-->

29 Agustus 2012

Budaya Mengekor yang Mengakar

Kalau orang Nasrani memperingati hari ulang tahunnya Nabi Isa bin Maryam, maka ada sebagian orang Islam yang ikut-ikutan merayakan hari kelahirannya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal tersebut tentunya aneh, karena yang diikuti bukan Nabinya, akan tetapi orang-orang kuffar. Padahal Nabi tidak pernah mensyari’atkannya dan para sahabat tidak pernah mencontohkannya.


Larangan Meniru Orang Kafir

Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang nashara berlebih-lebihan memuji Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba Alloh dan Rasul-Nya.” (Shohih. HR. Ahmad). Nabi Muhammad adalah hamba Allah, maka ia tidak boleh disembah atau diibadahi. Dan bahkan sebaliknya, beliau hanya beribadah kepada Allah. Adapun Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah, maksudnya yaitu bahwa seluruh perkataannya benar, harus dibenarkan dan harus ditaati. Dan taat kepada Rasul berarti mentaati Allah. Allah berfirman, “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An Nisaa’: 80). Maka barangsiapa dari umat ini yang taat kepadanya akan masuk surga, dan yang durhaka kepadanya akan masuk neraka. Hal ini juga berlaku bagi umat-umat sebelum kita, di mana mereka harus taat kepada rasul yang diutus untuk mereka. Sebagaimana Fir’aun tidak taat kepada Nabi Musa ‘alaihis salam, maka Allah pun mengazabnya. Allah tegaskan, “Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir’aun. Maka Fir’aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (QS. Al Muzammil: 15-16)

Nabi bersabda, “Sungguh, kamu akan mengikuti (dan meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu, bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya. Sampai kalaupun mereka masuk ke lubang dhob niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasranikah?” Beliau menjawab, “Lalu siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Apa yang telah diberitakan oleh Rasulullah tadi sudah terjadi. Ini merupakan wahyu dari Allah sebagai bentuk penegasan bahwa beliau adalah seorang nabi dan rasul. Berita ini bukan merupakan anjuran kepada umatnya untuk meniru orang kafir. Tetapi larangan yang keras dalam bentuk berita. Hal ini tidak asing lagi dalam kaidah agama kita.

Kenapa Lubang ‘dhob’ ?

Fenomena meniru-niru ‘gaya hidup’ orang-orang kafir sekarang ini banyak menimpa sebagian besar kaum muslimin. Bahkan untuk perkara-perkara yang sulit dilakukan sekalipun, ada di antara kaum muslimin yang melakukannya. Pantas Rasulullah mengumpamakan dan mengandaikan dengan lubang ‘dhob’. ‘Dhob’ itu termasuk hewan reptil yang ukurannya lebih besar dari kadal dan lebih kecil dari biawak. Binatang ini biasanya hidup di padang pasir. Ia tinggal di dalam lubang berupa saluran sempit, panjang dan berkelak-kelok. Begitu juga dengan tingkah laku kaum muslimin. Ketika seorang wanita kafir mengubah potongan rambutnya, kaum muslimah pun rame-rame ikut gaya rambut tersebut. Laki-laki muslim pun tidak ketinggalan ikut-ikutan menata rambutnya seperti rambut kuda. Ketika pornografi dan pornoaksi merajalela yang tentu saja dipromotori oleh orang kuffar, malah ada orang Islam yang mendukung dan membela mati-matian. Parahnya bukan saja dimonopoli oleh kaum wanita, tapi juga diperankan oleh kaum pria. Allaahu akbar! Benarlah Allah dengan segala firman-Nya dan benarlah Rasulullah dengan segala sabdanya.

Sikap Mengekor yang Paling Parah

Tatkala Rasulullah memberitakan bahwa umat ini akan mengikuti tradisi umat-umat terdahulu, itu berarti semua perbuatan umat terdahulu akan ditiru umat ini termasuk perbuatan syirik mereka. Inilah yang paling parah, karena syirik merupakan dosa terbesar dari sudut pandang manapun. Jika umat terdahulu beribadah kepada berhala maka umat ini pun akan ada yang beribadah kepada berhala. ‘Berhala’ yang dimaksud di sini cakupannya luas, tidak hanya terbatas pada patung yang dibuat kemudian disembah. Namun termasuk di dalamnya setan, para dukun, paranormal, tukang tenung, tukang sihir dan segala sesuatu yang disembah selain Allah dan mereka ridho disembah. Allah berfirman, “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? Mereka beriman kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisaa’: 51). ‘Umar bin Al Khatthab berkata, “Jibt itu sihir dan Thoghut itu (pembesarnya) adalah setan.”

Barangkali ada sebagian kaum muslimin yang mengingkari bahwa sebagian umat Islam akan kembali kepada kesyirikan menyembah berhala. Mereka beranggapan jika seseorang sudah masuk ke dalam Islam maka tidak akan kembali berbuat syirik. Di antara alasan yang mereka pakai adalah hadits tentang putus asanya iblis. Nabi bersabda tentang iblis, “Sesungguhnya setan telah berputus asa bahwa dirinya akan disembah (lagi) di jazirah Arab.” (HR. Muslim). Hadits ini sama sekali tidak bisa dijadikan sebagai dalil untuk membenarkan anggapan mereka. Karena itu hanya ungkapan perasaan setan ketika melihat tersebarnya dakwah Islam ke berbagai penjuru. Namun tentu ia tidak tinggal diam dan bertopang dagu.

Iblis Akan Terus Menyesatkan

Ingatkah kita kisah Iblis ketika dia terusir dari surga? Allah berfirman, “Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka’.” (QS. Al Hijr: 39-40). Kesesatan yang paling sesat adalah menyembah berhala di samping menyembah Allah. Berbagai macam cara akan ditempuh oleh Iblis -la’natullah ‘alaih- dalam rangka menyesatkan bani Adam. Termasuk kita umat Islam sekarang ini, tidak akan luput dari godaan Iblis dan bala tentaranya kecuali orang-orang yang ikhlas dalam beribadah kepada Allah. Yang beribadah murni untuk Allah, tidak kepada yang selain-Nya.

Tanda Kiamat: Umat Islam Ada yang Menyembah Berhala

“Dan yang aku khawatirkan terhadap umatku tiada lain adalah para pemimpin yang menyesatkan, dan apabila pertumpahan darah telah menimpa umatku maka tidak akan berakhir sampai hari kiamat. Kiamat tidak akan terjadi sebelum terjadi suatu kaum dari umatku yang mengikuti orang-orang musyrik dan beberapa kelompok dari umatku yang menyembah berhala. Dan sesungguhnya akan ada di antara umatku tiga puluh pendusta yang mengaku sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi lagi sesudahku; (sungguhpun demikian) akan tetap ada segolongan dari umatku yang tegak membela Al Haq dan mendapat pertolongan (dari Allah), mereka tidak tergoyahkan oleh orang-orang yang menghinakan mereka sampai datang keputusan Allah Tabaraka wa Ta’ala.” (HR. Al Barqoni, tambahan hadits sebelumnya)

Ittiba’, Bukan Mengekor

Para pembaca yang budiman, jadilah pembela Al Haq yang dimaksudkan Nabi dalam hadits tersebut. Yaitu dengan cara ittiba’ kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Ittiba’ adalah mengikuti dengan dalil. Bukan ikut-ikutan atau mengekor tanpa mengetahui dalil atau dasar sesuatu yang diikuti. Dengan ittiba’ inilah kita berharap kepada Allah semoga kita menjadi kelompok pembela Al Haq, pembela Allah dan Rasul-Nya, pengibar bendera tauhid dan sunnah, serta penghancur simbol-simbol kesyirikan dan bid’ah. Insya Allah.

***

Penulis: Nurdin Abu Yazid
Artikel www.muslim.or.id

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.