan banyak.
Sekali lagi, ia adalah pemberian Allah kepada siapa yang diridhai-Nya.
Jika demikian,
jangan anda salah alamat untuk mencarinya.
Carilah di tangan pemiliknya yaitu Allah , dengan cara yang telah
digariskan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Jika cara demikian yang
ditempuh, Anda akan mendapatkan gelar ulama yang hakiki, bukan buatan
dan bukan hasil sogokan.
SIAPA YANG DINAMAKAN ULAMA ?
Terdapat beberapa ungkapan ulama dalam mendefinisikan ulama.
Ibnu Juraij menukilkan (pendapat) dari ‘Atha, beliau berkata:
“Barangsiapa yang mengenal Allah, maka dia adalah orang alim.” (Jami’
Bayan Ilmu wa Fadhlih, hal. 2/49)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin
dalam kitab beliau Kitabul ‘Ilmi mengatakan: “Ulama adalah orang yang
ilmunya menyampaikan mereka kepada sifat takut kepada Allah.” (Kitabul
‘Ilmi hal. 147)
Badruddin Al-Kinani mengatakan: “Mereka (para
ulama) adalah orang-orang yang menjelaskan segala apa yang dihalalkan
dan diharamkan, dan mengajak kepada kebaikan serta menafikan segala
bentuk kemudharatan.” (Tadzkiratus Sami’ hal. 31)
Abdus Salam
bin Barjas mengatakan: “Orang yang pantas untuk disebut sebagai orang
alim jumlahnya sangat sedikit sekali dan tidak berlebihan kalau kita
mengatakan jarang. Yang demikian itu karena sifat-sifat orang alim
mayoritasnya tidak akan terwujud pada diri orang-orang yang menisbahkan
diri kepada ilmu pada masa ini. Bukan dinamakan alim bila sekedar fasih
dalam berbicara atau pandai menulis, orang yang menyebarluaskan
karya-karya atau orang yang men-tahqiq kitab-kitab yang masih dalam
tulisan tangan. Kalau orang alim ditimbang dengan ini, maka cukup
(terlalu banyak orang alim). Akan tetapi penggambaran seperti inilah
yang banyak menancap di benak orang-orang yang tidak berilmu. Oleh
karena itu banyak orang tertipu dengan kefasihan seseorang dan tertipu
dengan kepandaian berkarya tulis, padahal ia bukan ulama. Ini semua
menjadikan orang-orang takjub. Orang alim hakiki adalah yang mendalami
ilmu agama, mengetahui hukum-hukum Al Quran dan As Sunnah. Mengetahui
ilmu ushul fiqih seperti nasikh dan mansukh, mutlak, muqayyad, mujmal,
mufassar, dan juga orang-orang yang menggali ucapan-ucapan salaf
terhadap apa yang mereka perselisihkan.” (Wujubul Irtibath bi ‘Ulama,
hal. 8)
Allah menjelaskan ciri khas seorang ulama yang
membedakan dengan kebanyakan orang yang mengaku berilmu atau yang diakui
sebagai ulama bahkan waliyullah.
Dia berfirman:
“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah adalah ulama.” (Fathir: 28)
CIRI-CIRI ULAMA
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui siapa sesungguhnya yang
pantas untuk menyandang gelar ulama dan bagaimana besar jasa mereka
dalam menyelamatkan Islam dan muslimin dari rongrongan penjahat agama,
mulai dari masa terbaik umat yaitu generasi shahabat hingga masa kita
sekarang.
Pembahasan ini juga bertujuan untuk memberi gambaran
(yang benar) kepada sebagian muslimin yang telah memberikan gelar ulama
kepada orang yang tidak pantas untuk menyandangnya.
a.
Sebagian kaum muslimin ada yang meremehkan hak-hak ulama. Di sisi
mereka, yang dinamakan ulama adalah orang yang pandai bersilat lidah dan
memperindah perkataannya dengan cerita-cerita, syair-syair, atau
ilmu-ilmu pelembut hati.
b. Sebagian kaum muslimin
menganggap ulama itu adalah orang yang mengerti realita hidup dan yang
mendalaminya, orang-orang yang berani menentang pemerintah -meski tanpa
petunjuk ilmu.
c. Di antara mereka ada yang menganggap ulama
adalah kutu buku, meskipun tidak memahami apa yang dikandungnya
sebagaimana yang dipahami generasi salaf.
d. Di antara
mereka ada yang menganggap ulama adalah orang yang pindah dari satu
tempat ke tempat lain dengan alasan mendakwahi manusia. Mereka
mengatakan kita tidak butuh kepada kitab-kitab, kita butuh kepada da’i
dan dakwah.
e. Sebagian muslimin tidak bisa membedakan
antara orang alim dengan pendongeng dan juru nasehat, serta antara
penuntut ilmu dan ulama. Di sisi mereka, para pendongeng itu adalah
ulama tempat bertanya dan menimba ilmu.
DI ANTARA CIRI-CIRI ULAMA ADALAH:
1. Ibnu Rajab Al-Hambali t mengatakan:
“Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan kedudukan, dan
membenci segala bentuk pujian serta tidak menyombongkan diri atas
seorang pun.” Al-Hasan mengatakan: “Orang faqih adalah orang yang zuhud
terhadap dunia dan cinta kepada akhirat, bashirah (berilmu) tentang
agamanya dan senantiasa dalam beribadah kepada Rabb-nya.” Dalam riwayat
lain: “Orang yang tidak hasad kepada seorang pun yang berada di atasnya
dan tidak menghinakan orang yang ada di bawahnya dan tidak mengambil
upah sedikitpun dalam menyampaikan ilmu Allah.” (Al-Khithabul
Minbariyyah, 1/177)
2. Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan:
“Mereka adalah orang yang tidak mengaku-aku berilmu, tidak bangga
dengan ilmunya atas seorang pun, dan tidak serampangan menghukumi orang
yang jahil sebagai orang yang menyelisihi As-Sunnah.”
3. Ibnu Rajab mengatakan:
“Mereka adalah orang yang berburuk sangka kepada diri mereka sendiri
dan berbaik sangka kepada ulama salaf. Dan mereka mengakui ulama-ulama
pendahulu mereka serta mengakui bahwa mereka tidak akan sampai mencapai
derajat mereka atau mendekatinya.”
4. Mereka berpendapat bahwa kebenaran dan hidayah ada dalam mengikuti apa-apa yang diturunkan Allah .
Allah berfirman, yang artinya :
“Dan orang-orang yang diberikan ilmu memandang bahwa apa yang telah
diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Rabb-mu adalah kebenaran dan akan
membimbing kepada jalan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji.” (Saba:
6)
5. Mereka adalah orang yang paling memahami segala bentuk
permisalan yang dibuat Allah di dalam Al Qur’an, bahkan apa yang
dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman, yang artinya :
“Demikianlah permisalan-permisalan yang dibuat oleh Allah bagi manusia
dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”
(Al-’Ankabut: 43)
6. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keahlian melakukan istinbath (mengambil hukum) dan memahaminya.
Allah berfirman, yang artinya :
“Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Kalau mereka menyerahkan kepada
rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang mampu
mengambil hukum (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil
amri). Kalau tidak dengan karunia dan rahmat dari Allah kepada kami,
tentulah kalian mengikuti syaithan kecuali sedikit saja.” (An-Nisa: 83)
7. Mereka adalah orang-orang yang tunduk dan khusyu’ dalam merealisasikan perintah-perintah Allah .
Allah berfirman, yang artinya :
“Katakanlah: ‘Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama
saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan
sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur
atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan
kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka
menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah
khusyu’.” (Al-Isra: 107-109) [Mu’amalatul ‘Ulama karya Asy-Syaikh
Muhammad bin ‘Umar bin Salim Bazmul, Wujub Al-Irtibath bil ‘Ulama karya
Asy-Syaikh Hasan bin Qasim Ar-Rimi]
Inilah beberapa sifat ulama hakiki yang dimaukan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan Rasulullah di dalam Sunnahnya.
Dengan semua ini, jelaslah orang yang berpura-pura berpenampilan ulama
dan berbaju dengan pakaian mereka padahal tidak pantas memakainya. Semua
ini membeberkan hakikat ulama ahlul bid’ah yang mana mereka bukan
sebagai penyandang gelar ini. Dari Al-Quran dan As-Sunnah mereka jauh
dan dari manhaj salaf mereka keluar.
☀☀
CONTOH-CONTOH ULAMA RABBANI
Pembahasan ini bukan membatasi mereka akan tetapi sebagai permisalan
hidup ulama walau mereka telah menghadap Allah . Mereka hidup dengan
jasa-jasa mereka terhadap Islam dan muslimin dan mereka hidup dengan
karya-karya peninggalan mereka.
1. Generasi shahabat yang langsung dipimpin oleh empat khalifah Ar-Rasyidin:
✿ Abu Bakar,
✿ ‘Umar,
✿ ‘Utsman,
✿ dan ‘Ali.
2. Generasi tabiin dan di antara tokoh mereka adalah :
✿ Sa’id bin Al-Musayyib (meninggal setelah tahun 90 H),
✿ ‘Urwah bin Az-Zubair (meninggal tahun 93 H),
✿ ‘Ali bin Husain Zainal Abidin (meninggal tahun 93 H),
✿ Muhammad bin Al-Hanafiyyah (meninggal tahun 80 H),
✿ ‘Ubaidullah bin Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud (meninggal tahun 94 H atau setelahnya),
✿ Salim bin Abdullah bin ‘Umar (meninggal tahun 106 H),
✿ Al-Hasan Al-Basri (meninggal tahun 110 H),
✿ Muhammad bin Sirin (meninggal tahun 110 H),
✿ ‘Umar bin Abdul ‘Aziz (meninggal tahun 101 H),
✿ dan Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (meninggal tahun 125 H).
3. Generasi atba’ at-tabi’in dan di antara tokoh-tokohnya adalah :
✿ Al-Imam Malik (179 H),
✿ Al-Auza’i (107 H),
✿ Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauri (161 H),
✿ Sufyan bin ‘Uyainah (198 H),
✿ Ismail bin ‘Ulayyah (193 H),
✿ Al-Laits bin Sa’d (175 H),
✿ dan Abu Hanifah An-Nu’man (150 H).
4. Generasi setelah mereka, di antara tokohnya adalah :
✿ Abdullah bin Al-Mubarak (181 H),
✿ Waki’ bin Jarrah (197 H),
✿ Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (203 H),
✿ Abdurrahman bin Mahdi (198 H),
✿ Yahya bin Sa’id Al-Qaththan (198 H),
✿ ‘Affan bin Muslim (219 H).
5. Murid-murid mereka, di antara tokohnya adalah :
✿ Al-Imam Ahmad bin Hanbal (241 H),
✿ Yahya bin Ma’in (233 H),
✿ ‘Ali bin Al-Madini (234 H).
6. Murid-murid mereka seperti :
✿ Al-Imam Bukhari (256 H),
✿ Al-Imam Muslim (261 H),
✿ Abu Hatim (277 H),
✿ Abu Zur’ah (264 H),
✿ Abu Dawud (275 H),
✿ At-Tirmidzi (279 H),
✿ dan An-Nasai (303 H).
7. Generasi setelah mereka, di antaranya :
✿ Ibnu Jarir (310 H),
✿ Ibnu Khuzaimah (311 H),
✿ Ad-Daruquthni (385 H),
✿ Al-Khathib Al-Baghdadi (463 H),
✿ Ibnu Abdil Bar An-Numairi (463 H).
8. Generasi setelah mereka, di antaranya adalah :
✿ Abdul Ghani Al-Maqdisi,
✿ Ibnu Qudamah (620 H),
✿ Ibnu Shalah (643 H),
✿ Ibnu Taimiyah (728 H),
✿ Al-Mizzi (743 H),
✿ Adz-Dzahabi (748 H),
✿ Ibnu Katsir (774 H) berikut para ulama yang semasa mereka atau
murid-murid mereka yang mengikuti manhaj mereka dalam berpegang dengan
Al-Qur’an dan As-Sunnah sampai pada hari ini.
9. Contoh ulama di masa ini adalah :
✿ Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz,
✿ Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani,
✿ Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin,
✿ Asy-Syaikh Muhammad Aman Al-Jami,
✿ Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i, dan selain mereka dari ulama yang telah meninggal di masa kita.
✿ Berikutnya Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi,
✿ Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan,
✿ Asy-Syaikh Zaid Al-Madkhali,
✿ Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz Alu Syaikh,
✿ Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-’Abbad,
✿ Asy-Syaikh Al-Ghudayyan,
✿ Asy-Syaikh Shalih Al-Luhaidan,
✿ Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali,
✿ Asy-Syaikh Shalih As-Suhaimi,
✿ Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri dan selain mereka yang mengikuti langkah-langkah mereka di atas manhaj Salaf.
(Makanatu Ahli Hadits karya Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali dan Wujub Irtibath bi Ulama)
☀☀
Wallahu a’lam.
Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 012
http://asysyariah.com/
☀☀☀
ULAMA AHLUS SUNNAH ( LEBIH LENGKAP ),
SILAHKAN KLIK LINK BERIKUT :
SILSILAH KEILMUAN ULAMA AHLUS SUNNAH DARI JAMAN KE JAMAN
https://www.facebook.com/
31 Agustus 2012
CIRI-CIRI ULAMA
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar