1. Janji Allah bagi para pengikut setia Salafus Shalih
Allah ta’ala berfirman,
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama -berjasa kepada Islam-
dari kalangan Muhajirin dan Anshar, beserta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha
kepada-Nya. Allah mempersiapkan untuk mereka surga-surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di sana selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah : 100)
2. Meyakini bahwa petunjuk merupakan karunia dari Allah
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ هُوَ ابْنُ حَازِمٍ
عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ رَأَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ
يَنْقُلُ مَعَنَا التُّرَابَ وَهُوَ يَقُولُ
وَاللَّهِ لَوْلَا اللَّهُ مَا اهْتَدَيْنَا وَلَا صُمْنَا وَلَا صَلَّيْنَا
فَأَنْزِلَنْ سَكِينَةً عَلَيْنَا وَثَبِّتْ الْأَقْدَامَ إِنْ لَاقَيْنَا
وَالْمُشْرِكُونَ قَدْ بَغَوْا عَلَيْنَا إِذَا أَرَادُوا فِتْنَةً أَبَيْنَا
Abu an-Nu’man menuturkan kepada kami. Dia berkata; Jarir yaitu Ibnu
Hazim mengabarkan kepada kami dari Abu Ishaq dari al-Barra’ bin Azib
-radhiyallahu’anhu, dia berkata; Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada saat perang Khandaq mengangkut tanah bersama kami sambil
mengatakan,
Demi Allah, kalau bukan karena Allah maka kami tidak akan mendapat petunjuk
Kami tidak berpuasa, tidak juga sholat
Maka turunkanlah ketenangan kepada kami
Kokohkan pijakan kaki tatkala musuh menyerang kami
Orang-orang musyrik sungguh telah mengkhianati kami
Jika mereka menginginkan fitnah, tentu kami enggan untuk menuruti
(HR. Bukhari dalam Kitab al-Qadar, bab Wa maa kunnaa linahtadiya aula an hadaanallah)
3. Menjunjung tinggi ilmu
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ
يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيبًا يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا
يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي
وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا
يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ
Sa’id bin Ufair menuturkan kepada kami. Dia berkata; Ibnu Wahb
menuturkan kepada kami dari Yunus dari Ibnu Syihab, dia berkata; Humaid
bin Abdurrahman mengatakan; Aku mendengar ketika Mu’awiyah berceramah
dia mengatakan; Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka akan
dipahamkan dalam hal agama. Sesungguhnya aku hanyalah orang yang
membagi-bagi sedangkan Allah lah Yang Maha pemberi. Umat ini akan
senantiasa tegak di atas ketetapan Allah, tidaklah membahayakan mereka
orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang ketetapan Allah.”
(HR. Bukhari di dalam Kitab al-’Ilm, bab Man yuridillahu bihi khairan
yufaqqihhu fid dien).
4. Tidak menyembunyikan ilmu kecuali ada maslahat yang lebih kuat
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي
مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ أَكْثَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَلَوْلَا
آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا ثُمَّ يَتْلُو {
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنْ الْبَيِّنَاتِ
وَالْهُدَى إِلَى قَوْلِهِ الرَّحِيمُ } إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنْ
الْمُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمْ الصَّفْقُ بِالْأَسْوَاقِ وَإِنَّ
إِخْوَانَنَا مِنْ الْأَنْصَارِ كَانَ يَشْغَلُهُمْ الْعَمَلُ فِي
أَمْوَالِهِمْ وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ وَيَحْضُرُ مَا لَا
يَحْضُرُونَ وَيَحْفَظُ مَا لَا يَحْفَظُونَ
Abdul Aziz bin Abdullah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Malik
menuturkan kepadaku dari Ibnu Syihab dari al-A’raj dari Abu Hurairah
-radhiyallahu’anhu- dia berkata, “Sesungguhnya orang-orang mengatakan
bahwa Abu Hurairah banyak sekali meriwayatkan hadits. Kalau bukan
karena dua buah ayat di dalam Kitabullah maka niscaya aku tidak akan
menyampaikan satu hadits pun.” Lalu beliau membaca ayat (yang artinya),
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Kami turunkan
berupa keterangan-keterangan dan petunjuk… sampai firman-Nya; Yang
Maha penyayang.” “Sesungguhnya saudara-saudara kami dari kaum
Muhajirin sibuk dengan berdagang di pasar-pasar dan saudara-saudara
kami dari kaum Anshar sibuk dengan pekerjaan mereka dalam mengurus
harta-harta mereka, sedangkan Abu Hurairah selalu menyertai Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan perut yang merasa kenyang, dia
hadir ketika mereka tidak hadir, dan dia hafal ketika mereka tidak
menghafalnya.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-’Ilm, bab Hifzhul ilmi)
5. Memperhatikan kemaslahatan kaum muslimin
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي
قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ ذُكِرَ لِي أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ مَنْ
لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ قَالَ أَلَا
أُبَشِّرُ النَّاسَ قَالَ لَا إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَتَّكِلُوا
Musaddad menuturkan kepada kami. Dia berkata; Mu’tamir menuturkan
kepada kami. Dia berkata; Aku mendengar bapakku berkata; Aku mendengar
Anas bin Malik -radhiyallahu’anhu- mengatakan; disebutkan kepadaku
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa allam berkata kepada Mu’adz bin
Jabal, “Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan apa pun maka dia pasti akan masuk ke dalam
surga.” Maka Mu’adz berkata, “Apakah tidak sebaiknya kabar gembira ini
kusebarkan kepada orang-orang?”. Maka Nabi menjawab, “Jangan, aku
khawatir nanti mereka akan menggantungkan angan-angan dan meninggalkan
amal.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-’Ilm, bab Man khassha bil ‘ilmi
qauman duna qaumin karahiyata anlaa yafhamuu).
6. Bersemangat untuk mempelajari hadits
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي
سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي
سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا
الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى
الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ
قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
Abdul Aziz bin Abdullah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Sulaiman
menuturkan kepadaku dari Amr bin Abi Amr dari Sa’id bin Abi Sa’id
al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- bahwa dia mengatakan;
suatu ketika ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling berbahagia dengan syafa’atmu pada hari kiamat kelak?”. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh aku telah
mengira wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang akan menanyakan
mengenai hadits ini seorang pun yang lebih dahulu daripada engkau,
sebab aku melihat besarnya semangatmu untuk mempelajari hadits. Orang
yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat kelak adalah
orang yang mengatakan la ilaha illallah ikhlas dari dalam hati atau
jiwanya.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-’Ilm, bab al-Hirsh ‘alal
hadits).
7. Berhati-hati dalam meriwayatkan hadits Nabi
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ قَالَ
أَخْبَرَنِي مَنْصُورٌ قَالَ سَمِعْتُ رِبْعِيَّ بْنَ حِرَاشٍ يَقُولُ
سَمِعْتُ عَلِيًّا يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا تَكْذِبُوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ
فَلْيَلِجْ النَّارَ
Ali bin al-Ja’d menuturkan kepada kami. Dia berkata; Syu’bah
mengabarkan kepada kami. Dia berkata; Manshur mengabarkan kepadaku,
dia berkata Aku mendengar Rib’i bin Hirasy mengatakan; Aku mendengar
Ali -radhiyallahu’anhu- mengatakan; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Janganlah kalian berdusta atas namaku. Barangsiapa yang
berdusta atas namaku hendaklah dia masuk ke dalam neraka.” (HR. Bukhari
dalam Kitab al-’Ilm, bab Itsmu man kadzdzaba ‘alan Nabiyyi shallallahu
‘alaihi wa sallam).
8. Berpegang teguh dengan hadits tatkala berkecamuknya fitnah
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ الْهَيْثَمِ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ الْحَسَنِ
عَنْ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ لَقَدْ نَفَعَنِي اللَّهُ بِكَلِمَةٍ أَيَّامَ
الْجَمَلِ لَمَّا بَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّ فَارِسًا مَلَّكُوا ابْنَةَ كِسْرَى قَالَ لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ
وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَةً
Utsman bin al-Haitsam menuturkan kepada kami. Dia berkata; Auf
menuturkan kepada kami dari al-Hasan dari Abu Bakrah
-radhiyallahu’anhu-, dia mengatakan; Sungguh Allah telah memberikan
manfaat kepadaku dengan suatu kalimat di saat-saat terjadinya perang
Jamal, yaitu ucapan yang terlontar ketika sampai kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berita bahwa bangsa Persia mengangkat
putri Kisra sebagai raja mereka, maka beliau bersabda, “Tidak akan
pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka di bawah
pimpinan perempuan.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Fitan, bab al-Fitnatu
alati tamuju kamaujil bahri)
9. Menerima hadits ahad dalam hal hukum maupun aqidah
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ بَيْنَا النَّاسُ
بِقُبَاءٍ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ إِذْ جَاءَهُمْ آتٍ فَقَالَ إِنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أُنْزِلَ
عَلَيْهِ اللَّيْلَةَ قُرْآنٌ وَقَدْ أُمِرَ أَنْ يَسْتَقْبِلَ
الْكَعْبَةَ فَاسْتَقْبِلُوهَا وَكَانَتْ وُجُوهُهُمْ إِلَى الشَّأْمِ
فَاسْتَدَارُوا إِلَى الْكَعْبَةِ
Isma’il menuturkan kepada kami. Dia berkata; Malik menuturkan kepadaku
dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar -radhiyallahu’anhuma-
dia berkata; Ketika orang-orang berada di Quba’ sedang melakukan
sholat Subuh tiba-tiba ada seorang lelaki yang datang dan mengatakan,
“Sesungguhnya telah turun ayat al-Qur’an kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam semalam dan beliau diperintahkan untuk sholat
menghadap ke Ka’bah, maka menghadaplah kalian ke arah sana.” Ketika itu
wajah mereka menghadap ke Syam -Baitul Maqdis- maka kemudian mereka
pun berputar menuju arah Ka’bah (HR. Bukhari dalam Kitab Akhbar
al-Ahad, bab Maa jaa’a fi ijaazati khabaril wahid)
10. Memprioritaskan dakwah tauhid
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَإِسْحَقُ
بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ وَكِيعٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ عَنْ زَكَرِيَّاءَ بْنِ إِسْحَقَ قَالَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رُبَّمَا قَالَ وَكِيعٌ
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ مُعَاذًا قَالَ بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ
فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي
كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ
أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ
أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا
لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ
الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
Abu Bakr bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, dan Ishaq bin Ibrahim menuturkan
kepada kami, semuanya dari Waki’. Abu Bakar mengatakan; Waki’
menuturkan kepada kami dari Zakariya bin Ishaq, dia berkata Yahya bin
Abdullah bin Shaifi menuturkan kepadaku dari Abu Ma’bad dari Ibnu
‘Abbas dari Mu’adz bin Jabal. Abu Bakar -perawi hadits- terkadang
mengatakan; Waki’ mengatakan dari Ibnu Abbas bahwa Mu’adz berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusku, beliau bersabda,
“Sesungguhnya kamu akan menemui suatu kaum dari kalangan ahli kitab,
maka ajaklah mereka kepada syahadat la ilaha illallah dan untuk
mempersaksikan bahwa aku adalah utusan Allah. Kemudian apabila mereka
telah mematuhinya maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan
kepada mereka lima kali sholat wajib dalam setiap sehari semalam.
Kemudian apabila mereka pun sudah mematuhinya maka ajarkanlah kepada
mereka bahwa Allah juga mewajibkan kepada mereka sedekah/zakat yang
diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk dibagikan kepada
orang-orang miskin di antara mereka. Kemudian apabila mereka
mematuhinya, maka hati-hatilah kamu agar tidak mengambil harta-harta
mereka yang paling berharga, dan jagalah dirimu dari doanya orang yang
terzalimi, karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara dirinya
dengan Allah.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman).
11. Menjauhi syirik dan kezaliman
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ إِدْرِيسَ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ
إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ {
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ } شَقَّ
ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَقَالُوا أَيُّنَا لَا يَظْلِمُ نَفْسَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ هُوَ كَمَا تَظُنُّونَ إِنَّمَا
هُوَ كَمَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ { يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ
بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }
Abu Bakar bin Abi Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata;
Abdullah bin Idris, Abu Mu’awiyah dan Waki’ menuturkan kepada kami dari
al-A’masy dari Ibrahim dari Alqomah dari Abdullah, dia berkata;
Ketika turun ayat (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman.” Maka hal itu terasa
berat bagi para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
mereka mengadu, “Siapakah di antara kami ini yang tidak menzalimi
dirinya sendiri?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Maksudnya bukanlah seperti yang kalian kira. Sesungguhnya
yang dimaksud oleh ayat itu adalah sebagaimana yang dikatakan oleh
Luqman kepada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik
kepada Allah, sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat
besar.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)
12. Meyakini kafirnya Yahudi dan Nasrani
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :
حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ
قَالَ وَأَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ أَبَا يُونُسَ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي
أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ
يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ
أَصْحَابِ النَّارِ
Yunus bin Abdul A’la menuturkan kepadaku. Dia berkata; Ibnu Wahb
mengabarkan kepada kami. Dia berkata; Amr mengabarkan kepadaku bahwa
Abu Yunus menuturkan kepadanya dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah ada
seorang pun yang mendengar kenabianku dari umat ini baik dari kalangan
Yahudi ataupun Nasrani kemudian dia mati dalam keadaan belum beriman
dengan ajaran yang kubawa kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.”
(HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)
13. Tidak mengikuti kesesatan ala Yahudi dan Nasrani
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ
الصَّنْعَانِيُّ مِنْ الْيَمَنِ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ
بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا
جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ
وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Muhammad bin Abdul Aziz menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abu Umar
as-Shon’ani dari Yaman menuturkan kepada kami dari Zaid bin Aslam dari
Atho’ bin Yasar dari Abu Sa’id al-Khudri -radhiyallahu’anhu- dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sungguh kalian juga
akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang pernah dilakukan oleh
orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta. Sampai-sampai kalau mereka masuk ke dalam lubang Dhobb
-sejenis biawak- niscaya ada pula di antara kalian yang akan mengikuti
mereka.” Kami berkata, “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi
dan Nasrani?”. Beliau menjawab, “Kalau bukan, siapa lagi?”. (HR.
Bukhari dalam Kitab al-I’tishom bil Kitab wa Sunnah, bab qaulin Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam latatba’unna sanana man kaana qoblakum)
14. Lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada selain keduanya
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ
أَبِي عُمَرَ وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ جَمِيعًا عَنْ الثَّقَفِيِّ قَالَ
ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ
أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ
الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا
سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ
يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ
مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Yahya bin Abi Umar, dan Muhammad bin
Basyar mereka semua menuturkan kepada kami dari ats-Tsaqafi. Dia
berkata; Ibnu Abi Umar mengatakan; Abdul Wahhab menuturkan kepada kami
dari Ayub dari Abu Qilabah dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda, “Ada tiga perkara, barangsiapa yang memiliki
ketiganya maka dia akan merasakan manisnya iman. Orang yang lebih
mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada selain keduanya. Dan dia tidak
mencintai orang lain melainkan ikhlas karena Allah semata. Dan dia juga
membenci kembali kepada kekafiran setelah Allah selamatkan dia
darinya sebagaimana orang yang merasa benci apabila hendak dilemparkan
ke dalam kobaran api.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)
15. Mencintai para sahabat Nabi
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ جَبْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آيَةُ الْمُنَافِقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ
وَآيَةُ الْمُؤْمِنِ حُبُّ الْأَنْصَارِ
Muhammad bin al-Mutsanna menuturkan kepada kami. Dia berkata;
Abdurrahman bin Mahdi menuturkan kepada kami dari Syu’bah dari Abdullah
bin Abdullah bin Jabr, dia berkata; Aku mendengar Anas
-radhiyallahu’anhu- berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tanda orang munafik adalah membenci kaum Anshar, dan tanda
orang beriman adalah mencintai kaum Anshar.” (HR. Muslim dalam Kitab
al-Iman)
16. Teguh di atas Sunnah meskipun harus menyelisihi orang banyak
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ جَمِيعًا عَنْ
مَرْوَانَ الْفَزَارِيِّ قَالَ ابْنُ عَبَّادٍ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ عَنْ
يَزِيدَ يَعْنِي ابْنَ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ
غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Muhammad bin ‘Abbad dan Ibnu Abi Umar menuturkan kepada kami, semuanya
dari Marwan al-Fazari, Ibnu Abbad mengatakan; Marwan menuturkan kepada
kami, dari Yazid yaitu Ibnu Kaisan dari Abu Hazim dari Abu Hurairah
-radhiyallahu’anhu- dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Islam itu datang dalam keadaan asing dan ia akan
kembali menjadi asing sebagaimana datangnya, maka beruntunglah
orang-orang yang asing itu.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)
17. Memurnikan niat dalam beramal agar selalu ikhlas karena Allah
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ
عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ
عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ
فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى
مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Abdullah bin Maslamah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Malik
mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Ibrahim
dari Alqomah bin Waqqash dari Umar -radhiyallahu’anhu- bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seluruh amal
tergantung pada niatnya dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan
niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menaati Allah dan Rasul-Nya
maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang
hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau perempuan yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya hanya akan memperoleh apa yang dia
niatkan.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab Maa jaa’a innal a’mal
bin niyah wal hisbah wa likullimri’in maa nawa)
18. Tidak mengungkit-ungkit pemberian
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ
الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ مُدْرِكٍ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ
عَنْ خَرَشَةَ بْنِ الْحُرِّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ
وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مِرَارًا قَالَ أَبُو ذَرٍّ خَابُوا
وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْمُسْبِلُ
وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
Abu Bakr bin Abi Syaibah, Muhammad bin al-Mutsanna, dan Ibnu Basyar
menuturkan kepada kami. Mereka berkata; Muhammad bin Ja’far menuturkan
kepada kami dari Syu’bah dari Ali bin Mudik dari Abu Zur’ah dari
Kharasyah bin al-Hurr dari Abu Dzar -radhiyallahu’anhu- dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada tiga kelompok
manusia yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak
akan diperhatikan dan tidak akan disucikan, serta mereka berhak
menerima siksa yang sangat pedih.” Abu Dzar berkata; Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan perkataan itu sebanyak tiga
kali. Lalu Abu Dzar mengatakan, “Sungguh rugi dan binasa mereka itu,
siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”. Maka beliau menjawab, “Orang
yang menjulurkan pakaiannya/musbil, orang yang suka mengungkit-ungkit
pemberian, dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah
palsu.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman).
19. Khawatir amalnya tidak diterima
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
قَالَ إِبْرَاهِيمُ التَّيْمِيُّ مَا عَرَضْتُ قَوْلِي عَلَى عَمَلِي
إِلَّا خَشِيتُ أَنْ أَكُونَ مُكَذِّبًا وَقَالَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ
أَدْرَكْتُ ثَلَاثِينَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كُلُّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفْسِهِ مَا مِنْهُمْ
أَحَدٌ يَقُولُ إِنَّهُ عَلَى إِيمَانِ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَيُذْكَرُ
عَنْ الْحَسَنِ مَا خَافَهُ إِلَّا مُؤْمِنٌ وَلَا أَمِنَهُ إِلَّا
مُنَافِقٌ
Ibrahim at-Taimi mengatakan, “Tidaklah aku membandingkan antara
ucapanku dengan amal yang telah aku lakukan melainkan aku merasa
khawatir apabila ternyata aku adalah seorang yang mendustakan -amalnya
menyelisihi ucapannya-.” Ibnu Abi Mulaikah mengatakan, “Aku telah
bertemu dengan tiga puluh orang Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sedangkan mereka semua merasa takut dirinya tertimpa
kemunafikan, tidak ada seorang pun di antara mereka yang mengatakan
bahwa dia memiliki iman sebagaimana yang dimiliki oleh Jibril dan
Mika’il.” Dan diriwayatkan pula dari al-Hasan bahwa beliau mengatakan,
“Tidaklah merasa takut akan hal itu kecuali seorang mukmin, dan
tidaklah merasa aman dari tertimpa hal itu kecuali orang munafik.”
(HR. Bukhari secara mu’allaq di dalam Kitab al-Iman, bab Khauful
mu’min anyahbitha ‘amaluhu wahuwa laa yasy’ur)
20. Tidak meremehkan dosa dan pelanggaran
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ عَنْ غَيْلَانَ عَنْ
أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالًا
هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنْ الشَّعَرِ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهَا
عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ
الْمُوبِقَاتِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ يَعْنِي بِذَلِكَ الْمُهْلِكَاتِ
Abul Walid menuturkan kepada kami. Dia berkata; Mahdi menuturkan kepada
kami dari Ghailan dari Anas radhiyallahu’anhu, dia mengatakan,
“Sesungguhnya kalian akan melakukan perbuatan-perbuatan yang di dalam
pandangan kalian hal itu lebih ringan daripada rambut namun dalam
pandangan kami dulu di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hal itu
termasuk perkara yang mencelakakan.” Abu Abdillah -yaitu Imam Bukhari-
mengatakan, “Yang dimaksud perkara yang mencelakakan adalah yang
membinasakan.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, bab Maa yuttaqa min
muhaqqiratidz dzunub)
21. Berusaha melakukan yang terbaik tapi tidak berlebih-lebihan
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ مُطَهَّرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عُمَرُ
بْنُ عَلِيٍّ عَنْ مَعْنِ بْنِ مُحَمَّدٍ الْغِفَارِيِّ عَنْ سَعِيدِ
بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدِّينَ
يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا
وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ
وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ
Abdussalam bin Muthahhir menuturkan kepada kami. Dia berkata; Umar bin
Ali menuturkan kepada kami dari Ma’n bin Muhammad al-Ghifari dari
Sa’id bin Abu Sa’id al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Sesungguhnya ajaran agama ini mudah. Tidaklah ada seorang pun yang
berlebih-lebihan -mempersulit diri- dalam melakukan ajaran agama ini
kecuali dia pasti kalah. Beramallah sesempurna mungkin, -kalau tidak
sanggup maka- upayakan agar mendekati ideal. Berikan kabar gembira,
dan mintalah pertolongan -kepada Allah- dengan berangkat -untuk
beramal- di awal dan di akhir siang, dan manfaatkanlah sedikit waktu
di akhir malam.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab ad-Diin yusrun)
22. Kontinyu dalam beramal
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ مَالِكٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ أَحَبُّ الْعَمَلِ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَدُومُ
عَلَيْهِ صَاحِبُهُ
Qutaibah menuturkan kepada kami dari Malik dari Hisyam bin Urwah dari
bapaknya dari Aisyah -radhiyallahu’anha- dia berkata, “Amal -kebaikan-
yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah yang dilakukan secara terus menerus oleh pelakunya.” (HR.
Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, bab al-Qashdu wal mudawamah’alal ‘amal)
23. Memiliki pandangan jauh ke depan
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ
عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حُجِبَتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
وَحُجِبَتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
Isma’il menuturkan kepada kami. Dia berkata; Malik menuturkan kepadaku
dari Abu Zinad dari al-A’raj dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Neraka itu
diliputi dengan hal-hal yang menyenangkan, sedangkan surga itu
diliputi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.” (HR. Bukhari dalam
Kitab ar-Riqaq, bab Hujibatin naar bisy syahawat)
24. Bersemangat dalam meraih keutamaan
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَا
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ
سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ
فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ
الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ
Ahmad bin Yunus dan Musa bin Isma’il menuturkan kepada kami. Mereka
berdua berkata; Ibrahim bin Sa’d menuturkan kepada kami. Dia berkata;
Ibnu Syihab menuturkan kepada kami dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abu
Hurairah -radhiyallahu’anhu- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya mengenai amal apakah yang lebih utama, maka beliau
menjawab, “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Lalu ditanyakan lagi,
“Kemudian apa?”. Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” Lalu
ditanyakan, “Kemudian apa?”. Maka beliau menjawab, “Haji mabrur.” (HR.
Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab Man qola innal iman huwal ‘amal)
25. Bertawakal kepada Allah
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ حُصَيْنَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ كُنْتُ
قَاعِدًا عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ هُمْ
الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ
Ishaq menuturkan kepadaku. Dia berkata; Rauh bin Ubadah menuturkan
kepada kami. Dia berkata; Syu’bah menuturkan kepada kami. Dia berkata;
Aku mendengar Hushain bin Abdurrahman mengatakan; Dahulu saya duduk di
sisi Sa’id bin Jubair, maka dia mengatakan dari Ibnu Abbas
-radhiyallahu’anhuma- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Akan masuk ke dalam surga di antara umatku tujuh puluh ribu
orang tanpa hisab, mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta
diruqyah, tidak beranggapan sial (tathayyur), dan mereka hanya
bertawakal kepada Rabb mereka.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, bab W
aman yatawakkal ‘alallah fahuwa hasbuh)
26. Tidak rela menjual agama demi mendapatkan kesenangan dunia
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا
عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا
إِسْمَعِيلُ قَالَ أَخْبَرَنِي الْعَلَاءُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
Yahya bin Ayub, Qutaibah, dan Ibnu Hujr menuturkan kepadaku, semuanya
dari Isma’il bin Ja’far, Yahya bin Ayyub berkata; Isma’il menuturkan
kepada kami. Dia berkata; al-’Alla’ mengabarkan kepadaku dari bapaknya
dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah dalam melakukan amalan
sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap
gulita; ketika itu seorang di waktu pagi masih beriman namun di sore
harinya menjadi kafir, atau di waktu sore dia masih beriman kemudian
di pagi harinya dia menjadi kafir. Dia rela menjual agamanya demi
mendapatkan sekeping kesenangan dunia.” (HR. Muslim dalam Kitab
al-Iman).
27. Tetap taat kepada penguasa muslim selama tidak untuk bermaksiat
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ عُبَيْدِ
اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ
وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ
فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ
Qutaibah bin Sa’id menuturkan kepada kami. Dia berkata; Laits
menuturkan kepada kami dari Ubaidillah dari Nafi’ dari Ibnu Umar
-radhiyallahu’anhuma- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda, “Wajib bagi setiap muslim untuk mendengar dan patuh -kepada
penguasa- dalam perkara yang dia senangi atau yang dibencinya, kecuali
apabila dia diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila dia diperintahkan
untuk bermaksiat maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.”
(HR. Muslim dalam Kitab al-Imarah)
28. Tidak berambisi kepada jabatan
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ قَالَ
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ
الرَّحْمَنِ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا
عَنْ مَسْأَلَةٍ أُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ
مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا
Syaiban bin Farrukh menuturkan kepada kami. Dia berkata; Jari bin Hazim
menuturkan kepada kami. Dia berkata; al-Hasan menuturkan kepada kami.
Dia berkata; Abdurrahman bin Samurah -radhiyallahu’anhu- menuturkan
kepada kami, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan kepadaku, “Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta jabatan
kepemimpinan. Sesungguhnya apabila kamu diberikan jabatan itu karena
memintanya maka kamu tidak akan dibantu menunaikannya, namun apabila
kamu diberikan hal itu tanpa sengaja memintanya maka kamu akan dibantu
menunaikannya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Imarah).
29. Menjauhi dosa-dosa besar
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ وَقَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ
عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ
لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قَالَ قُلْتُ لَهُ إِنَّ ذَلِكَ
لَعَظِيمٌ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ
مَخَافَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ
أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ
Utsman bin Abi Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim menuturkan kepada kami,
Ishaq berkata; Jarir mengabarkan kepada kami, sedangkan Utsman
mengatakan; Jari menuturkan kepada kami dari Manshur dari Abu Wa’il
dari Amr bin Syurahbil dari Abdullah, dia berkata, “Aku bertanya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dosa apakah yang
paling besar di sisi Allah?”. Maka beliau menjawab, “Yaitu apabila
kamu menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dia lah yang menciptakanmu.”
Abdullah mengatakan, “Aku berkata kepada beliau, ‘Sesungguhnya itu
adalah dosa yang sangat besar.’.” Abdullah berkata, “Aku berkata;
kemudian apa?”. Maka beliau menjawab, “Yaitu apabila kamu membunuh
anakmu karena takut dia ikut makan bersamamu.” Abdullah berkata, “Lalu
apa lagi?”. Maka beliau menjawab, “Yaitu apabila kamu berzina dengan
isteri tetanggamu.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)
30. Senang apabila saudaranya mendapatkan kebaikan, tidak dengki kepadanya
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ
قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ
حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ
لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Musaddad menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yahya menuturkan kepada
kami dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas radhiyallahu’anhu dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan pula dari Husain
al-Mu’allim, dia berkata; Qatadah menuturkan kepada kami dari Anas dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak sempurna
keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai bagi
saudaranya -kebaikan- yang dicintainya untuk dirinya sendiri.” (HR.
Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab Minal iman anyuhibba liakhihi maa
yuhibbu linafsihi)
31. Menghargai orang lain dan tunduk kepada kebenaran
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ
وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ دِينَارٍ جَمِيعًا عَنْ يَحْيَى بْنِ حَمَّادٍ قَالَ
ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ
عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ الْفُقَيْمِيِّ عَنْ
إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ
كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ
حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ
الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Muhammad bin al-Mutsanna, Muhammad bin Basyar, dan Ibrahim bin Dinar
menuturkan kepada kami, semuanya dari Yahya bin Hammad, Ibn al-Mutsanna
mengatakan; Yahya bin Hammad menuturkan kepadaku. Dia berkata;
Syu’bah mengabarkan kepada kami dari Aban bin Taghlib dari Fudhail
al-Fuqaimi dari Ibrahim an-Nakha’i dari Alqomah dari Abdullah bin
Mas’ud -radhiyallahu’anhu- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya
terdapat kesombongan walaupun hanya sekecil anak semut.” Maka ada
seorang yang berkata, “Sesungguhnya seseorang menyukai apabila dia
mempunyai pakaian yang bagus dan sandal yang bagus, lalu bagaimana?”.
Maka beliau mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu Maha indah dan
menyukai keindahan, hakikat sombong itu adalah menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman).
32. Berkata-kata baik atau diam
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Abdul Aziz bin Abdullah menuturkan kepadaku. Dia berkata; Ibrahim bin
Sa’d menuturkan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka ucapkanlah yang baik atau diam. Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia menyakiti
tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
muliakanlah tamunya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, bab Hifzhul
lisan)
33. Tidak menyakiti saudaranya tanpa hak
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْقُرَشِيُّ قَالَ
حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو بُرْدَةَ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ
أَفْضَلُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Sa’id bin Yahya bin Sa’id al-Qurasyi menuturkan kepada kami. Dia
berkata; Ayahku menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abu Burdah bin
Abdullah bin Abu Burdah menuturkan dari Abu Burdah dari Abu Musa
radhiyallahu’anhu, dia berkata; Mereka -para sahabat- berkata, “Wahai
Rasulullah, Islam yang manakah yang lebih utama?”. Maka beliau
menjawab, “Yaitu keislaman orang yang dapat membuat orang Islam
lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dalam
Kitab al-Iman, bab Ayyul Islam afdhal)
34. Tidak mengadu domba saudaranya
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :
و حَدَّثَنِي شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ
بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ وَهُوَ ابْنُ
مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا وَاصِلٌ الْأَحْدَبُ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ
حُذَيْفَةَ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَجُلًا يَنُمُّ الْحَدِيثَ فَقَالَ
حُذَيْفَةُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
Syaiban bin Farrukh dan Abdullah bin Asma’ ad-Dhuba’i menuturkan
kepadaku, mereka berdua berkata Mahdi yaitu Ibnu Maimun menuturkan
kepada kami. Dia berkata; Washil al-Ahdab menuturkan kepada kami dari
Abu Wa’il dari Hudzaifah bahwa telah sampai kepadanya ada seorang
lelaki yang suka mengadu domba ucapan, maka Hudzaifah
-radhiyallahu’anhu- pun mengatakan; Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang
yang suka mengadu domba.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)
35. Tidak mengganggu tetangga
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ
بْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ ابْنُ
أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ قَالَ أَخْبَرَنِي الْعَلَاءُ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ
جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Yahya bin Ayub, Qutaibah bin Sa’id, dan Ali bin Hujr mereka semua
menuturkan kepada kami dari Isma’il bin Ja’far, Ibnu Ayyub berkata;
Isma’il menuturkan kepada kami. Dia berkata; al-’Alla’ mengabarkan
kepada saya dari bapaknya dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk
surga orang yang tetangganya tidak bisa merasa aman dari
gangguan-gangguannya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)
36. Menjauhi perkara syubhat
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ عَامِرٍ قَالَ
سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْحَلَالُ بَيِّنٌ
وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لَا يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ
مِنْ النَّاسِ فَمَنْ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ
وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ
الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى
أَلَا إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَإِنَّ فِي
الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Abu Nu’aim menuturkan kepada kami. Dia berkata; Zakariya menuturkan
kepada kami dari Amir, dia berkata; Aku mendengar an-Nu’man bin Basyir
-radhiyallahu’anhuma- mengatakan; Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Perkara yang halal itu jelas dan perkara
yang haram itu jelas, sedangkan di antara keduanya terdapat
perkara-perkara yang samar dan banyak orang yang tidak mengetahui
hukumnya. Barangsiapa yang menjaga diri dari perkara-perkara yang samar
tersebut maka dia telah menjaga kebersihan agama dan harga dirinya.
Dan barangsiapa yang terjerumus dalam perkara-perkara yang samar
tersebut maka ia sebagaimana halnya seorang penggembala yang
menggembala di sekitar daerah larangan hampir-hampir saja dia
menerjangnya. Ketahuilah, sesungguhnya setiap raja pasti memiliki
daerah larangan. Ketahuilah, sesungguhnya daerah larangan Allah adalah
perkara-perkara yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya di
dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia sehat maka sehatlah
seluruh tubuh. Dan apabila ia sakit maka sakitlah seluruh tubuh,
ketahuilah sesungguhnya segumpal daging itu adalah jantung.” (HR.
Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab Fadhlu man istabra’a li diinih)
_______________
Sumber: http://abumushlih.com/keindahan-manhaj-salafus-shalih.html/
0 komentar:
Posting Komentar