-->

15 Agustus 2012

APA WIHDATUL WUJUD ITU ?




Wihdatul wujud adalah keyakinan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu menyatu pada makhluk dan makhluk menyatu pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, jadi semuanya satu. Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu makhluk dan makhluk itu Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sebenarnya wihdatul wujud ini hanya kata lain atau lafadz lain (sinonim) dari atheis, satu maksud dan satu makna, Cuma beda pengucap
an saja, tapi intinya sama, bahwa wihdatul wujud adalah atheis yang disamarkan. Dan munculnya keyakinan wihdatul wujud ini juga dari orang-orang atheis yaitu orang-orang yang mengingkari adanya Tuhan Yang Mencipta dan Mengatur alam ini. Keyakinan ini lebih jelek dan lebih berbahaya dari dari ucapan Fir’aun laknatulloh. Mereka mengatakan bahwa alam ini ada dengan sendirinya yakni Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu sendiri. Keyakinan wihdatul wujud ini adalah sampah-sampah kekafiran, muncul dari orang-orang yang sudah rusak akal dan fitrohnya. Keyakinan ini bukan baru tetapi sudah lama adanya.

Kita telah mengenal tokoh-tokoh wihdatul wujud yaitu para penganut sufi. Berikut saya nukilkan perkataan tokoh-tokoh sufi tentang wihdatul wujud agar pembaca bisa membandingkan dan menarik benang merah keyakinan Abu Sangkan dengan tokoh sufi terdahulu:


1) Telah berkata dedengkot sufi yang bernama Ibnul Faridl:

“Robb (Tuhan) ini mencakup dzat, sifat, nama dan perbuatan-Nya, baik dalam bentuk materi maupun gambaran pikiran. Maka dia adalah hewan, benda mati, manusia, jin, patung dan berhala. Tuhan adalah khayalan dan sangkaan. Sifat, nama, dan perbuatan-Nya sama dengan sifat, nama dan perbuatan hewan, benda mati, manusia, jin, patung, dan berhala, sebab semua itu adalah Dia”.

Dia juga berkata:

“Saya nampak dalam segala wujud bagi siapa yang memandangku.
Dalam segala yang dilihat saya memperlihatkannya dengan pandanganku.
Saya menyaksikan alam ghoibku, jika saya telah nampak maka engkau mandapatiku”.

Dia juga berkata:

“Tidaklah ruang angkasa melainkan dari cahaya dalam diriku.
Dengannya para malaikat memberi hidayah melalui kehendakku.
Tidaklah ada tetes hujan melainkan dari limpahan penampakanku…
Andaikan bukan karena aku maka tidak ada wujud serta tidak ada pemandangan dan tidak diikat perjanjian dan jaminanku.

Tidak ada yang hidup melainkan kehidupan-Nya dan kehidupanku, dan tunduk kepada keimananku semua jiwa yang berkemauan”.


2) Telah berkata thoghut terbesar di alam ini yaitu Ibnu Arobi semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala melaknatnya untuk selamanya:


“Tuhan itu memiliki 2 hal yang berlawanan(12) pada Dzat-Nya dan dua hakekat yang berlawanan pada sifat-Nya. Dia (Alloh) adalah wujud yang hakiki dan dia juga tidak ada(13), Dia adalah Kholik juga makhluk, Dia adalah segala yang ada beserta sifat-Nya, Dia adalah sifat segala yang ada dan tidak ada, Dialah yang haq, yang mulia, dan Dia pula yang batil lagi hina, Dia ide jenius dan Khurofat tolol, Dia adalah lintasan ilham, prasangka keliru, khayalan bingung dan kemustahilan yang tidak terbayangkan oleh akal sama sekali…”.


“Dia orang mukmin, orang kafir, ahli tauhid, musyrik dengan puncak keberhalaan benda mati yang kasar, hewan yang mempunyai indera tajam, malikat yang sujud dibawah ‘arsy, syetan yang berteriak di neraka saqor, ahli ibadah yang mengalir deras air matanya saat bertasbih, penjahat di tempat-tempat kefasikan dengan berbagi dosa-dosa”.


“Robb adalah pemandangan alam yang dapat kamu lihat. Pemandangan alam itu adalah lahiriyah hakekat, sebab Tuhan itulah yang tampak sedangkan Dia adalah batinnya sebab Dialah yang batin”.


Dia juga berkata:

“Hamba adalah Tuhan dan Tuhan adalah hamba.
Aduhai siapa yang akan dibebani,
jika aku katakan hamba maka ini benar atau aku katakana Tuhan.
Sesungguhnya akulah yang membebani”.

Dia juga berkata:

“Wujud kita adalah Alloh Subhanahu wa Ta’ala, kita membutuhkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dari sisi wujud kita dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala membutuhkan kita dari sisi penampakan diri-Nya”.

3) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu si zindiq al Jaili:

”Betapapun engkau melihat tambang bumi dan tanamannya, hewan, manusia dan semua perangainya. Betapapun engkau melihat lautan dan pulaunya, pohon atau bangunan tinggi pencakar langit, maka sesungguhnya sayalah semuanya itu. Semua adalah penampilanku. Sayalah yang nampak dalam hakekatnya, bukan Dia. Sesungguhnya sayalah robb manusia dan pemimpin seluruh makhluk. Nama dan Dzatkulah yang disebutkan”.(14)

4) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu al-Ghozali:

“Orang-orang bijak setelah naik ke langit hakekat sepakat bahwa mereka tidak melihat dalam wujud ini selain Yang Maha Satu dan Yang Hakiki”.

5) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu Sadr al-Qonawi:

“Manusia itulah al-Haq. Dialah dzat, sifat, arsy, kursi, lauh, qolam, malaikat, jin, semua langit, bintang-bintang, semua bumi dan yang ada di atasnya, alam akhirat, segala yang wujud dan kandungannya, al-Haq, makhluk, qodim dan hadits”.

Coba pembaca perhatikan baik-baik perkataan tokoh-tokoh sufi ini kemudian bandingkan dengan perkataan Abu Sangkan baik yang ada di dalam buku Pelatihan Sholat Khusyu’ atau dalam buku Berguru Kepada Alloh yang sebagiannya sudah saya kutip, maka isinya sama walaupun redaksinya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan Abu Sangkan sama dengan para tokoh sufi terdahulu karena memang keilmuan Abu Sangkan adalah ilmu tasawuf dan ilmu filsafat. Dan yang sangat menipu umat Islam adalah mereka para tokoh sufi itu mengaku sebagai waliyulloh yang derajatnya di atas para nabi, kemudian mereka menetapkan sendiri thoriqoh menuju Alloh Subhanahu wa Ta’ala tanpa harus mengikuti thoriqoh Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka memiliki jalan sendiri yang tidak diketahui dan tidak ditempuh oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan pengikutnya. Mereka mengaku mendapat wahyu langsung dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala tanpa harus mengambil ilmu dari Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.


Dalam hal ini telah berkata as-Syaikul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:


“Barangsiapa beranggapan bahwa di antara para wali yang telah sampai padanya risalah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki thoriqoh sendiri menuju Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan tidak butuh kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sungguh dia kafir mulhid”. (Majmu’: 11/126).


Beliau juga berkata:


Barangsiapa mengatakan: “Saya butuh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ilmu dhohir dan tidak butuh pada ilmu batin atau saya butuh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ilmu syari’ah bukan ilmu hakekat maka dia lebih jelek dari yahudi dan nashoro yang telah mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Rosul pada ummiyin bukan kepada ahli kitab” dan sesungguhnya mereka (yahudi dan nashoro) meng-imani (risalah) sebagian dan mengkufuri sebagian maka mereka itupun telah kafir”.


Sehingga keyakinan-keyakinan tokoh-tokoh sufi itu lebih kufur dari Yahudi dan Nashoro karena telah mengatakan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu diutus hanya dengan ilmu dhohir tanpa ilmu batin, mereka tidak butuh dengan ilmu dhohir (Syari’ah) dan mereka memiliki ilmu batin sendiri(16).

Keyakinan wihdatul wujud ini bertentangan dengan keyakinan ahlussunnah wal jama’ah yang meyakini bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu tinggi di atas makhlukNya terpisah dengan makhlukNya dan tidak butuh serta tidak bergantung dengan makhlukNya, Dzat Alloh Subhanahu wa Ta’ala tinggi di atas “ArsyNya sedangkan ilmuNya meliputi segala makhlukNya, dua hal yang tidak bisa disamakan dari segala sisi, Robb ya Robb, hamba ya hamba, tidak bisa difahami bahwa pada makhluk ada DzatNya dan pada Dzat Alloh Subhanahu wa Ta’ala ada makhlukNya, tetapi hal ini menjadi samar dan rancu bagi orang yang hilang akalnya karena gila, pingsan, tidur, atau tidak sadar karena obat, sebagaimana firmanNya:

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia istawa di atas “Arsy, Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Alloh. Maha Suci Alloh, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-A’rof:54)


“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia istawa di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Alloh, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”. (QS. Yunus: 3)


“(yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang istawa di atas ‘Arsy”. (QS. Thoha: 5)


Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu tinggi di atas makhluk-Nya berikut dalil-dalilnya:


1. Secara jelas dan terang bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu di atas makhlukNya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)”. (QS. An-Nahl:50)


2. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkuasa di atas makhlukNya, firmanNya:


“Dan dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-An’am:18)


3. Naiknya Malaikat dan ruh kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan yang namanya naik itu ke atas bukan ke bawah atau kesamping, firmanNya:


“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”. (QS. Al-Ma’arij: 4)


4. Diangkatnya sebagaian makhlukNya kepadaNya dan yang namanya diangkat juga dari bawah ke atas bukan kebawah atau kesamping, firmanNya;


“Hai Isa, Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku”. (QS. Ali Imron: 55)


5. Alloh Subhanahu wa Ta’ala Maha Tinggi diatas makhlukNya baik Dzat, kedudukan maupun kemulianNya, firmanNya:


“Dan Alloh Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Al-Baqoroh: 255)

6. Penjelasan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan al-Kitab itu dari atas kebawah bukan dari bawah keatas atau dari bawah kesamping, firmanNya:

“Kitab( al-Qur’an ini) diturunkan oleh Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Az-Zumar: 1)


7. Pengkhususan sebagian makhlukNya yang berada disisiNya, firmanNya:


“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya”. (QS. Al-Anbiyaa’: 19)


8. Diangkatnya kedua tangan ketika berdo’a, dalam hadits disebutkan:


“Sesungguhnya Alloh malu terhadap hambaNya yang berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya untuk menolaknya tidak mengabulkannya”. (HR. at-Tirmidzi)


9. TurunNya Alloh Subhanahu wa Ta’ala kelangit dunia tiap sepertiga malam terakhir, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:


“Robb kita turun ke langit dunia tiap malam yaitu pada sepertiga malam terakhir kemudian menyeru: “Barangsiapa yang berdo’a kepadaKu akan Ku kabulkan, Barangsiapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri, dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku maka akan Ku ampuni”. (Muttafaqun’alaih)


10. Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi isyarat dengan jari telunjuknya yang diarahkan keatas, dalam hadits disebutkan:


“Kalian akan ditanya (oleh Alloh) tentang aku maka apakah yang akan kalian katakan (pada Alloh)? Mereka menjawab: “Kami telah bersaksi bahwa sesungguhnya engkau telah menyampaikan, engkau telah menunaikan, dan engkau telah menasehati, kemudian beliau mengangkat tangannya yang mulia ke langit mengarahkan ke Yang Di Atas segala sesuatu sambil berkata: Ya Alloh persaksikanlah”. (Muttafaqun’alaih)


11. Fir’aun laknatulloh meyakini bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu ada dilangit, dia berkata kepada pembantunya:


“Dan berkatalah Fir’aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi supaya Aku sampai ke pintu-pintu (yaitu) pintu-pintu langit, supaya Aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya Aku memandangnya seorang pendusta”. (QS. Al-Mu’min: 36-37)


Keyakinan Fir’aun ini tidak seperti keyakinannya Abu Sangkan dan pengikutnya yang mengatakan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu dimana-mana dan menyatu dengan makhluk, sebagai bukti bahwa keyakinan Abu Sangkan lebih jelek dari keyakinan Fir’aun.


12. Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bolak-balik antara Nabiyulloh Musa dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala pada peristiwa isro’ mi’roj ketika memohon keringanan sholat. (Muttfaqun’alaih)


13. Ahli surga ketika melihat Alloh disurga pada hari kiamat adalah melihat ke atas seperti ketika melihat bulan purnama.


14. Telah ditanyakan kepada al-Imam Abu Hanifah Rahimahullah tentang orang yang mengatakan: “Saya tidak tahu apakah Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu di langit atau di bumi? Maka Beliau berkata: “Sungguh dia telah kafir karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:


“Tuhan yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy”. (QS,Thoha: 5)


Dan ‘Arsy Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu ada di atas langit ke tujuh”, kalau dia berkata bahwa Alloh itu di atas ‘Arsy tetapi saya tidak tahu apakah ‘arsy itu ada di langit atau di bumi? Beliau menjawab: “Sungguh dia telah kafir karena dia telah mengingkari bahwa ‘arsy itu di atas langit ke tujuh”.


Maka sangat jelas dan terang bagi orang yang hatinya masih bersih dari kerancuan-kerancuan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu istawa di atas Arsy-Nya, tinggi diatas makhlukNya dan turun kelangit dunia tiap sepertiga malam terakhir. Tetapi keyakinan yang terang dan jelas ini menjadi samar bagi hati-hati yang dipenuhi kerancuan-kerancuan sehingga mereka sebisa mungkin untuk memalingkan makna ayat di atas untuk disesuaikan dengan akal dan hawa nafsu mereka dan yang paling parah mereka adalah keyakinan orang-orang tasawuf, ahli kalam, dan ahli filsafat.


Dikutip dari Buku “Mengenal Lebih Dekat ABU SANGKAN & Buku-Bukunya (Sang Pencipta Ajaran Baru Pelatihan Shalat Khusyu’) Bab IV, hal.90-109 atas ijin Penulis (Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary) dan Penerbit Daar Ibnu Utsaimin Lumajang untuk situs
www.darussalaf.or.id

8. Fathu Robbil Bariyah…Hal.69

9. Takyif adalah meyakini bahwa sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala itu begini-begini dengan mensifati Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sifat-sifat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mensifati diri dengan-Nya.
10. Majmu’ Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 12/271
11. Majmu’ Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 12/25
12. Sama dengan Abu Sangkan ketika menafsirkan arti al-Qur’an dan arti ilham, lihat buku Abu Sangkan Berguru Kepada Allah.
13. Ini sama dengan perkataan jahmiyah yang telah mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala itu tidak mempunyai nama dan sifat.
14. Dari teks ini mungkin pembaca teringat dengan ucapan fir’aun laknatullah yang telah mengatakan aku adalah tuhanmu yang paling tinggi.
15. As-Syari’ah No.17/II /14246H/ 2005M hal 33.
16. Majmu’ Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 11/26

Adapun penyimpangan – penyimpangan Abu Sangkan adalah seperti berikut:


Abu Sangkan Telah Mengada-ada Dalam Agama


Mengada – ada dalam agama Islam baik menambah atau mengurangi merupakan buah dari buruk sangka kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala serta merupakan bentuk penentangan dan pembangkangan kepada keputusan Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang telah memutuskan bahwa agama Islam ini sudah sempurna, tidak butuh penambahan, pengurangan, dan perubahan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridloi Islam menjadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3)


Telah berkata al-Imam Malik Rahimahullah terhadap ayat ini:


“Barangsiapa mengada-ada dalam Islam dengan suatu bid’ah dan dia anggap bid’ah hasanah sungguh dia telah menuduh Rosululloh telah mengkhianati risalah, karena Alloh berfirman: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan Islam sebagai agama untukmu” maka apa yang bukan agama pada hari itu bukan agama juga pada hari ini”.


Artinya: “Sesungguhnya perumpamaanku dengan para nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun sebuah rumah, maka dia memperbagus dan mempercantik kecuali satu tempat bata di suatu sudut (yang belum terpasang) maka manusia mengelilingi rumah tersebut dan mereka terkagum dengan keindahan rumah tersebut dan mereka berkata: Sekiranya ada orang yang bisa memasang bata itu? Beliau bersabda: “Maka akulah bata itu dan aku adalah penutup para nabi”. (HR. Bukhori dan Muslim)


Artinya: “Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim)


Artinya: “Sesunggunya sebaik – baik pembuicaraan adalah Kitabulloh dan sebaik – baik petunjuk adalah petunjuknya Muhammad, dan sejelek – jelek perkara adalah yang diada – adakan dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiapa kesesatan di neraka”. (HR. Muslim)


Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:


“barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk maka dia mendapat pahala sebanyak orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat dosa sebanyak orang yang mengikutuinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)


Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:


“Barangsiapa yang membuat suatu cara yaitu cara yang baik kemudian diikuti maka dia mendapat pahalanya dan mendapatkan pahala sebanyak orang yang mengikuti tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa yang membuat suatu cara yang jelek kemudian diikuti maka dia mendapat dosanya dan dosa sebanyak orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Tirmidzi)


Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:

“Barangsiapa membuat perkara baru dalam agama atau membela perbuatan baru yang diada – adakan maka baginya laknat Alloh dan para malaikat serta mendapat laknat seluruh manusia”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Di Mana Perbuatan Abu Sangkan Yang Katanya Mengada – ada Dalam Agama?


1) Membuat ajaran pelatihan sholat khsyu’ amalan ini tidak pernah diamalkan oleh para ulama’, tidak pernah diamalkan oleh para imam ahlussunnah, tidak pernah diamalkan oleh tabi’ut tabi’in, tabi’in, para shohabat maupun Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sehingga ajaran pelatihan sholat khusyu’ ini benar – benar baru yang diada –adakan oleh Abu Sangkan dari Indonesia. Ajaran ini tidak kita dapatkan di Negara – negara lain.


2) Cara – cara sholat khusyu’ yang disampaikan oleh Abu Sangkan adalah cara – cara baru yang tidak ada di dalam kitab – kitab kaum muslimin sehingga ajaran sholat khusyu’ ala Abu Sangkan ini betul – betul versi Abu Sangkan. Abu Sangkan sendiri telah mengatakan dalam DVD-nya bahwa sholat khusyu’ yang dia ciptakan itu adalah produk baru versi Abu Sangkan. Dia berkata: “Sholat khusyu’ menurut paradigma kami” dia juga berkata: “Sholat khusyu’ menurut teori kami”.


Ajaran baru versi Abu Sangkan ini bisa kita baca di dalam buku – buku dia baik di dalam buku Pelatihan Sholat Khusyu’ ataupun di dalam buku Berguru Kepada Alloh. Hampir semua cara sholat yang dijelaskan oleh Abu Sangkan adalah cara baru atau tepatnya disebut Muhdats mulai dari cara wudlu’ sampai cara berdzikir ba’da sholat. Contoh yang sangat jelas:


1) Halaman 58-59 buku Pelatihan Sholat Khusyu’ karya Abu Sangkan cetakan ke 13, penerbit Yayasan Sholat Khusyu’, Abu Sangkan berkata:


“Cara memasuki sholat…….


a) Heningkan pikiran anda agar rileks. Usahakan tubuh anda tidak tegang. Tak perlu konsentrasikan pikiran sampai mengerutkan kening


b) Biarkan tubuh anda meluruh, agak lemaskan atau bersikap serileks mungkin


c) Kemudian rasakan getaran qolbu…..


d) Bangkitkan kesadaran diri…..


Dan seterusnya ada sembilan poin sampai halaman 59.


2) Pada halaman 64 ketika menjelaskan cara berwudlu’, Abu Sangkan berkata:

a) Mulailah dengan mengucapkan…Hubungkan jiwa anda kepada Alloh…

b) Cucilah kedua tangan Anda dengan air mutlak. Pastikan hati tetap bersambung dengan Alloh…dst


c) Hadirkan jiwa Anda kepada Alloh. Dan seterusnya sampai 8 poin.


3) Pada halaman 71-78, Abu Sangkan menjelaskan cara wudlu’ dengan cara meditasi.


4) Pada halaman 82-98, Abu Sangkan menjelaskan cara sholat dengan gaya meditasi.


5) Pada halaman 104-116, Abu Sangkan menjelaskan cara berdzikir dengan cara meditasi. Sedangkan di dalam buku Berguru Kepada Alloh hanyalah pengulangan saja tanpa ada perbedaan.


Setelah saya cek di dalam kitab-kitab fiqih karya para ulama’ ahlussunnah baik yang berupa matan maupun yang berbentuk syarah (penjelasan para ulama’), ternyata apa yang dijelaskan Abu Sangkan di dalam buku – bukunya hanyalah kutipan dengan beberapa perubahan dari Abu Sangkan yaitu Abu Sangkan menukil cara – cara meditasi yang baik meditasi diam atau meditasi gerak seperti taichi, kemudian dimasukan ke dalam cara – cara berwudlu’, cara – cara sholat, dan cara – cara berdzikir. Supaya lebih samar Abu Sangkan menutupi perbuatannya ini dengan mencarikan dalil – dalil berupa ayat maupun hadist. Padahal dalil yang dia bawa itu bukan dalilnya-.


Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) telah mengeluarkan 10 kriteria aliran sesat dan perbuatan Abu Sangkan ini termasuk kriteria no. 9 yaitu: Merubah, Menambah, Dan Atau Mengurai Pokok – Pokok Ibadah Yang Telah Ditetapkan Oleh Syari’ah.


Abu Sangkan Penganut Sinkretisme


Hal ini sangat jelas dari perbuatan dia yang telah menciptakan sholat khusyu’ dengan caranya sendiri dengan cara memadukan ajaran agama lain ke agama Islam yaitu ajaran agama Hindu Budha dijadikan kaifiyah, sifat atau cara sholat yakni ajaran meditasi atau semedi atau bertapa yang merupakan ajaran pokoknya orang Hindu Budha.


Sinkretisme adalah pembenaran dan pemaduan semua agama. Ajaran Abu Sangkan ini sarat dengan faham sinkretisme atau pluralisme. Contoh:


1) Pada buku Berguru Kepada Alloh hal. 35: Abu Sangkan berkata:


“Barang siapa yang menjaga lingkungannya dan melestarikannya maka ia telah berislam, barang siapa menjaga amanah janji dalam berbisnis serta menuliskannya maka ia telah berislam, barangsiapa meneliti tumbuh – tumbuhan, meneliti benda langit dan kandungan di dalam bumi kemudian ia menemukan manfaatnya maka ia telah berislam dan mendapatkan ganjaran yang bermanfaat dalam hidupnya. Sebaliknya barangsiapa menghancurkan alam dan menganiaya dirinya dengan tidak menjalankan sunnatulloh maka ia tidak berislam. Sehingga tidak jarang Negara-negara yang mayoritas beragama islam tidak mendapatkan Rohmat dari Alloh bahkan terhinakan dan dijajah orang kafir yang telah memanfaatkan Rohmat dari Alloh. Dari fakta-fakta yang telah kita ketahui, siapakah sebenarnya yang telah kita ketahui, siapakah sebenarnya yang telah berislam?”.


Bagi Ahlussunnah wal Jama’ah perkataan Abu Sangkan ini adalah kekufuran karena bertentangan dengan prinsip ahlussunnah yang telah meyakini bahwa agama-agama selain Islam adalah kafir karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan dan telah Ku-ridhai Islam itu agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3)


“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali – kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan Dia di akhirat termasuk orang – orang yang rugi”. (QS. Ali-Imron: 85)


“Demi jiwa Muhammad yang berada di tanganNya tidaklah mendengar tentang aku seorangpun dari ummat ini apakah itu Yahudi atau Nasrani kemudian mati belum beriman dengan yang aku utus kecuali menjadi penghuni neraka”. (HR. Muslim)


Orang Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha walaupun telah menjaga lingkungan atau melestarikan-nya dia adalah orang kafir selama belum masuk ke dalam agama Islam dengan mengucap dua kalimat syahadat dan melaksanakan syari’at Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Kalau tidak, maka dia tetap kafir yang terancam kekal di neraka sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:


“Sesungguhnya orang – orang kafir yakni ahli kitab (Yahudi dan nasrani) dan orang – orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS. Al-Bayyinah: 6)


Berdasarkan prinsip ini, barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang kafir maka dia telah kafir dan murtad keluar dari Islam.


2) Pada halaman 87, Abu Sangkan berkata:


“Oleh karena itu jangan salahkan orang-orang kafir kalau setelah mereka bersungguh-sungguh meneliti dan mendata apa yang mereka baca dari kejadian alam lalu mendapatkan ganjaran atas manfaat membaca ayat kauniyah”.


Ini juga sinkretisme karena secanggih apapun hasil karya dan teknologi orang kafir, mereka tetap kafir, tidak ada manfaat bagi mereka sendiri, harta, dan keluarganya terutama nanti ketika menghadap Alloh walaupun ada manfaat nisbi di dunia. Karena mereka tidak beriman dan belum masuk agama Islam, dan semua perbuatan baiknya tidak mendapat pahala (ganjaran).


3) Pada halaman 174, Abu Sangkan berkata:


“Jepang, Singapura, Perancis adalah kodrat Negara Islami sebab disanalah dasar-dasar filsafat Islam tertanam menjadi budaya yang tertinggi seperti kedisiplinan, ketekunan, kesadaran hukum dan lingkungan”.


Perkataan Abu Sangkan ini membuktikan bahwa Abu Sangkan adalah penganut ajaran kufur yaitu ajaran sinkretisme yang para ulama’ telah sepakat tentang kufurnya ajaran ini berdasarkan dalil-dalil di atas yaitu kafirnya penganut agama selain Islam.


Diantara tokoh ajaran sinkretisme di Indonesia ajaran ini digencarkan Prof. Dr. Nurcholis Madjid, Prof. Dr. Harun Nasution, Budy Munawar Rochman dari Yayasan Paramadina, Jakarta, Muhammad Ali dosen IAIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, Said Aqil dari PBNU, Jakarta dan seluruh tokoh-tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal)1.


Dan masih banyak contoh-contoh ajaran sinkretisme dalam buku Abu Sangkan. MUI telah mengeluarkan fatwa sesatnya faham pluralisme ini dengan no. 7 / MUNAS VII / 10 /2005.


Dikutip dari Buku “Mengenal Lebih Dekat ABU SANGKAN & Buku-Bukunya (Sang Pencipta Ajaran Baru Pelatihan Shalat Khusyu’) Bab IV, hal.74-89 atas ijin Penulis (Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary) dan Penerbit Daar Ibnu Utsaimin Lumajang untuk situs
www.darussalaf.or.id

1. As-Syari’ah Vol.01/No.10/ 1425 H/ 2004


____


LINK TERKAIT


PENYIMPANGAN – PENYIMPANGAN BUKU ABU SANGKAN

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1961532320472&set=a.1653325175486.2085068.1307751853&type=1&theater

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.