Oleh Al Ustadz Jafar Salih
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah
kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika
ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa
yang kamu kerjakan. (Qs. An-Nisaa: 135)
Sungguh Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menimpakan cobaan kepada ummat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan bermunculannya ahlil ahwa’ wal bida’
(pengekor hawa nafsu dan bid’ah) yang mengelabui ummat Islam dalam
perkara agama mereka. Mereka telah mencerai beraikan kesatuan kaum
muslimin dan merusak agama mereka. Dan kelompok yang paling buruk dan
berbahaya terhadap agama dan ummat Islam adalah Syi’ah
(Imamiyah/Rafidhah). Hal ini tidak lain
adalah karena ajarannya yang bertentangan dengan Islam dari segala macam
sisinya, akidah maupun ibadahnya. Mereka memiliki agama yang berbeda
dengan ummat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Asal usul
ajaran mereka bersumber dari aliran yang beraneka ragam, Yahudi,
Nashrani, dan yang lain sebagainya dari ajaran-ajaran kufur dan sesat.
Hal ini seperti yang telah disebutkan oleh lebih dari seorang Imam.
Para ulama mencatat ada banyak kesamaan antara ajaran Syi’ah (Imamiyah/Rafidhah) dengan agama Yahudi dan Nashrani, di antaranya:
1. Agama Yahudi mengatakan, tidak sah
kerajaan kecuali pada keturunan Daud Alaihissalaam. Dan agama Syi’ah
mengatakan, tidak sah kepemimpinan kecuali pada keturunan Ali
Radhiyallahu ‘Anhu.
2. Agama Yahudi mengatakan, tidak ada
jihad fi sabilillah sampai bangkitnya Dajjal dan turun pedang dari
langit. Dan agama Syi’ah mengatakan, tidak ada jihad fi sabilillah
sampai muncul Al Mahdi dan terdengar suara memanggil dari langit.
3. Agama Yahudi menunda sembayang sampai munculnya bintang. Dan agama Syi’ah menunda Maghrib sampai munculnya bintang.
4. Orang-orang Yahudi merubah Taurat dan Syi’ah mengubah Al Qur’an.
5. Orang Yahudi memusuhi Jibril
Alaihissalaam dan mengatakan dia adalah musuh kami dari kalangan
Malaikat. Begitu pula kaum Syi’ah mengatakan Jibril Alaihissalaam keliru
menyampaikan wahyu kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Bersamaan dengan kemiripan-kemiripan di
atas, ajaran Syi’ah berbeda dari agama Yahudi dan Nashrani dalam satu
hal. Yaitu apabila orang Yahudi ditanya, “Siapa sebaik-baik penganut
agama kalian?”. Mereka akan menjawab, “Para shahabat Musa
Alaihissalaam”. Dan apabila orang Nashrani ditanya, “Siapa sebaik-baik
penganut agama kalian?”. Mereka akan menjawab, “Para shahabat Isa
Alaihissalaam”. Dan apabila orang Syi’ah ditanya, “Siapa sejelek-jelek
penganut agama kalian?”. Mereka akan menjawab, “Para shahabat Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam”. Minhajus Sunnah An-Nabawiyah (1/24)
Pendiri ajaran Syi’ah Rafidhah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
“Sesunguhnya yang pertama kali membuat ajaran Rafidhah (Syi’ah Imamiyah)
adalah seorang yang asalnya beragama Yahudi dan pura-pura masuk Islam
dan (akhirnya –penj) menyusupkan kepada orang-orang jahil berbagai macam
ajaran yang menikam inti ajaran Islam. Oleh karena itu ajaran ini
adalah pintu terbesar kemunafikan dan jalan mulus untuk menjadi zindiq”.
Majmu’ Fatawa (4/428)
Al Imam Asy-Sya’bi berkata,
“Hati-hatilah kalian dari pengekor hafa nafsu yang menyesatkan, dan yang
paling berbahaya adalah Rafidhah”.
Asal usul penamaan mereka dengan Rafidhah
Ada tiga pendapat yang menyebutkan asal
usul penyebutan mereka dengan nama Rafidhah. Yang pertama adalah karena
penolakan (Ra-fa-dha) mereka terhadap kepemimpinan Abu Bakar dan Umar
Radhiyallahu ‘Anhuma. Yang ke dua mengatakan mereka disebut Rafidhah
karena penolakan mereka terhadap Islam. Dan pendapat ke tiga mengatakan
karena penolakan mereka terhadap kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husain
Radhiyallahu ‘Anhu yang menolak untuk berlepas diri dari Abu Bakar dan
Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, mereka disebut Rafidhah.
Ajaran mereka yang paling menonjol
Di antara ajaran mereka yang paling
menonjol adalah mencintai Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu secara
berlebihan dan memusuhi para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam, terlebih lagi kepada Abu Bakar dan Umar serta anak mereka
berdoa (istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) Aisyah dan
Hafshah Radhiyallahu ‘Anhum.
Al Kulaini (seorang ulama Syi’ah)
menyebutkan di dalam Furu’ Al Kafi (Hal 115) dari Jafar Alaihissalaam,
“Para shahabat adalah orang-orang yang telah murtad (kafir –pentj)
sepeninggal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kecuali tiga orang saja.
“Siapa saja mereka?’ kataku. Ia menjawab, “Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar
Al Ghifari dan Salman Al Farisi”.
Para ulama mencatat bahwa asal usul
ajaran ini adalah ulah sang Ibnu Sauda’ (Abdullah bin Saba’). Sebelum
masuk Islam, Abdullah bin Saba’ yang ketika itu beragama Yahudi meyakini
bahwa Yusya’ bin Nun adalah wasiat (pengganti) Musa Alaihissalaam. Maka
ketika masuk Islam ia masih membawa keyakinannya tersebut hanya saja
dalam hal ini Ali Radhiyallahu ‘Anhu yang dikorbankan. Ia berkeyakinan
bahwa Ali bin Abi Thalib adalah wasiat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam, pengemban amanat langsung untuk menjadi khalifah setelah
wafatnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dari sinilah akhirnya ia menancapkan
permusuhan kepada Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma serta
mayoritas shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mencap mereka
sebagai orang-orang fasik dan mengkafirkan sebagiannya.
An-Nubakhti berkata di dalam kitabnya
“Firaqus Syi’ah”, “ Abdullah bin Saba’ adalah orang yang pertama kali
mencaci maki Abu Bakar, Umar dan Utsman serta shahabat lainnya dan
berlepas diri dari mereka. Ia berdalih bahwa Ali bin Abi Thalib yang
memerintahkannya demikian. Maka Ali Radhiyallahu ‘Anhu menangkapnya dan
menginterogasinya terkait ucapannya tersebut dan Abdullah pun
mengakuinya. Sehingga Ali Radhiyallahu ‘Anhu akhirnya mengeluarkan titah
untuk membunuhnya. Tapi massa ketika itu protes kepada Ali Radhiyallahu
‘Anhu dan mengatakan, “Wahai Amirulmukminin apa anda akan membunuh
seseorang yang menyeru untuk mencintaimu, ahlul bait, dan mengajak untuk
setia kepadamu serta berlepas diri dari musuh-musuhmu?” Akhirnya Ali
Radhiyallahu ‘Anhu mengasingkan Abdullah bin Saba’ ke Madain (Ibukota
Faris kala itu). Silahkan periksa Firaqus Syi’ah karya An-Nubakhti hal
43-44 cetakan Al Haidariyah Najaf-Irak, tahun 1959 M.
Oleh karena kecintaan mereka yang
berlebihan ini sebagian mereka menganggap bahwa Ali Radhiyallahu ‘Anhu
adalah Nabi. Dan yang lainnya menganggap bahwa Jibril sang pembawa wahyu
telah salah alamat kepada Muhammad, seharusnya kepada Ali Radhiyallahu
‘Anhu. Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun.
Bersamaan dengan itu mereka menjuluki
Abu Bakar dan Umar dengan “dua berhala Quraisy”. Dan tercatat pada salah
satu ritual ibadah mereka, pembacaan sebuah doa yang mereka namakan
dengan “Doa dua berhala Quraisy” yang berisikan laknat kepada Abu Bakar
dan Umar serta anak mereka berdoa –Aisyah dan Hafshah- Radhiyallahu
‘Anhum ajma’in. Silahkan periksa kitab mereka Miftahul Jinan (hal 114).
Ditambah lagi sikap mereka yang sangat
mengelu-elukan Abu Lu’lu’ah Al Majusy –sang pembunuh Umar Radhiyallahu
‘Anhu- dan menjulukinya dengan julukan Syujaud Diin (pahlawan agama)
serta menjadikan hari kematian Umar Radhiyallahu ‘Anhu sebagai salah
satu hari-hari besar yang mereka rayakan dengan penuh suka cita. Al Kuna
Wal Alqaab (2/55) karya Abbas Al Qummi.
Apa yang kami telah sebutkan di sini hanyalah selintas dari sekian banyak kesesatan-kesesatan ajaran Syi’ah yang didukung dengan bukti-bukti otentik. Maksudnya adalah agar ummat Islam berhati-hati dari setiap ajakan yang menyeru kepada pendekatan antara Ahlussunnah dan Syi’ah, yang berdampak kepada sikap mentolerir kekufuran dan kesesatan serta pengabaian prinsip Al Wala’ wal Bara’ dan amar ma’ruf nahi mungkar di dalam Islam. Wallahua’lam bis Shawab.
Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar