MUQADDIMAH
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarkatuh
Bismillah
Alhamdulillah. Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau, sahabat beliau dan
orang yang mengikuti beliau dengan baik sampai akhir zaman.
Amma ba'du :
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman :
شهر رمضان الذى انزل فيه القرآن
"Bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan (pemulaan) al-Quran." [Q.S Al-Baqarah : 185]
Risalah ini ditulis dengan merangkum dan mengumpulkan dari kitab para
ulama tentang permasalahan-permasalahan seputar turun nya al-Quran.
Dimana mengingat saat ini adalah bulan Ramadhan, sehingga moment seperti
ini sangatlah tepat bagi kita mempelajari dan mengetahui seputar
al-Quran, terutama tentang Nuzul al-Quran.
Risalah ini dibagi menjadi dua bagian :
1. Tentang Nuzul al-Quran
2. Tentang Lailatul Qadar
Semoga risalah yang kecil ini bermanfaat bagi kami, bagi pembaca, bagi
kaum muslimin seluruhnya. Apa yang baik dan benar itu datangnya dari
Allah Subhanahu wa ta'ala, dan apa yang buruk dan salah itu datang dari
kami sendiri yang miskin ilmu dan dari syaitan. Kepada Allah-lah kami
memohon ampunan, dan bertaubat. Dan kepada-Nyalah kami berlindung dari
keburukan diri kami dan amal perbuatan kami.
Tidak ada satu
kitab pun yang terjaga dari kesalahan kecuali al-Quran. Setiap perkataan
bisa diambil dan bisa ditinggalkan, kecuali perkataan Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa sallam yang wajib kita ambil seluruhnya. Maka dari
itu lihatlah risalah ini, jika ada manfaat didalamnya, ambillah. Jika
ada kesalahan didalam nya, perbaikilah. Jika ada kekurangan didalamnya,
maka tambahlah.
Akhir kata, semoga Allah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada kita, amalan yang diterima, dan rezeki yang halal.
Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau dan sahabat beliau.
aamiin.
Ditulis dan Disusun oleh :
Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Roni al-Mirluny
Selesai ditulis : Desa Merlung (Jambi),
Rabu : 26 Ramadhan 1433 H / 15 Agustus 2012 M
-----ooOoo-----
NUZUL AL-QURAN (PENURUNAN AL-QURAN)
Sebelum kita membahas tentang Turun nya al-Quran (Nuzul Quran), maka ada baiknya kita mengetahui definisi al-Quran :
Definisi (Pengertian) Al-Quran
a. Menurut Bahasa
al-Quran adalah bentuk masdar sinonim (muradif) dengan kata Al-Qira'ah yang berarti "Bacaan".
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
إن علينا جمعه وقرآنه فإذاقرأناه فتبع قرآنه
"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkan nya (didadamu) dan
(membuatmu pandai) membaca nya. Apabila Kami selesai membacanya maka
ikutilah bacaan nya itu." [al-Quran surat Al-Qiyamah : 17-18]
b. Menurut Istilah
al-Quran adalah Kalam (Perkataan) Allah Subhanahu wa ta'ala yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam (melalui
perantara malaikat Jibril Alaihissalam), yang ditulis dalam mushaf dan
dinukilkan (disampaikan) kepada kita dengan cara mutawatir, membacanya
merupakan ibadah dan menentang kepada manusia agar membuat surat
terpendek darinya.
Dengan demikian, ungkapan "yang diturunkan
(diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam" ini
menunjukkan bahwa kitab - kitab samawi lain nya tidak dinamakan
al-Quran.
Ungkapan "yang ditulis dalam mushaf" dan
"membacanya merupakan ibadah" ini menunjukkan tidak termasuk padanya
hadits Qudsi dan hadits Nabawi.
Ungkapan "disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir" ini menunjukkan bahwa bacaan yang ganjil tidak termasuk.
Dari penjelasan penulis diatas dapat kita faidah dari definsi ini :
1. Al-Quran adalah Kalam Allah Subhanahu wa ta'ala, bukan makhluk.
2. Mengumpulkan al-Quran didalam satu mushaf adalah disyariatkan, bukan perkara baru didalam agama (bid'ah).
3. Membaca al-Quran adalah termasuk ibadah, pahala nya di hitung perhuruf, berbeda dengan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi.
1. Dimana al-Quran itu berada sebelum diturunkan?
Al-Quran sebelum diturunkan berada di kitab Lauh Al-Mahfuzh,
sebagaimana yang diberitakan Allah Subhanahu wa ta'ala dibeberapa ayat
didalam al-Quran, seperti di firman-Nya :
بل هو قرءان مّجيد . فى لوح مّحفوظ
"Bahkan yang didustakan mereka itu adalah al-Quran yang mulia, yang
(tersimpan) dalam Lauh Al-Mahfuzh." [al-Quran surat Al-Buruj ayat 21-22]
Adapun cara dan bagaimana adanya al-Quran di Lauh al-Mahfuzh, itu
hanyalah Allah Subhanahu wa ta'ala yang mengetahuinya. Kita tidak berhak
menanyakan tentang caranya dan awal keberadaan nya. Kita hanyalah wajib
mempercayai, mengimani dan membenarkan nya, dimana hal ini termasuk
kepada iman terhadap perkara yang ghaib, yang tidak dipercayai kecuali
oleh orang-orang yang bertakwa.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
الم . ذ لك الكتب لا ريب فيه هدى لّلمتقين , الّذين يؤ منون بالغب
"Alif Lam Mim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib..." [al-Quran surat Al-Baqarah ayat 1-3]
---oOo---
2. Siapa yang Menurunkan al-Quran? Siapa yang Membawa al-Quran turun? Dan Kepada Siapa al-Quran Diturunkan?
Yang menurunkan al-Quran adalah Rabb Semesta Alam yakni Allah Subhanahu
wa ta’ala. Sedangkan yang membawa al-Quran turun adalah Ar-Ruh Al-Amin
yakni Malaikat Jibril Alaihissalam. Dan yang menerima al-Quran adalah
Rasulullah yakni Muhammad bin Abdullah Shallallahu’alaihi wa sallam
dengan bahasa Arab yang jelas.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman menjelaskan masalah ini, Firman-Nya:
وأنّه لتنـزيل ربّ العلمين . نزل به الرّوح الأمين . على قلبك لتكون من المنذرين , بلسان عربىّ مّبين
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), dia dibawa
turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang ember peringatan,
dengan bahasa Arab yang jelas.” [al-Quran surat asy-Syu’ara ayat
192-195]
---oOo---
3. Cara Allah Subhanahu wa ta’ala Menyampaikan Risalah-Nya.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
وما كان لبشر أن يكلّمه الله إلاّ وحيا أو من ورآى حجاب أو يرسل رسولا فيوحى بإذنه مايشاء , إنّه علىّ حكيم
“Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara
kepadanya kecuali dengan perantara wahyu atau dari belakang tabir
(hijab) atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya
dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi
lagi Maha Bijaksana.” [al-Quran surat asy-Syuuraa ayat 51]
Dalam ayat diatas, Allah Subhanahu wa ta’ala menerangkan bahwa Dia
berbicara kepada manusia dengan tiga perantara (cara) yaitu :
• Dengan cara Wahyu.
• Berbicara langsung dari balik tabir (hijab).
• Mengirim seorang utusan (malaikat) lalu ia mewahyukan apa yang dikehendaki-Nya dengan izin-Nya.
---oOo---
4. Tahap – Tahapan Penurunan al-Quran
Orang yang menelaah ayat - ayat al-Quran akan menyimpulkan bahwa
penurunan al-Quran itu terbagi kepada dua tahap (dua fase) yakni
Penurunan al-Quran secara keseluruhan dan Penurunan al-Quran secara
bertahap, berikut penjelasan nya.
Pertama : Penurunan al-Quran
secara keseluruhan yakni penurunan al-Quran sekaligus dari Lauh
al-Mahfuzh ke Bait Al-Izzah di langit dunia. Penurunan ini terjadi pada
malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
بل هو قرءان مّجيد . فى لوح مّحفوظ
"Bahkan yang didustakan mereka itu adalah al-Quran yang mulia, yang
(tersimpan) dalam Lauh Al-Mahfuzh." [al-Quran Surat Al-Buruj ayat 21-22]
Kedua ayat ini (21 dan 22) menunjukkan bahwa al-Quran itu berada di Lauh Al-Mahfuzh.
Tentang terjadinya penurunan dibulan ramadhan dan pada -malam Lailatul Qadar-.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
شهر رمضان الّذى أنزل فيه القرءان هدى للنّاس وبينت مّن الهدى والفرقان
"Bulan Ramadhan yang diturunkan didalam nya al-Quran sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta
pembeda (antara yang hak dan yang bathil)." [al-Quran Surat Al-Baqarah
ayat 185]
Juga firman Nya :
إنّا أنزلنه في ليلة القدر
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Quran) pada malam Qadar (kemuliaan)." [al-Quran Surat Al-Qadar ayat 1]
Juga firman Nya :
إنّا أنزلنه في ليلة مّبركة
"Sesungguhnya Kami menurunkan nya (al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi (malam qadar)." [al-Quran Surat Ad-Dukhan ayat 3]
Ketiga ayat ini (Al-Baqarah ayat 185, Al-Qadar ayat 1 dan Ad-Dakhan
ayat 3) secara keseluruhan menunjukkan bahwa al-Quran diturunkan secara
sekaligus dibulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar sebagai
malam yang diberkahi. Pendapat ini adalah pendapat yang paling benar dan
paling terkenal, dia adalah pendapat yang kuat.
Berikut atsar - atsar dari Ibnu Abbas yang menjelaskan hal ini.
1. Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu berkata : "Al-Quran diturunkan pada
malam Lailatul Qadar secara sekaligus (semuanya) ke langit dunia, tempat
turun nya bagian-bagian al-Quran. Kemudian Allah menurunkan nya (dari
langit dunia itu) kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam
sebagian demi sebagian." [Diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dan Al-Baihaqi
dan yang lain nya]
2. Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu berkata :
"Al-Quran diterangkan sebagai dzikir, lalu diletakkan pada Bait Al-Izza
di langit dunia. Kemudian Jibril Alaihissalam menurunkan nya kepada Nabi
Shallallahu'alaihi wa sallam (bagian demi bagian)." [Diriwayatkan oleh
Imam al-Hakim dan Imam Ibnu Abi Syaibah]
3. Ibnu Abbas
Radhiyallahu'anhu berkata : "Al-Quran diturunkan pada malam lailatul
qadar dibulan ramadhan ke langit dunia secara sekaligus. Kemudian
(setelah itu) diturunkan secara berangsur-angsur (kepada Nabi
Shallallahu'alaihi wa sallam)." [Diriwayatkan oleh Imam Thabrani]
4. Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu berkata : "Al-Quran diturunkan secara
sekaligus sampai diletakkan pada Bait al-Izzah dilangit dunia. Kemudian
Jibril Alaihissalam menurunkan nya kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa
sallam sebagai jawaban (pedoman/petunjuk) pertanyaan manusia dan
perbuatan nya." [Diriwayatkan oleh Imam Thabrani]
5. Ibnu Abbas
Radhiyallahu'anhu berkata : "Allah menurunkan al-Quran dalam satu malam
-yakni pada Lailatul Qadar- ke langit dunia, kemudian setelah itu
diturunkan dalam waktu (kurang lebih 23 tahun).
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
وقال الّذين كفروالولا نزّل عليه القرءان جملة وحدة كذلك لنثـبّت به فؤادك ورتّلنه ترتيلا
"Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?" demikianlah supaya Kami perkuat
hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil. [al-Quran Surat
Al-Furqan ayat 32]
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
وقرءانا فرقنه لتقرأه , على النّاس على مكث ونزّ لنه تنزيلا
"Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membaca nya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkan nya
bagian demi bagian." [al-Quran Surat Al-Isra ayat 106]
Semua
riwayat Ibnu Abbas diatas adalah SHAHIH, sebagaimana yang disebutkan
oleh Imam As-Suyuthi rahimahullah, namun mauquf (hanya disandarkan
kepada Ibnu Abbas). Walaupun demikian, kesemuanya memiliki derajat yang
marfu (sampai kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam) dan boleh
dijadikan hujjah.
Kedua : Penurunan Al-Quran secara berangsur -
angsur kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam dalam jangka waktu
kurang lebih 23 tahun, selama diutusnya Beliau Shallallahu'alaihi wa
sallam.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
وقال الّذين كفروالولا نزّل عليه القرءان جملة وحدة كذلك لنثـبّت به فؤادك ورتّلنه ترتيلا
"Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?" demikianlah supaya Kami perkuat
hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil. [al-Quran Surat
Al-Furqan ayat 32]
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
وقرءانا فرقنه لتقرأه , على النّاس على مكث ونزّ لنه تنزيلا
"Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membaca nya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkan nya
bagian demi bagian." [al-Quran Surat Al-Isra ayat 106]
Kedua ayat
tersebut menunjukkan secara jelas, bahwa al-Quran tidak diturunkan
kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam secara sekaligus, akan tetapi
diturunkan kepada beliau secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa
dan kejadian yang terjadi.
---oOo---
5. Cara Penurunan al-Quran dari Bait Al-Izzah kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam.
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam dengan dua cara, yakni secara Ibtida'i dan Sababi.
Pertama : Turun Secara Ibtida'i yaitu ayat al-Quran yang turun tanpa
didahului oleh suatu sebab yang melatarbelakanginya. Dan mayoritas ayat -
ayat al-Quran turun secara ibtida'i ini.
Diantara ayat yang turun secara ibtida’i ini. Firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
ومنهم مّن عهد الله لئن ءاتنا من فضله لنصدّقنّ ولنكو ننّ من الصّليحين
"Dan diantara mereka ada yang menjanjikan kepada Allah “ Sesungguhnya
jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, sungguh kami
akan bershadaqah dan sungguh kami akan menjadi orang-orang yang termasuk
dalam orang-orang yang shaleh." [al-Quran Surat At-Taubah ayat 75]
Sesungguhnya ayat ini mula-mula turun untuk menjelaskan keadaan sebagian
orang-orang munafik. Adapun mengenai berita yang masyhur (terkenal)
bahwa ayat ini (al-Quran surat Al-Furqan ayat 75) turun berkenaan dengan
Tsa'labah bin Hathib dalam suatu kisah yang panjang yang disebutkan
oleh Mayoritas ahli tafsir dan dikuatkan oleh mayoritas da'i, merupakan
riwayat yang LEMAH yang tidak dapat dibenarkan.
Kedua : Turun
Secara Sababi yaitu ayat al-Quran yang turun dengan didahului oleh suatu
sebab yang melatarbelakanginya. Sebab-sebab itu bisa berupa pertanyaan
yang diajukan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, bisa
berupa suatu kejadian atau peristiwa yang membutuhkan penjelasan dan
peringatan, atau suatu permasalahan yang membutuhkan penjelasan hukum.
1.Sebab berupa pertanyaan.
Contoh Firman Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
يسئلونك عن الأهلّة . قل هى موقيت للنّاس والحجّ
"Mereka bertanya kepada mu (Muhammad) tentang bulan Sabit. Katakanlah :
"Bulan sabit itu adalah tanda - tanda waktu bagi manusia dan (bagi
ibadah) haji." [al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 189]
2.Sebab berupa kejadian sebuah peristiwa yang membutuhkan penjelasan dan peringatan.
Contoh firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
ولئن سأتـهم ليقولنّ إنّما كنّانخوض ونعلب . قل أبا الله وءايته ورسوله كنتم تستهزءون
"Dan jika kamu bertanya kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan
itu), tentulah mereka akan menjawab : "Sesungguhnya kami hanya bersenda
gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" [al-Quran Surat
At-Taubah ayat 65]
Ayat ini turun berkenaan seseorang laki-laki
munafik yang berkata dalam suatu majelis pada waktu perang tabuk :
"Kami tidak melihat orang semisal para pembaca al-Quran kita ini, mereka
paling besar perutnya, paling dusta lisan nya, dan paling penakut
ketika bertemu dengan musuh"
Yang dia maksud didalam ucapan nya
adalah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam dan para Sahabat
beliau. Kemudian hal itu (ucapan nya) sampai terdengar oleh Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa sallam, kemudian turun ayat al-Quran ini. Kemudian
laki-laki tersebut datang kepada Rasulullah untuk meminta maaf kepada
beliau, maka beliau menjawab dengan membaca firman Allah lanjutan ayat
tadi :
"Apakah dengan Allah, dan ayat-ayat Nya dan Rasul-Nya kamu
selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir
sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka
taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan
mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” [al-Quran Surat
At-Taubat ayat 65-66]
3. Suatu permasalahan yang membutuhkan penjelasan hukum.
Contoh nya firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
قد سمع الله قوالّتى تجدلك في زوجها وتشتكى إلى الله , والله يسمع تحاوركما , إنّ الله سميع بصير
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan
gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan hal nya kepada
Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [al-Quran Surat al-Mujadilah
ayat 1]
---oOo---
6. Bentuk Wahyu yang Turun Kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam
قال البخاري : حدّثنا عبد الله بن يوسف قال , أخبرنا مالك , عن هشام بن
عروة , عن أبيه , عن عائشة أمّ الـمؤمنين رضي الله عنها : أنّ الحارث بن
هشام رضي الله عنه سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ,
كيف يأتيك الوحي؟ : فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " أحيانا يأتينـي
مثل صلصلة الجرس , وهو أشدّه علىّ , فيفصم عنّـي , وقد وعيت عنه ما قال ,
وأحيانا يتمثّل لي الـملك رجلا فيكلّمنـي , فأعي ما يقول " قالت عائسة ضي
الله عنها : ولقد رأيته ينزل عليه الوحي في اليوم الشّديد البرد فيفصم عنه
وإنّ جبينه ليتفصّد عرقا . [صحيح البخاري : 1 كتاب بدء الوحي : باب كيف كان
بداء الوحي إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم : الحديث 2 . انظر الحديث
3215]
Al-Bukhari berkata : Abdullh bin Yusuf telah menyampaikan
kepada kami dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah
Ummul Mukminin Radhiyallahu’anha bahwa al-Harits bin Hisyam
Radhiyallahu’anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam : “Wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, bagaimana cara
wahyu turun kepadamu?” Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda
menjawab : “Wahyu datang kepadaku terkadang seperti suara gemerincing
(dentingan) lonceng dan cara ini yang paling berat buat ku. Lalu
terhenti sehingga aku memahami apa yang disampaikan. Terkadang berupa
malaikat yang datang menyerupai seorang laki – laki lalu berbicara
kepada ku yang kemudian aku memahami apa yang diucapkan nya.” Aisyah
Radhiyallahu’anha : “Sungguh, pada suatu hari yang sangat dingin aku
pernah melihat wahyu diturunka kepada beliau, lalu terhenti. Saat itu
aku melihat dahi beliau bercucuran keringat.” [Shahih al-Bukhari :
1.Kitab Permulaan Wahyu : Bab Bagaimana Permulaan Wahyu yang Diturunkan
Kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam? : Hadits no 2. Lihat
juga hadits no 3215]
Dalam hadits ini ada beberapa pelajaran yang dapat diambil :
• Bentuk penurunan wahyu yakni :
a. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam mendengar sesuatu seperti dentingan lonceng kemudian wahyu diturunkan kepada beliau.
b. Malaikat menjelma menjadi seorang manusia laki – laki, lalu
berbicara kepada beliau setelah itu beliau menghapal apa yang
disampaikan. Penyampaian wahyu dengan cara kedua ini lebih ringan bagi
beliau, sebab kondisinya seperti berbicara biasa.
• Bertanya tentang cara sesuatu untuk lebih menambah kemantapan hati (iman) tidaklah menodai keyakinan.
• Menanyakan keadaan para Nabi dalam menerima wahyu atau tentang masalah lain adalah dibolehkan.
• Jika masalah yang ditanyakan terbagi menjadi beberapa bagian, maka
pada awal jawaban nya hendaklah di isyaratkan perincian dalam masalah
tersebut.
---oOo---
7. Wahyu yang Pertama Kali Turun kepada Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam.
قال البخاري : حدّثنا يـحيـى بن بكير , حدّثنا اللّيث , عن عقيل , عن ابن
شهاب (ح) وحدّثنـي عبد الله بن مـحمّد , حدّثنا عبد الرّزّاق , أخبرنا معمر
, قال الزّهري . فأخيرني عروة , عن عائشة رضي الله عنها أنـّها قالت : "
أوّل ما بدئ به رسول الله صلى الله عليه وسلم من الوحي الرّؤيا الصّادقة في
النّوم , فكان لا يرى رؤيا إلّا جاءت مثل فلق الصّبح , فكان يأتي حراء
فيتحنّث فيه – وهو التّعبّد – الّليالي ذوات العدد , ويتزوّد لذ لك ثـمّ
يرجع إلى خديـجة فتزوّده لـمثلها حتّـى فجئه الـحقّ وهو في غار حراء ,
فجاءه الـملك فيه فقال : اقرأ . فقال له النّبـيّ صلى الله عليه وسلم : ما
أنابقارئ . فأخذني فغطّنـي حتّـى بلغ منّـي الـجهد , ثـمّ أرسلنـي فقال :
اقرأ . فقلت : ما أنابقارئ . فأخذني فغطّنـي الثّانية حتّـى بلغ منّـي
الـجهد , ثـمّ أرسلنـي فقال : اقرأ . فقلت : ما أنابقارئ . فأخذني فغطّنـي
الثّالثة حتّـى بلغ منّـي الـجهد . ثـمّ أرسلنـي فقال : " اقرأ باسم ربّك
الّذي خلق . حتـى بلغ . مالـم يعلم (العلق : 1-5) " فرجع بـها ترجف بوادره
حتّـى دخل على خديـجة فقال : زمّلوني , زمّلوني . فزمّلوه حتّـى ذهب عنه
الرّوع فقال : يا خديـجة , مالي ؟ وأخبرها الـخبر وقال : قد خشيت علىّ .
فقالت له : كلّا أبشر , فو الله لا يـخزيك الله أبدا , إنّك لتصل الرّحم ,
وتصدق الـحديث , وتـحمل الكلّ , وتقري الضّيف , وتعين على نوائب الـحقّ .
ثـمّ انطلقت به خديـجة حتّـى أتت به ورقة بن نوفل بن أسد بن عبد العزّى بن
قصيّ - وهو أبن عمّ خديـجة أخو أبيها- وكان امرءا تنصّر قي الـجاهليّة وكان
يكتب الكتاب العربـيّ , فيكتب بالعربيّة من الإنـجيل ما شاء الله أنّ يكتب
, وكان شيخا كبرا قد عمي – فقالت له خديـجة : أي ابن عمّ , و اسـمع من ابن
أخيك . فقال ورقة : ابن أخي , ماذا ترى؟ فأخبره النّبـيّ صلى الله عليه
وسلم مارأى . فقال ورقة : هذا النّاموس , الّذي أنزل على موسـى , يا ليتنـي
فيها جذعا أكون حيّا حين يـخر جك قومك . فقال رسول الله صلى الله عليه
وسلم : أومـخرجيّ هم؟ فقال ورقة : نعم , لـم يأت رجل قطّ بـما جئت به إلّا
عودي , وأنّ يدركنـي يومك أنصرك نصرا مؤزّرا . ثـمّ لـم ينشب ورقة أن
توفّـي , وفتر الوحـي فترة حتـّى حزن الـنّبـيّ صلى الله عليه وسلم فيما
بلغنا حزنا غدا منه مرار كي يتردّى من رؤس شواهق الـجبال , فكلّما أوفـى
بذروة جبل لكي يلقي منه نفسه تبدّى له جبريل فقال : يا مـحمّد , إنّك رسول
الله حقا . فيسكن لذلك جأشه وتقرّ نفسه فيرجع , فإذا طالت عليه فترة الوحي ,
غدا لـمثل ذلك , فإذا أوفـى بذروة جبل تبدّى له جبريل فقال له مثل ذلك "
[صحيح البخاري :91 كتاب التّعبير : 1 باب أوّل مابدئ به رسول الله صلى
الله عليه وسلم من الوحـي الرّؤيا الصّلحة : الحديث 6982 . انظر الحديث 3,
4953, 4955, 4956, 4957]
Al-Bukhari berkata : Yahya bin Bukair
menyampaikan kepada kami dari al-Laits, dari Uqail, dari Ibnu Syihab
(az-Zuhri) (sanad lain) Abdullah bin Muhammad juga menyampaikan kepadaku
dari Abdurrazzaq, dari Ma’mar, dari Az-Zuhri (Ibnu Syihab) yang
berkata, Urwah mengabarkan kepada ku bahwa Aisyah Radhiyallahu’anha
berkata : “Permulaan wahtu yang datang kepada Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam adalah lewat mimpi yang benar dalam tidur.
Mimpi beliau itu datang (sangat jelas) seperti cahaya subuh. Saat itu,
beliau sering menyendiri di Gua Hira untuk tahannuts –yaitu beribadah-
selama beberapa malam, lalu pulang ke rumah Khadijah untuk mengambil
bekal, kemudian kembali tahannuts. Sampai akhirnya, datanglah wahyu
ketika beliau di Gua Hira. Malaikat (Jibril) datang seraya berkata :
“Bacalah” Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menjawab : “Aku tidak bisa
membaca.” Nabi menjelaskan bahwa saat itu Jibril memegang dan memeluk
beliau dengan kuat sampai beliau merasa sesak. Lalu Jibril melepaskan
beliau dan berkata lagi : “Bacalah” Beliau menjawab : “Aku tidak bisa
membaca.” Jibril kembali memeluk beliau sangat kuat untuk kali kedua
hingga beliau merasa sesak. Kemudian dia kembali melepaskan beliau dan
berkata lagi : “Bacalah” Beliau menjawab : “Aku tidak bisa membaca”
Jibril kembali memeluk beliau dengan sangat kuat untuk ketiga kalinya
hingga beliau merasa sesak. Lalu dia melepaskan beliau dan berkata :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang menciptakan…” hingga ayat
“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” [al-Quran surat
al-A’laq ayat 1-5]
Beliau kembali membawa wahyu tersebut ke rumah
Khadijah dengan hati bergetar. Beliau berkata : “Selimuti aku, selimuti
aku.” Beliau pun diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Beliau kembali
berkata : “Wahai Khadijah, ada apa dengan ku.” Lalu beliau menceritakan
peristiwa yang terjadi kepada Khadijah. “Aku mengkhawatirkan diriku”
Khadijah berkata : “Bergembiralah, Demi Allah. Dia tidak akan
mencelakakan mu selama – lamanya. Karena engkau adalah orang yang suka
menyambung silaturrahim, selalu berkata jujur, meringankan beban orang
lemah, memuliakan tamu, dan engkau selalu menolong dalam hal – hal yang
baik (benar).”
Khadijah kemudian mengajak beliau bertemu dengan
Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza putra paman Khadijah yang
beragama Nasrani pada masa jahiliah. Waraqah bisa menulis dalam bahasa
arab. Dia juga pernah menulis Injil dalam bahasa Arab. Saat itu, Waraqah
sudah tua dan matanya buta. Khadijah berkata : “Putra pamanku,
dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh putra saudaramu ini.”
Waraqah bertanya : “Putra saudaraku, apa yang telah engkau alami.” Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam menuturkan peristiwa yang dialaminya.
Waraqah berkata : “Ia adalah Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah
kepada Musa. Duhai, seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat
engkau nanti diusir kaum mu.” Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam
bertanya : “Apakah aku akan diusir mereka?” Waraqah menjawab : “Ya,
sebab tidak ada seorangpun datang dengan membawa wahyu seperti yang
engkau bawa ini kecuali dia dimusihi. Seandainya aku ada saat kejadian
itu, pasti aku menolongmu dengan semua kemampuan ku. Waraqah pun tidak
mengalami peristiwa yang diyakinan nya tersebut karena lebih dahulu
meninggal pada masa fatrah (kekosongan) wahyu.
Dimasa fatrah ini,
Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam sangat sedih dan terpukul. Dari hadits
– hadits yang sampai kepada kami, terlihat bahwa beliau sangat sedih
hingga seperti orang yang ingin menjatuhkan diri dari puncak gunung yang
tinggi. Namun setiap kali beliau sampai di puncak gunung, Jibril selalu
menampakkan diri dan berkata : “Wahai Muhammad, engkau benar – benar
seorang utusan Allah.” Hal itu membuat kegelisahan beliau menjadi hilang
dan kembali merasa tenang, lalu beliau kembali ke rumah. Jika wahyu
terputus lagi dalam rentan yang agama lama, beliau kembali melakukan hal
serupa. Namun setiap beliau sampai di puncak gunung, Jibril menampakkan
diri dan mengatakan hal yang sama.” [Shahih Bukhari : 91.Kitab Ta’wil
Mimpi : 1.Bab Permulaan Wahyu kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallama dalah lewat mimpi yang benar : hadits no 6982. Lihat juga hadits
no 3, 4953, 4955, 4956, 4957]
---oOo---
8. Hikmah
Diturunkan nya al-Quran Secara Berangsur Dari Bait Al-Izzah Langit Dunia
ke dalam hati Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam.
Hikmah Turun nya al-Quran secara bertahap yaitu :
Hikmah Pertama :
Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam dan
menguatkan jiwa beliau sebagaimana yang disebutkan didalam ayat “Supaya
Kami perkuat hati mu dengan nya” Hal ini dapat kita lihat dari 5 sisi
yaitu :
a. Sesungguhnya dalam penurunan wahyu secara berganti –
ganti dan berulang – ulang turun nya malaikat jibril membawa wahyu
kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam terdapat kegembiraan yang
memenuhi hati beliau dan suka cita yang melapangkan dada beliau. Kedua
kondisi ini memperbaharui semangat sebagai pengaruh adanya pertolongan
Ilahi. Dan Allah memperbaharuinya kembali pada setiap kali pergantian
turun wahyu tersebut.
b. Sesungguhnya penurunan sebagian demi
sebagian ini merupakan kemudahan dari Allah Subhanahu wa ta’ala guna
menghafal dan memahami al-Quran, mengetahui ketentuan hukum dan
hikmahnya, dimana kondisi tersebut memberikan ketentraman kepada Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam dan merupakan penguat jiwanya yang mulia
atas keakuratan semua nya itu.
c. Sesungguhnya pada setiap kali
penurunan yang berangsur angsur ini terdapat mukjizat baru bagi Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam dimana beliau menantang para penantang dan
orang – orang yang keras kepala untuk mendatangkan hal serupa dengan
al-Quran, sehingga tampaklah kelemahan mereka dan tetaplah kebenaran
Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Keadaan seperti ini tidak diragukan
lagi merupakan penguat bagi hati Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam.
d. Sesungguhnya dalam memperkuat hati Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam
dan mematahkan kebatilan musuh-musuh nya yang berulang – ulang merupakan
pengulangan penguatan yang terus menerus sehingga memastikan kemantapan
dan kekuatan hati Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam.
e. Allah
Subhanahu wa ta’ala menjanjikan kepada Nabi-Nya kemenangan dan
pertolongan ketika pertentangan keras dari musuh-musuhnya itu dengan
sesuatu yang melunakkan kekerasan itu. Tidak diragukan lagi kekerasan
terhadap Nabi terjadi dalam waktu yang berbeda – beda. Dengan demikian,
tidak dipungkiri hiburan tersebut terjadi berulang kali dalam waktu yang
mencukupi.
Maka setiap kali Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam di
sesakkan oleh permusuhan dari orang kafir. Allah Subhanahu wa ta’ala
menghiburnya dengan hiburan yang terkadang datang dengan cara menurunkan
wahyu tentang kisah para Nabi dan Rasul sebelum beliau, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
وكلاّ نّقصّ عليك من أنباء الرّسل مانثبّت به فؤادك , وجآءك في هذه الحقّ ومو عظة وذكرى للمؤمنين
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” [al-Quran Surat Hud ayat 120]
Terkadang hiburan tersebut datang dengan bentuk janji Allah kepada
beliau berupa pertolongan (kemenangan), penguatan dan pemeliharaan
sebagaimana firman Nya :
واصبر لحكم ربّك فإنّك بأعيننا , وسبّح بحمد ربّك حين تقوم
“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya
kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri” [al-Quran Surat Ath-Thur ayat 48]
والله يعصمك من النّاس
“Dan Allah memelihara kamu dari gangguan manusia” [al-Quran Surat Al-Ma’idah ayat 67]
Terkadang hiburan tersebut datang dengan cara member peringatan musuh-musuh beliau, sebagaimana firman Nya :
سيهزم الجمع ويولّون الدّبر
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” [al-Quran Surat Al-Qamar ayat 45]
فإن أعرضوافقال أنذتكم صعقة مّثل صعقة عاد وثمود
“jika mereka berpaling, maka katakanlah : “Aku telah memperingatkan
kamu dengan petir yang menimpa kaum Aad dan Tsamud” [al-Quran Surat
Fushilat ayat 13]
Terkadang hiburan itu datang dengan bentuk perintah untuk bersabar, sebagaimana firman Nya :
فأصبر كماصبر أولو العزم من الرّسل
“Maka bersabarlah kamu seperti orang – orang yang mempunyai keteguhan
hati dari Rasul-Rasul (yang) telah bersabar.” [al-Quran Surat Al-Ahqaf
ayat 35]
Terkadang hiburan itu datang dengan bentuk larangan
kesal hati dan bersedih atas ketidak berimanan mereka (musuh-musuhnya),
sebagaimana firman Allah :
فلا تـهذب نفسك عليهم حسرت
“Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.” [al-Quran Surat Fathir ayat 8]
واصبر وما صبرك إلاّ بالله , ولا تـحزن عليهم ولا تك في ضيق مّمّايمكرون
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaran mu itu melainkan
dengan pertolongan Allah. Janganlah kamu bersedih hati terhadap
kekafiran mereka dan janganlah sempit dada mu terhadap apa yang mereka
tipu dayakan.” [al-Quran Surat An-Nahl ayat 127]
Selain itu,
Allah juga menghibur Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dari perpalingan
iman mereka agar beliau rileks dan terhibur, sebagaimana firman Nya :
وإنّ كان كبر عليك إعرضهم فإن استطعت أن تبتغى نفقا فى الأرض أو سلّما فى
السمّآء فتاتيهم بئاية , ولوشآء الله لجمعهم على الهدى , فلا تكوننّ من
الجهلين
“Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat
bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke
langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka
buatlah). Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka
semua dalam petunjuk sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang jahil” [al-Quran Surat Al-An’am ayat 35]
Hikmah Kedua :
Penurunan al-Quran secara berangsur – angsur berarti bertahap dalam
mendidik umat Islam yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Dalam hal ini
mencakup 7 perkara :
a. Mempermudah menghafal al-Quran karena
kondisi mereka (para sahabat) tidak memungkinkan menghafal seandainya
diturunkan kepada mereka sekali turun saja kepada mereka.
b. Bertahap dalam pemahaman al-Quran dan mempermudah mereka didalam memahami dan menguasainya.
c. Bertahap dalam pembebanan kewajiban, baik itu shalat, puasa, zakat, haji, jihad dan ibadah lain nya atau muamalah yang lain.
d. Bertahap dalam pensucian mereka dari akidah (keyakinan) jahiliyah
yang rusak dan batil, seperti syirik kepada Allah, pengingkaran akan
hari kebangkitan, dan penolakan terhadap Rasul Allah.
e. Bertahap
dalam pensucian mereka dari adat kebiasan yang jelek, yang telah melekat
pada jiwa mereka, dimana hal itu tidak mungkin ditinggalkan secara
sekaligus. Seperti tradisi minum khamar, makan harta riba dan lain
sebagainya.
f. Bertahap dalam mendidik mereka dengan adat kebiasaan
yang terpuji dan mulia. Seperti saling memaafkan, sabar, darmawan,
memelihara hak tetangga dan lain sebagainya.
g. Memperkuat hati
orang – orang Mukmin dan mempersenjatainya dengan keteguhan, sabar dan
yakin, lantaran apa yang dijanjikan Allah kepada hamba Nya yang shaleh,
berupa pertolongan, penguatan dan peneguhan sebagaimana firman Allah :
وعد الله الّذين ءامنوامنكم وعملوا الصّلحت ليستخلفنّهم فى الأرض
كمااستخلف الّذين من قبلهم ولينكّننّ لهم دينهم الّذى ارتضى لهم
وليبدّلنّهم مّن بعد خوفهم أمنا يعبدوننـى لايشركون بى شيئا , ومن كفر بعد
ذلك فأولئك هم الفستون
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang
yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa
Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,
dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka
tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik. " [al-Quran Surat An-Nur ayat 55]
Hikmah Ketiga :
Mengikuti peristiwa dan perkembangan dalam pembaharuan dan penceraian
nya. Maka setiap datang peristiwa baru, turunlah ayat al-Quran yang
sesuai dengan nya. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala menjelaskan kepada
mereka hukum-hukum-Nya yang sesuai dengan peristiwa tersebut sebagai
antisipasi perkembangan masa. Hal ini mencakup 5 hal sebagai berikut :
a. Menjawab pertanyaan yang mereka ajukan kepada Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam, baik pertanyaan itu untuk menetapkan
kerasulan nya atau pertanyaan tersebut untuk penjelasan mengetahui hukum
baru dalam islam.
Sebagaimana firman Allah :
ويسئلونك عن الرّوح , قل الرّوح من أمر ربّى ومآ أوتيتم مّن العلم إلاّ قليلا
“Dan mereka bertanya kepada mu tentang ruh. Katakanlah (Muhammad) :
“Ruh itu termasuk urusan Tuhan ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit.” [al-Quran Surat Al-Isra ayat 85]
Juga firman Nya :
ويسئلونك عن ذى القرنين , قل سأتلواعليكم مّنه ذكرا
“Mereka bertanya kepada mu tentang Dzulkarnain. Katakanlah : “Aku akan
bacakan kepada mu cerita tentangnya” [al-Quran Surat Al-Kahfi ayat 83
sampai akhir surat]
Contoh lain nya , firman Allah :
ويسئلونك عن اليتمى , قل إصلاح لّهم خير , وإن تخالطوهم فإخونكم
“Dan mereka bertanya kepada mu tentang anak yatim, katakanlah :
“Mengurus urusan mereka secara patut (baik) adalah baik, dan jika kamu
menggauli mereka, maka mereka adalah saudara mu.” [al-Quran Surat
Al-Baqarah ayat 220]
b. Mengantisipasi masalah dan peristiwa –
peristiwa pada masanya, sebagai penjelas hukum Allah Subhanahu wa ta’ala
terhadap peristiwa – peristiwa tersebut ketika terjadinya.
Sebagaimana tentang peristiwa Dzihar, peristiwa Dusta terhadap Aisyah,
peristiwa Li’an, peristiwa Pengalihan Kiblat dan lain nya.
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala terhadap peristiwa Dusta terhadap Aisyah Radhiyallahuma :
إنّ الّذين جآءوبالإفك عصبة مّنكم , لاتحسبوه شرّالّكم , بل هو خير لّكم ,
لكلّ امرى مّنهم مّااكتسب من الإثم , والّذى تولّى كبره منهم له عذاب عظيم
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk
bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari
mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di
antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran
berita bohong itu baginya azab yang besar” [al-Quran Surat an-Nur ayat
11]
c. Adanya keraguan yang merasuki dada orang – orang musyrik.
Penurunan al-Quran ini menolak keraguan mereka, sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa ta’ala :
وقال الّذين كفروا إن هذآ إلاّ إفك افترـه وأعانه عليه قوم ءاخرون , فقد جاءوظلما وزورا
“Dan orang-orang kafir berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah
kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum
yang lain"; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan
dusta yang besar. [al-Quran Surat Al-Furqan ayat 4, baca sampai ayat 9]
d. Memalingkan penglihatan kaum Muslimin dari kesalahan mereka dan
mengembalikan nya kepada kebenaran. Hal ini seperti ayat yang berkaitan
dengan Perang Uhud dalam firman Nya :
“Dan sesungguhnya Allah telah
memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin
Nya…..-sampai ayat 160- [al-Quran Surat Ali Imran ayat 152-160]
Begitu juga tentang Peperangan Hunain yang diceritakan didalam surat at-Taubah ayat 25-27.
e. Menyingkap keadaan orang – orang munafik dan mengoyak/menyingkap
tabir rahasia mereka bagi Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dan orang –
orang Muslim. Seperti Surat Al-Munafiqun dan surat al-Baqarah.
Ketiga hikmah (no 3) yang mencakup lima kandungan diatas telah ditunjukkan oleh ayat yang mulia dibawah ini :
ولا يأتونك بـمثل إلاّجئنك بالحقّ واحسن تفسيرا
“Tidaklah orang – orang kafir itu datang kepada mu (membawa) sesuatu
yang ganjil melainkan Kami datangkan kepada mu sesuatu yang benar dan
yang paling baik penjelasan nya.” [al-Quran Surat Al-Furqan ayat 33]
---oOo---
9. Keutamaan al-Quran Dibandingkan Seluruh Perkataan Lain nya.
Al-Bukhari berkata, Musaddad menceritakan kepada kami, Yahya
menceritakan kepada kami, dari Sufyan, Abdullah bin Dinar menceritakan
kepadaku, dia berkata. Aku mendengar Ibnu Umar Radhiyallahu'anhuma
meriwayatkan dari Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam, beliau bersabda :
إنّما أجلكم في أجل من خلا من الأمم كما بين شلاة العصر ومغرب الشّمس .
ومثلكم ومثل اليهود والنّصارى كمثل رجل استعمل عمّالا , فقال : " من يعمل
لي إلى نصف النّهار على قيراط " , فعملت اليهود فقال : " من يعمل لي من نصف
النّهار ‘لى العصر على قيراط , فعملت النّصارى . ثمّ أنتم تعملون من العصر
إلى المغرب بقيراطين قيراطين , قالوا : نحن أكثر عملا وأقلّ عطاء , قال :
هل ظلمتكم من حقّكم شيئا؟ قالو : لا . قال فذاك فضلي أوتيه من شئت [صحيح
البخاري : الحديث5021]
"Sesungguhnya masa hidup kalian dibandingkan
umat - umat terdahulu seperti antara waktu Ashar dan Maghrib.
Perumpamaan kalian dibandingkan Yahudi dan Nasrani, seperti seseorang
yang memperkerjakan buruh. Dia berkata : "Siapa yang bersedia bekerja
untuk ku sampai siang dengan upah masing - masing satu qirath?" Maka
Yahudi pun bersedia bekerja. Lalu dia kembali berkata : "Siapa yang
bersedia bekerja untuk ku sampai Ashar?" Kaum Nasrani pun bersedia
bekerja. Kemudian kalian bekerja dari Ashar sampai Maghrib dengan upah
masing - masing dua qirath. Mereka berkata : "Kenapa kami yang lebih
banyak bekerja mendapatkan upah lebih sedikit?" Orang itu berkata :
"Apakah aku menzhalimi hak kalian?" Mereka (yahudi dan nasrani) berkata :
"Tidak" Dia berkata : "Itulah keutamaan yang Aku berikan kepada orang
yang Aku kehendaki." [Shahih al-Bukhari : Hadits no 5021]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
"Korelasi pembahasan ini dengan penjelasan hadits ini adalah bahwa umat
Islam, sekalipun usianya pendek - pendek, namun mengungguli umat - umat
terdahulu mesikpun usianya panjang. Mereka (Umat Islam) memperoleh
keistimewaan ini sebab keberkahan Al-Kitab yang agung ini yakni
al-Qur'an yang Allah lebihkan kemuliaan nya mengungguli seluruh kitab
yang pernah Allah turunkan. Allah menjadikan nya sebagai saksi atas
seluruh kitab yang diturunkan sebelumnya, menghapus dan mengakhiri
dengan nya, karena kitab - kitab terdahulu diturunkan ke bumi secara
sekaligus sesuai dengan berbagai peristiwa yang dihadapi. Karena
kebutuhan yang teramat mendesak akan turun nya al-Qur'an tersebut dan
orang yang membutuhkan al-Qur'an segera diturunkan kepadanya. Setiap
kali diturunkan (nya al-Qur'an), sama seperti turun nya satu dari sekian
banyak kitab terdahulu.
Umat terdahulu yang paling agung
adalah kaum Yahudi dan Nasrani, karena nya Allah memerintahkan mereka
-Yahudi- untuk beramal sejak masa Nabi Musa hingga masa Nabi Isa,
sedangkan kaum Nasrani sejak masa Nabi Isa sampai Allah mengangkat Nabi
Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam sebagai Rasul, kemudian Allah
memerintahkan umatnya untuk beramal hingga hari Kiamat yakni hari yang
sama dengan akhir daripada siang.
Allah memberikan umat - umat
terdahulu pahala masing - masing satu qirath, sedangkan mereka -yakni
Umat Islam- Allah memberi mereka pahala masing - masing dua qirath, dua
kali lipat yang diberikan kepada Yahudi dan Nasrani, lalu mereka (yahudi
dan nasrani) mengadu " Ya Tuhan kami, kami tidak memiliki amal yang
banyak, dan paling sedikit pahalanya? Lalu Allah menjawab : "Apakah aku
telah mengurangi pahala kamu sedikitpun?" Mereka menjawab : "Tidak" Maka
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : "Itulah kelebihan Ku, yang Aku
berikan kepada orang Ku kehendaki." Sebagaimana firman Allah Ta'ala :
يأيّها الّذين ءامنوا اتّقوا الله وءامنوا برسوله يؤتكم كفلين من رّحمته
ويجعل لّكم نوراتـمشون به ويغفرلكم , والله غفور رّحيم . لّئلاّيعلم أهل
الكتب ألاّ يقدرون على شىء مّن فضل الله , وأنّ الفضل بيد الله يؤتيه من
يشآء , والله ذوالفضل العظيم
"Hai orang-orang yang beriman (kepada
para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya,
niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan
untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia
mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Kami
terangkan yang demikian itu) supaya ahli Kitab mengetahui bahwa mereka
tiada mendapat sedikitpun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman
kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia
berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar." [al-Quran surat Al-Hadiid ayat 28-29]
16 Agustus 2012
Risalah Nuzul Qur'an
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar