-->

15 Agustus 2012

Berharap Jangan Sampai Tidak Diampuni Allah Di Bulan Penuh Ampunan


Para pembaca yang budiman…
Di setiap malam bulan Ramadhan Allah Ta’ala mengampuni dan memerdekakan hamba-hamba-Nya dari api neraka…subhanallah, semoga kita termasuk di dalamnya. Allahumma amin.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِى مُنَادٍ يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ ».

“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika pada awal malam bulan Ramadhan maka:
1. para syetan dan pemimpin jin terbelenggu
2. dan tertutup pintu-pintu neraka dan tidak satu pintupun terbuka
3. dan dibukakan pintu-pintu surga dan tidak satu pintupun tertutup
4. lalu ada suara yang menyeru: “Wahai pencari kebaikan, sambutlah! Dan wahai pencari keburukan, cukuplah!
5. Dan Allah mempunyai orang-orang yang dimerdekakan dari neraka dan yang demikian itu pada setiap malam!”.
(Hadits riwayat Tirmidzi, dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’)

Oleh sebab inilah…
Jangan biarkan bulan Ramadhan ini berlalu begitu saja sebelum kita diampuni dan dimerdekakan oleh Allah Ta’ala dari api neraka.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَىَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ ».
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang disebutkanku, lalu dia tidak bershalawat atasku, Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya), Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang mendapati kedua orangtuanya lalu keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al jami’)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم صَعِدَ الْمِنْبَرَ ، فَقَالَ : آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ ، فَقِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنَّكَ حِينَ صَعِدْتَ الْمِنْبَرَ قُلْتَ : آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ ؟ قَالَ : إِنَّ جِبْرِيلَ آتَانِي فَقَالَ : مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغَفَرْ لَهُ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ آمِينَ فَقُلْتُ : آمِينَ ، وَمَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ ، أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُبِرَّهُمَا فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ : آمِينَ ، فَقُلْتُ : آمِينَ ، وَمَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبَعْدَهُ اللَّهُ , قُلْ : آمِينَ , قُلْتُ : آمِينَ.

“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah naik ke atas mimbar, lalu bersabda: “Amin, amin, amin”, lalu beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ketika engkau naik ke atas mimbar, engkau mengucapkan: “Amin, amin, amin”, kenapa?”, beliau menjawab: “Sesungguhnya Jibril telah mendatangiku, lalu berkata: “Siapa yang mendapati bulan Ramadhan lalu tidak diampuni baginya, maka akhirnya masuk neraka dan dijauhkan Allah (dari surga), katakanlah: “Amin (Kabulkanlah, Ya Allah)”, maka akupun mengucapkan: “Amin”, lalu Jibril berkata lagi: “Siapa mendapati kedua orangtuanya atau salah satunya dan tidak berbakti kepada keduanya, lalu dia mati dan tidak diampuni baginya, maka akhirnya masuk neraka dan dijauhkan Allah (dari surga)”, katakanlah: “Amin”, maka akupun mengucapkan: “Amin”, Jibril berkata lagi: “Siapa yang disebutkan aku lalu dia tidak bershalawat atasku, lalu dia mati dan tidak diampuni baginya, maka akhirnya masuk neraka dan dijauhkan Allah (dari surga)”, katakanlah: “Amin”, maka akupun mengucapkan: “Amin”. (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’)

Maksud dari : “رغم أنف” (Sungguh sangat terhina dan rendah), ini adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan kepada kiasan tentang puncaknya kehinaan dan kerendahan seseorang karena dia tidak menggunakan kesempatan sebaik-baiknya. (Lihat kitab Mir’at Al Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih, karya Ubaidullah Al Mubarakfury)
Maksud dari: “…seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya)”, adalah:
“Berlalu bulan Ramadhan sebelum diampuni baginya dosa-dosanya karena dia tidak bertaubat dan tidak mengagungkan bulan Ramadhan dengan bersungguh-sungguh di dalam ketaatan sehingga diampuni baginya dosa-dosanya”. (Lihat kitab Tuhfat Al Ahwadzi, karya Muhammad Al Mubarakfury)

“Sungguh terhina seseorang yang mengetahui bahwa, kalau dia menahan dirinya dari hawa nafsu selama sebulan pada setiap tahun, dan mengerjakan apa yang diwajibkan baginya yaitu berupa puasa dan shalat tarawih, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu, tetapi dia malah meremehkan dan tidak beribadah (sebagaimana mestinya), sampai selesai dan berlalu bulan tersebut. Maka siapa yang mendapati kesempatan yang sangat besar ini, yaitu dengan mengerjakannya karena iman dan mengharapkan pahala, maka Allah akan memuliakannya, sedangkan yang tidak mengagungkan-Nya maka Allah akan menghinakan dan merendahkannya”. (Lihat kitab Faidh Al Qadir Syarh Al Jami’ Ash Shaghir, karya Al Munawi)

Para pembaca yang budiman…
Sekali lagi ketauhilah…semoga kita selalu dalam rahmat-Nya.
Bulan Ramadhan cuma sebulan, maka jangan biarkan dia berlalu tanpa kita isi dengan amal ibadah dan ketaatan kepada Allah karena iman dan berharap pahala dari-Nya.

Terakhir…sebagai peringatan! Hadits tentang bulan Ramadhan yang berbunyi:

وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ
“Dan dia adalah bulan pertamanya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya kemerdekaan dari apin neraka”.

Hadits ini derajatnya mungkar, yaitu hadits lemah menyelisihi hadits yang shahih, karena di dalamnya ada seorang perawi yang bernama Ali bin Zaid bin Jad’an, Imam Ahmad mengatakan dia adalah perawi yang lemah, Ibnu Khuzaimah mengatakan: “Aku tidak bersandar dengan haditsnya karena lemahnya hapalannya”, disamping itu riwayat ini menyelisihi hadits shahih yang disebutkan di atas, yang mana kemerdekaan dari api neraka di setiap malam bulan Ramadhan. (Lihat kitab Silsilat Al Ahadist Adh Dha’ifah wa Al Maudu’ah, no. 871)
Wallahu a’lam.

Ahmad Zainuddin
Sabtu, 22 Sya’ban 1432H
Dammam, KSA

http://tinyurl.com/keutamaan-ramadhan

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.