-->

16 Agustus 2012

Risalah Nuzul Qur'an


MUQADDIMAH
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarkatuh

Bismillah
Alhamdulillah. Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau, sahabat beliau dan orang yang mengikuti beliau dengan baik sampai akhir zaman.

Amma ba'du :
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman :
شهر رمضان الذى انزل فيه القرآن
"Bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan (pemulaan) al-Quran." [Q.S Al-Baqarah : 185]

Risalah ini ditulis dengan merangkum dan mengumpulkan dari kitab para ulama tentang permasalahan-permasalahan seputar turun nya al-Quran. Dimana mengingat saat ini adalah bulan Ramadhan, sehingga moment seperti ini sangatlah tepat bagi kita mempelajari dan mengetahui seputar al-Quran, terutama tentang Nuzul al-Quran.

Risalah ini dibagi menjadi dua bagian :
1. Tentang Nuzul al-Quran
2. Tentang Lailatul Qadar
Semoga risalah yang kecil ini bermanfaat bagi kami, bagi pembaca, bagi kaum muslimin seluruhnya. Apa yang baik dan benar itu datangnya dari Allah Subhanahu wa ta'ala, dan apa yang buruk dan salah itu datang dari kami sendiri yang miskin ilmu dan dari syaitan. Kepada Allah-lah kami memohon ampunan, dan bertaubat. Dan kepada-Nyalah kami berlindung dari keburukan diri kami dan amal perbuatan kami.

Tidak ada satu kitab pun yang terjaga dari kesalahan kecuali al-Quran. Setiap perkataan bisa diambil dan bisa ditinggalkan, kecuali perkataan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam yang wajib kita ambil seluruhnya. Maka dari itu lihatlah risalah ini, jika ada manfaat didalamnya, ambillah. Jika ada kesalahan didalam nya, perbaikilah. Jika ada kekurangan didalamnya, maka tambahlah.

Akhir kata, semoga Allah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada kita, amalan yang diterima, dan rezeki yang halal.

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau dan sahabat beliau. aamiin.

Ditulis dan Disusun oleh :
Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Roni al-Mirluny
Selesai ditulis : Desa Merlung (Jambi),
Rabu : 26 Ramadhan 1433 H / 15 Agustus 2012 M

-----ooOoo-----








NUZUL AL-QURAN (PENURUNAN AL-QURAN)
Sebelum kita membahas tentang Turun nya al-Quran (Nuzul Quran), maka ada baiknya kita mengetahui definisi al-Quran :

Definisi (Pengertian) Al-Quran
a. Menurut Bahasa
al-Quran adalah bentuk masdar sinonim (muradif) dengan kata Al-Qira'ah yang berarti "Bacaan".

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
إن علينا جمعه وقرآنه فإذاقرأناه فتبع قرآنه
"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkan nya (didadamu) dan (membuatmu pandai) membaca nya. Apabila Kami selesai membacanya maka ikutilah bacaan nya itu." [al-Quran surat Al-Qiyamah : 17-18]

b. Menurut Istilah
al-Quran adalah Kalam (Perkataan) Allah Subhanahu wa ta'ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam (melalui perantara malaikat Jibril Alaihissalam), yang ditulis dalam mushaf dan dinukilkan (disampaikan) kepada kita dengan cara mutawatir, membacanya merupakan ibadah dan menentang kepada manusia agar membuat surat terpendek darinya.

Dengan demikian, ungkapan "yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam" ini menunjukkan bahwa kitab - kitab samawi lain nya tidak dinamakan al-Quran.

Ungkapan "yang ditulis dalam mushaf" dan "membacanya merupakan ibadah" ini menunjukkan tidak termasuk padanya hadits Qudsi dan hadits Nabawi.

Ungkapan "disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir" ini menunjukkan bahwa bacaan yang ganjil tidak termasuk.

Dari penjelasan penulis diatas dapat kita faidah dari definsi ini :
1. Al-Quran adalah Kalam Allah Subhanahu wa ta'ala, bukan makhluk.
2. Mengumpulkan al-Quran didalam satu mushaf adalah disyariatkan, bukan perkara baru didalam agama (bid'ah).
3. Membaca al-Quran adalah termasuk ibadah, pahala nya di hitung perhuruf, berbeda dengan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi.


1. Dimana al-Quran itu berada sebelum diturunkan?
Al-Quran sebelum diturunkan berada di kitab Lauh Al-Mahfuzh, sebagaimana yang diberitakan Allah Subhanahu wa ta'ala dibeberapa ayat didalam al-Quran, seperti di firman-Nya :
بل هو قرءان مّجيد . فى لوح مّحفوظ
"Bahkan yang didustakan mereka itu adalah al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Al-Mahfuzh." [al-Quran surat Al-Buruj ayat 21-22]

Adapun cara dan bagaimana adanya al-Quran di Lauh al-Mahfuzh, itu hanyalah Allah Subhanahu wa ta'ala yang mengetahuinya. Kita tidak berhak menanyakan tentang caranya dan awal keberadaan nya. Kita hanyalah wajib mempercayai, mengimani dan membenarkan nya, dimana hal ini termasuk kepada iman terhadap perkara yang ghaib, yang tidak dipercayai kecuali oleh orang-orang yang bertakwa.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
الم . ذ لك الكتب لا ريب فيه هدى لّلمتقين , الّذين يؤ منون بالغب
"Alif Lam Mim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib..." [al-Quran surat Al-Baqarah ayat 1-3]

---oOo---

2. Siapa yang Menurunkan al-Quran? Siapa yang Membawa al-Quran turun? Dan Kepada Siapa al-Quran Diturunkan?
Yang menurunkan al-Quran adalah Rabb Semesta Alam yakni Allah Subhanahu wa ta’ala. Sedangkan yang membawa al-Quran turun adalah Ar-Ruh Al-Amin yakni Malaikat Jibril Alaihissalam. Dan yang menerima al-Quran adalah Rasulullah yakni Muhammad bin Abdullah Shallallahu’alaihi wa sallam dengan bahasa Arab yang jelas.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman menjelaskan masalah ini, Firman-Nya:
وأنّه لتنـزيل ربّ العلمين . نزل به الرّوح الأمين . على قلبك لتكون من المنذرين , بلسان عربىّ مّبين
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang ember peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” [al-Quran surat asy-Syu’ara ayat 192-195]

---oOo---
3. Cara Allah Subhanahu wa ta’ala Menyampaikan Risalah-Nya.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
وما كان لبشر أن يكلّمه الله إلاّ وحيا أو من ورآى حجاب أو يرسل رسولا فيوحى بإذنه مايشاء , إنّه علىّ حكيم
“Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantara wahyu atau dari belakang tabir (hijab) atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” [al-Quran surat asy-Syuuraa ayat 51]

Dalam ayat diatas, Allah Subhanahu wa ta’ala menerangkan bahwa Dia berbicara kepada manusia dengan tiga perantara (cara) yaitu :
• Dengan cara Wahyu.
• Berbicara langsung dari balik tabir (hijab).
• Mengirim seorang utusan (malaikat) lalu ia mewahyukan apa yang dikehendaki-Nya dengan izin-Nya.

---oOo---

4. Tahap – Tahapan Penurunan al-Quran
Orang yang menelaah ayat - ayat al-Quran akan menyimpulkan bahwa penurunan al-Quran itu terbagi kepada dua tahap (dua fase) yakni Penurunan al-Quran secara keseluruhan dan Penurunan al-Quran secara bertahap, berikut penjelasan nya.

Pertama : Penurunan al-Quran secara keseluruhan yakni penurunan al-Quran sekaligus dari Lauh al-Mahfuzh ke Bait Al-Izzah di langit dunia. Penurunan ini terjadi pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
بل هو قرءان مّجيد . فى لوح مّحفوظ
"Bahkan yang didustakan mereka itu adalah al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Al-Mahfuzh." [al-Quran Surat Al-Buruj ayat 21-22]

Kedua ayat ini (21 dan 22) menunjukkan bahwa al-Quran itu berada di Lauh Al-Mahfuzh.

Tentang terjadinya penurunan dibulan ramadhan dan pada -malam Lailatul Qadar-.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
شهر رمضان الّذى أنزل فيه القرءان هدى للنّاس وبينت مّن الهدى والفرقان
"Bulan Ramadhan yang diturunkan didalam nya al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang bathil)." [al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 185]

Juga firman Nya :
إنّا أنزلنه في ليلة القدر
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Quran) pada malam Qadar (kemuliaan)." [al-Quran Surat Al-Qadar ayat 1]

Juga firman Nya :
إنّا أنزلنه في ليلة مّبركة
"Sesungguhnya Kami menurunkan nya (al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi (malam qadar)." [al-Quran Surat Ad-Dukhan ayat 3]
Ketiga ayat ini (Al-Baqarah ayat 185, Al-Qadar ayat 1 dan Ad-Dakhan ayat 3) secara keseluruhan menunjukkan bahwa al-Quran diturunkan secara sekaligus dibulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar sebagai malam yang diberkahi. Pendapat ini adalah pendapat yang paling benar dan paling terkenal, dia adalah pendapat yang kuat.

Berikut atsar - atsar dari Ibnu Abbas yang menjelaskan hal ini.
1. Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu berkata : "Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadar secara sekaligus (semuanya) ke langit dunia, tempat turun nya bagian-bagian al-Quran. Kemudian Allah menurunkan nya (dari langit dunia itu) kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam sebagian demi sebagian." [Diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dan Al-Baihaqi dan yang lain nya]

2. Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu berkata : "Al-Quran diterangkan sebagai dzikir, lalu diletakkan pada Bait Al-Izza di langit dunia. Kemudian Jibril Alaihissalam menurunkan nya kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam (bagian demi bagian)." [Diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dan Imam Ibnu Abi Syaibah]

3. Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu berkata : "Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar dibulan ramadhan ke langit dunia secara sekaligus. Kemudian (setelah itu) diturunkan secara berangsur-angsur (kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam)." [Diriwayatkan oleh Imam Thabrani]

4. Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu berkata : "Al-Quran diturunkan secara sekaligus sampai diletakkan pada Bait al-Izzah dilangit dunia. Kemudian Jibril Alaihissalam menurunkan nya kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam sebagai jawaban (pedoman/petunjuk) pertanyaan manusia dan perbuatan nya." [Diriwayatkan oleh Imam Thabrani]

5. Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu berkata : "Allah menurunkan al-Quran dalam satu malam -yakni pada Lailatul Qadar- ke langit dunia, kemudian setelah itu diturunkan dalam waktu (kurang lebih 23 tahun).
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
وقال الّذين كفروالولا نزّل عليه القرءان جملة وحدة كذلك لنثـبّت به فؤادك ورتّلنه ترتيلا
"Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?" demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil. [al-Quran Surat Al-Furqan ayat 32]

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
وقرءانا فرقنه لتقرأه , على النّاس على مكث ونزّ لنه تنزيلا
"Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membaca nya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkan nya bagian demi bagian." [al-Quran Surat Al-Isra ayat 106]

Semua riwayat Ibnu Abbas diatas adalah SHAHIH, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam As-Suyuthi rahimahullah, namun mauquf (hanya disandarkan kepada Ibnu Abbas). Walaupun demikian, kesemuanya memiliki derajat yang marfu (sampai kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam) dan boleh dijadikan hujjah.

Kedua : Penurunan Al-Quran secara berangsur - angsur kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam dalam jangka waktu kurang lebih 23 tahun, selama diutusnya Beliau Shallallahu'alaihi wa sallam.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
وقال الّذين كفروالولا نزّل عليه القرءان جملة وحدة كذلك لنثـبّت به فؤادك ورتّلنه ترتيلا
"Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?" demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil. [al-Quran Surat Al-Furqan ayat 32]

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
وقرءانا فرقنه لتقرأه , على النّاس على مكث ونزّ لنه تنزيلا
"Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membaca nya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkan nya bagian demi bagian." [al-Quran Surat Al-Isra ayat 106]
Kedua ayat tersebut menunjukkan secara jelas, bahwa al-Quran tidak diturunkan kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam secara sekaligus, akan tetapi diturunkan kepada beliau secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa dan kejadian yang terjadi.

---oOo---

5. Cara Penurunan al-Quran dari Bait Al-Izzah kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam.
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam dengan dua cara, yakni secara Ibtida'i dan Sababi.

Pertama : Turun Secara Ibtida'i yaitu ayat al-Quran yang turun tanpa didahului oleh suatu sebab yang melatarbelakanginya. Dan mayoritas ayat - ayat al-Quran turun secara ibtida'i ini.

Diantara ayat yang turun secara ibtida’i ini. Firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
ومنهم مّن عهد الله لئن ءاتنا من فضله لنصدّقنّ ولنكو ننّ من الصّليحين
"Dan diantara mereka ada yang menjanjikan kepada Allah “ Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, sungguh kami akan bershadaqah dan sungguh kami akan menjadi orang-orang yang termasuk dalam orang-orang yang shaleh." [al-Quran Surat At-Taubah ayat 75]
Sesungguhnya ayat ini mula-mula turun untuk menjelaskan keadaan sebagian orang-orang munafik. Adapun mengenai berita yang masyhur (terkenal) bahwa ayat ini (al-Quran surat Al-Furqan ayat 75) turun berkenaan dengan Tsa'labah bin Hathib dalam suatu kisah yang panjang yang disebutkan oleh Mayoritas ahli tafsir dan dikuatkan oleh mayoritas da'i, merupakan riwayat yang LEMAH yang tidak dapat dibenarkan.

Kedua : Turun Secara Sababi yaitu ayat al-Quran yang turun dengan didahului oleh suatu sebab yang melatarbelakanginya. Sebab-sebab itu bisa berupa pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, bisa berupa suatu kejadian atau peristiwa yang membutuhkan penjelasan dan peringatan, atau suatu permasalahan yang membutuhkan penjelasan hukum.

1.Sebab berupa pertanyaan.
Contoh Firman Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
يسئلونك عن الأهلّة . قل هى موقيت للنّاس والحجّ
"Mereka bertanya kepada mu (Muhammad) tentang bulan Sabit. Katakanlah : "Bulan sabit itu adalah tanda - tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji." [al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 189]

2.Sebab berupa kejadian sebuah peristiwa yang membutuhkan penjelasan dan peringatan.
Contoh firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
ولئن سأتـهم ليقولنّ إنّما كنّانخوض ونعلب . قل أبا الله وءايته ورسوله كنتم تستهزءون
"Dan jika kamu bertanya kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab : "Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" [al-Quran Surat At-Taubah ayat 65]

Ayat ini turun berkenaan seseorang laki-laki munafik yang berkata dalam suatu majelis pada waktu perang tabuk : "Kami tidak melihat orang semisal para pembaca al-Quran kita ini, mereka paling besar perutnya, paling dusta lisan nya, dan paling penakut ketika bertemu dengan musuh"

Yang dia maksud didalam ucapan nya adalah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau. Kemudian hal itu (ucapan nya) sampai terdengar oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam, kemudian turun ayat al-Quran ini. Kemudian laki-laki tersebut datang kepada Rasulullah untuk meminta maaf kepada beliau, maka beliau menjawab dengan membaca firman Allah lanjutan ayat tadi :
"Apakah dengan Allah, dan ayat-ayat Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” [al-Quran Surat At-Taubat ayat 65-66]

3. Suatu permasalahan yang membutuhkan penjelasan hukum.
Contoh nya firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
قد سمع الله قوالّتى تجدلك في زوجها وتشتكى إلى الله , والله يسمع تحاوركما , إنّ الله سميع بصير
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan hal nya kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [al-Quran Surat al-Mujadilah ayat 1]


---oOo---

6. Bentuk Wahyu yang Turun Kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam

قال البخاري : حدّثنا عبد الله بن يوسف قال , أخبرنا مالك , عن هشام بن عروة , عن أبيه , عن عائشة أمّ الـمؤمنين رضي الله عنها : أنّ الحارث بن هشام رضي الله عنه سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله , كيف يأتيك الوحي؟ : فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " أحيانا يأتينـي مثل صلصلة الجرس , وهو أشدّه علىّ , فيفصم عنّـي , وقد وعيت عنه ما قال , وأحيانا يتمثّل لي الـملك رجلا فيكلّمنـي , فأعي ما يقول " قالت عائسة ضي الله عنها : ولقد رأيته ينزل عليه الوحي في اليوم الشّديد البرد فيفصم عنه وإنّ جبينه ليتفصّد عرقا . [صحيح البخاري : 1 كتاب بدء الوحي : باب كيف كان بداء الوحي إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم : الحديث 2 . انظر الحديث 3215]
Al-Bukhari berkata : Abdullh bin Yusuf telah menyampaikan kepada kami dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu’anha bahwa al-Harits bin Hisyam Radhiyallahu’anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, bagaimana cara wahyu turun kepadamu?” Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda menjawab : “Wahyu datang kepadaku terkadang seperti suara gemerincing (dentingan) lonceng dan cara ini yang paling berat buat ku. Lalu terhenti sehingga aku memahami apa yang disampaikan. Terkadang berupa malaikat yang datang menyerupai seorang laki – laki lalu berbicara kepada ku yang kemudian aku memahami apa yang diucapkan nya.” Aisyah Radhiyallahu’anha : “Sungguh, pada suatu hari yang sangat dingin aku pernah melihat wahyu diturunka kepada beliau, lalu terhenti. Saat itu aku melihat dahi beliau bercucuran keringat.” [Shahih al-Bukhari : 1.Kitab Permulaan Wahyu : Bab Bagaimana Permulaan Wahyu yang Diturunkan Kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam? : Hadits no 2. Lihat juga hadits no 3215]

Dalam hadits ini ada beberapa pelajaran yang dapat diambil :
• Bentuk penurunan wahyu yakni :
a. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam mendengar sesuatu seperti dentingan lonceng kemudian wahyu diturunkan kepada beliau.
b. Malaikat menjelma menjadi seorang manusia laki – laki, lalu berbicara kepada beliau setelah itu beliau menghapal apa yang disampaikan. Penyampaian wahyu dengan cara kedua ini lebih ringan bagi beliau, sebab kondisinya seperti berbicara biasa.
• Bertanya tentang cara sesuatu untuk lebih menambah kemantapan hati (iman) tidaklah menodai keyakinan.
• Menanyakan keadaan para Nabi dalam menerima wahyu atau tentang masalah lain adalah dibolehkan.
• Jika masalah yang ditanyakan terbagi menjadi beberapa bagian, maka pada awal jawaban nya hendaklah di isyaratkan perincian dalam masalah tersebut.

---oOo---

7. Wahyu yang Pertama Kali Turun kepada Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam.

قال البخاري : حدّثنا يـحيـى بن بكير , حدّثنا اللّيث , عن عقيل , عن ابن شهاب (ح) وحدّثنـي عبد الله بن مـحمّد , حدّثنا عبد الرّزّاق , أخبرنا معمر , قال الزّهري . فأخيرني عروة , عن عائشة رضي الله عنها أنـّها قالت : " أوّل ما بدئ به رسول الله صلى الله عليه وسلم من الوحي الرّؤيا الصّادقة في النّوم , فكان لا يرى رؤيا إلّا جاءت مثل فلق الصّبح , فكان يأتي حراء فيتحنّث فيه – وهو التّعبّد – الّليالي ذوات العدد , ويتزوّد لذ لك ثـمّ يرجع إلى خديـجة فتزوّده لـمثلها حتّـى فجئه الـحقّ وهو في غار حراء , فجاءه الـملك فيه فقال : اقرأ . فقال له النّبـيّ صلى الله عليه وسلم : ما أنابقارئ . فأخذني فغطّنـي حتّـى بلغ منّـي الـجهد , ثـمّ أرسلنـي فقال : اقرأ . فقلت : ما أنابقارئ . فأخذني فغطّنـي الثّانية حتّـى بلغ منّـي الـجهد , ثـمّ أرسلنـي فقال : اقرأ . فقلت : ما أنابقارئ . فأخذني فغطّنـي الثّالثة حتّـى بلغ منّـي الـجهد . ثـمّ أرسلنـي فقال : " اقرأ باسم ربّك الّذي خلق . حتـى بلغ . مالـم يعلم (العلق : 1-5) " فرجع بـها ترجف بوادره حتّـى دخل على خديـجة فقال : زمّلوني , زمّلوني . فزمّلوه حتّـى ذهب عنه الرّوع فقال : يا خديـجة , مالي ؟ وأخبرها الـخبر وقال : قد خشيت علىّ . فقالت له : كلّا أبشر , فو الله لا يـخزيك الله أبدا , إنّك لتصل الرّحم , وتصدق الـحديث , وتـحمل الكلّ , وتقري الضّيف , وتعين على نوائب الـحقّ . ثـمّ انطلقت به خديـجة حتّـى أتت به ورقة بن نوفل بن أسد بن عبد العزّى بن قصيّ - وهو أبن عمّ خديـجة أخو أبيها- وكان امرءا تنصّر قي الـجاهليّة وكان يكتب الكتاب العربـيّ , فيكتب بالعربيّة من الإنـجيل ما شاء الله أنّ يكتب , وكان شيخا كبرا قد عمي – فقالت له خديـجة : أي ابن عمّ , و اسـمع من ابن أخيك . فقال ورقة : ابن أخي , ماذا ترى؟ فأخبره النّبـيّ صلى الله عليه وسلم مارأى . فقال ورقة : هذا النّاموس , الّذي أنزل على موسـى , يا ليتنـي فيها جذعا أكون حيّا حين يـخر جك قومك . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أومـخرجيّ هم؟ فقال ورقة : نعم , لـم يأت رجل قطّ بـما جئت به إلّا عودي , وأنّ يدركنـي يومك أنصرك نصرا مؤزّرا . ثـمّ لـم ينشب ورقة أن توفّـي , وفتر الوحـي فترة حتـّى حزن الـنّبـيّ صلى الله عليه وسلم فيما بلغنا حزنا غدا منه مرار كي يتردّى من رؤس شواهق الـجبال , فكلّما أوفـى بذروة جبل لكي يلقي منه نفسه تبدّى له جبريل فقال : يا مـحمّد , إنّك رسول الله حقا . فيسكن لذلك جأشه وتقرّ نفسه فيرجع , فإذا طالت عليه فترة الوحي , غدا لـمثل ذلك , فإذا أوفـى بذروة جبل تبدّى له جبريل فقال له مثل ذلك " [صحيح البخاري :91 كتاب التّعبير : 1 باب أوّل مابدئ به رسول الله صلى الله عليه وسلم من الوحـي الرّؤيا الصّلحة : الحديث 6982 . انظر الحديث 3, 4953, 4955, 4956, 4957]
Al-Bukhari berkata : Yahya bin Bukair menyampaikan kepada kami dari al-Laits, dari Uqail, dari Ibnu Syihab (az-Zuhri) (sanad lain) Abdullah bin Muhammad juga menyampaikan kepadaku dari Abdurrazzaq, dari Ma’mar, dari Az-Zuhri (Ibnu Syihab) yang berkata, Urwah mengabarkan kepada ku bahwa Aisyah Radhiyallahu’anha berkata : “Permulaan wahtu yang datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam adalah lewat mimpi yang benar dalam tidur. Mimpi beliau itu datang (sangat jelas) seperti cahaya subuh. Saat itu, beliau sering menyendiri di Gua Hira untuk tahannuts –yaitu beribadah- selama beberapa malam, lalu pulang ke rumah Khadijah untuk mengambil bekal, kemudian kembali tahannuts. Sampai akhirnya, datanglah wahyu ketika beliau di Gua Hira. Malaikat (Jibril) datang seraya berkata : “Bacalah” Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menjawab : “Aku tidak bisa membaca.” Nabi menjelaskan bahwa saat itu Jibril memegang dan memeluk beliau dengan kuat sampai beliau merasa sesak. Lalu Jibril melepaskan beliau dan berkata lagi : “Bacalah” Beliau menjawab : “Aku tidak bisa membaca.” Jibril kembali memeluk beliau sangat kuat untuk kali kedua hingga beliau merasa sesak. Kemudian dia kembali melepaskan beliau dan berkata lagi : “Bacalah” Beliau menjawab : “Aku tidak bisa membaca” Jibril kembali memeluk beliau dengan sangat kuat untuk ketiga kalinya hingga beliau merasa sesak. Lalu dia melepaskan beliau dan berkata : “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang menciptakan…” hingga ayat “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” [al-Quran surat al-A’laq ayat 1-5]
Beliau kembali membawa wahyu tersebut ke rumah Khadijah dengan hati bergetar. Beliau berkata : “Selimuti aku, selimuti aku.” Beliau pun diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Beliau kembali berkata : “Wahai Khadijah, ada apa dengan ku.” Lalu beliau menceritakan peristiwa yang terjadi kepada Khadijah. “Aku mengkhawatirkan diriku” Khadijah berkata : “Bergembiralah, Demi Allah. Dia tidak akan mencelakakan mu selama – lamanya. Karena engkau adalah orang yang suka menyambung silaturrahim, selalu berkata jujur, meringankan beban orang lemah, memuliakan tamu, dan engkau selalu menolong dalam hal – hal yang baik (benar).”
Khadijah kemudian mengajak beliau bertemu dengan Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza putra paman Khadijah yang beragama Nasrani pada masa jahiliah. Waraqah bisa menulis dalam bahasa arab. Dia juga pernah menulis Injil dalam bahasa Arab. Saat itu, Waraqah sudah tua dan matanya buta. Khadijah berkata : “Putra pamanku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh putra saudaramu ini.” Waraqah bertanya : “Putra saudaraku, apa yang telah engkau alami.” Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menuturkan peristiwa yang dialaminya. Waraqah berkata : “Ia adalah Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah kepada Musa. Duhai, seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat engkau nanti diusir kaum mu.” Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bertanya : “Apakah aku akan diusir mereka?” Waraqah menjawab : “Ya, sebab tidak ada seorangpun datang dengan membawa wahyu seperti yang engkau bawa ini kecuali dia dimusihi. Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku menolongmu dengan semua kemampuan ku. Waraqah pun tidak mengalami peristiwa yang diyakinan nya tersebut karena lebih dahulu meninggal pada masa fatrah (kekosongan) wahyu.
Dimasa fatrah ini, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam sangat sedih dan terpukul. Dari hadits – hadits yang sampai kepada kami, terlihat bahwa beliau sangat sedih hingga seperti orang yang ingin menjatuhkan diri dari puncak gunung yang tinggi. Namun setiap kali beliau sampai di puncak gunung, Jibril selalu menampakkan diri dan berkata : “Wahai Muhammad, engkau benar – benar seorang utusan Allah.” Hal itu membuat kegelisahan beliau menjadi hilang dan kembali merasa tenang, lalu beliau kembali ke rumah. Jika wahyu terputus lagi dalam rentan yang agama lama, beliau kembali melakukan hal serupa. Namun setiap beliau sampai di puncak gunung, Jibril menampakkan diri dan mengatakan hal yang sama.” [Shahih Bukhari : 91.Kitab Ta’wil Mimpi : 1.Bab Permulaan Wahyu kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallama dalah lewat mimpi yang benar : hadits no 6982. Lihat juga hadits no 3, 4953, 4955, 4956, 4957]

---oOo---

8. Hikmah Diturunkan nya al-Quran Secara Berangsur Dari Bait Al-Izzah Langit Dunia ke dalam hati Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam.

Hikmah Turun nya al-Quran secara bertahap yaitu :
Hikmah Pertama :
Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam dan menguatkan jiwa beliau sebagaimana yang disebutkan didalam ayat “Supaya Kami perkuat hati mu dengan nya” Hal ini dapat kita lihat dari 5 sisi yaitu :
a. Sesungguhnya dalam penurunan wahyu secara berganti – ganti dan berulang – ulang turun nya malaikat jibril membawa wahyu kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam terdapat kegembiraan yang memenuhi hati beliau dan suka cita yang melapangkan dada beliau. Kedua kondisi ini memperbaharui semangat sebagai pengaruh adanya pertolongan Ilahi. Dan Allah memperbaharuinya kembali pada setiap kali pergantian turun wahyu tersebut.
b. Sesungguhnya penurunan sebagian demi sebagian ini merupakan kemudahan dari Allah Subhanahu wa ta’ala guna menghafal dan memahami al-Quran, mengetahui ketentuan hukum dan hikmahnya, dimana kondisi tersebut memberikan ketentraman kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dan merupakan penguat jiwanya yang mulia atas keakuratan semua nya itu.
c. Sesungguhnya pada setiap kali penurunan yang berangsur angsur ini terdapat mukjizat baru bagi Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dimana beliau menantang para penantang dan orang – orang yang keras kepala untuk mendatangkan hal serupa dengan al-Quran, sehingga tampaklah kelemahan mereka dan tetaplah kebenaran Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Keadaan seperti ini tidak diragukan lagi merupakan penguat bagi hati Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam.
d. Sesungguhnya dalam memperkuat hati Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dan mematahkan kebatilan musuh-musuh nya yang berulang – ulang merupakan pengulangan penguatan yang terus menerus sehingga memastikan kemantapan dan kekuatan hati Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam.
e. Allah Subhanahu wa ta’ala menjanjikan kepada Nabi-Nya kemenangan dan pertolongan ketika pertentangan keras dari musuh-musuhnya itu dengan sesuatu yang melunakkan kekerasan itu. Tidak diragukan lagi kekerasan terhadap Nabi terjadi dalam waktu yang berbeda – beda. Dengan demikian, tidak dipungkiri hiburan tersebut terjadi berulang kali dalam waktu yang mencukupi.
Maka setiap kali Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam di sesakkan oleh permusuhan dari orang kafir. Allah Subhanahu wa ta’ala menghiburnya dengan hiburan yang terkadang datang dengan cara menurunkan wahyu tentang kisah para Nabi dan Rasul sebelum beliau, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
وكلاّ نّقصّ عليك من أنباء الرّسل مانثبّت به فؤادك , وجآءك في هذه الحقّ ومو عظة وذكرى للمؤمنين
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” [al-Quran Surat Hud ayat 120]

Terkadang hiburan tersebut datang dengan bentuk janji Allah kepada beliau berupa pertolongan (kemenangan), penguatan dan pemeliharaan sebagaimana firman Nya :
واصبر لحكم ربّك فإنّك بأعيننا , وسبّح بحمد ربّك حين تقوم
“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri” [al-Quran Surat Ath-Thur ayat 48]
والله يعصمك من النّاس
“Dan Allah memelihara kamu dari gangguan manusia” [al-Quran Surat Al-Ma’idah ayat 67]

Terkadang hiburan tersebut datang dengan cara member peringatan musuh-musuh beliau, sebagaimana firman Nya :
سيهزم الجمع ويولّون الدّبر
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” [al-Quran Surat Al-Qamar ayat 45]
فإن أعرضوافقال أنذتكم صعقة مّثل صعقة عاد وثمود
“jika mereka berpaling, maka katakanlah : “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir yang menimpa kaum Aad dan Tsamud” [al-Quran Surat Fushilat ayat 13]
Terkadang hiburan itu datang dengan bentuk perintah untuk bersabar, sebagaimana firman Nya :
فأصبر كماصبر أولو العزم من الرّسل
“Maka bersabarlah kamu seperti orang – orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-Rasul (yang) telah bersabar.” [al-Quran Surat Al-Ahqaf ayat 35]

Terkadang hiburan itu datang dengan bentuk larangan kesal hati dan bersedih atas ketidak berimanan mereka (musuh-musuhnya), sebagaimana firman Allah :
فلا تـهذب نفسك عليهم حسرت
“Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.” [al-Quran Surat Fathir ayat 8]
واصبر وما صبرك إلاّ بالله , ولا تـحزن عليهم ولا تك في ضيق مّمّايمكرون
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaran mu itu melainkan dengan pertolongan Allah. Janganlah kamu bersedih hati terhadap kekafiran mereka dan janganlah sempit dada mu terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” [al-Quran Surat An-Nahl ayat 127]

Selain itu, Allah juga menghibur Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dari perpalingan iman mereka agar beliau rileks dan terhibur, sebagaimana firman Nya :
وإنّ كان كبر عليك إعرضهم فإن استطعت أن تبتغى نفقا فى الأرض أو سلّما فى السمّآء فتاتيهم بئاية , ولوشآء الله لجمعهم على الهدى , فلا تكوننّ من الجهلين
“Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil” [al-Quran Surat Al-An’am ayat 35]

Hikmah Kedua :
Penurunan al-Quran secara berangsur – angsur berarti bertahap dalam mendidik umat Islam yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Dalam hal ini mencakup 7 perkara :
a. Mempermudah menghafal al-Quran karena kondisi mereka (para sahabat) tidak memungkinkan menghafal seandainya diturunkan kepada mereka sekali turun saja kepada mereka.
b. Bertahap dalam pemahaman al-Quran dan mempermudah mereka didalam memahami dan menguasainya.
c. Bertahap dalam pembebanan kewajiban, baik itu shalat, puasa, zakat, haji, jihad dan ibadah lain nya atau muamalah yang lain.
d. Bertahap dalam pensucian mereka dari akidah (keyakinan) jahiliyah yang rusak dan batil, seperti syirik kepada Allah, pengingkaran akan hari kebangkitan, dan penolakan terhadap Rasul Allah.
e. Bertahap dalam pensucian mereka dari adat kebiasan yang jelek, yang telah melekat pada jiwa mereka, dimana hal itu tidak mungkin ditinggalkan secara sekaligus. Seperti tradisi minum khamar, makan harta riba dan lain sebagainya.
f. Bertahap dalam mendidik mereka dengan adat kebiasaan yang terpuji dan mulia. Seperti saling memaafkan, sabar, darmawan, memelihara hak tetangga dan lain sebagainya.
g. Memperkuat hati orang – orang Mukmin dan mempersenjatainya dengan keteguhan, sabar dan yakin, lantaran apa yang dijanjikan Allah kepada hamba Nya yang shaleh, berupa pertolongan, penguatan dan peneguhan sebagaimana firman Allah :
وعد الله الّذين ءامنوامنكم وعملوا الصّلحت ليستخلفنّهم فى الأرض كمااستخلف الّذين من قبلهم ولينكّننّ لهم دينهم الّذى ارتضى لهم وليبدّلنّهم مّن بعد خوفهم أمنا يعبدوننـى لايشركون بى شيئا , ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفستون
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. " [al-Quran Surat An-Nur ayat 55]

Hikmah Ketiga :
Mengikuti peristiwa dan perkembangan dalam pembaharuan dan penceraian nya. Maka setiap datang peristiwa baru, turunlah ayat al-Quran yang sesuai dengan nya. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala menjelaskan kepada mereka hukum-hukum-Nya yang sesuai dengan peristiwa tersebut sebagai antisipasi perkembangan masa. Hal ini mencakup 5 hal sebagai berikut :
a. Menjawab pertanyaan yang mereka ajukan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, baik pertanyaan itu untuk menetapkan kerasulan nya atau pertanyaan tersebut untuk penjelasan mengetahui hukum baru dalam islam.
Sebagaimana firman Allah :
ويسئلونك عن الرّوح , قل الرّوح من أمر ربّى ومآ أوتيتم مّن العلم إلاّ قليلا
“Dan mereka bertanya kepada mu tentang ruh. Katakanlah (Muhammad) : “Ruh itu termasuk urusan Tuhan ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” [al-Quran Surat Al-Isra ayat 85]

Juga firman Nya :
ويسئلونك عن ذى القرنين , قل سأتلواعليكم مّنه ذكرا
“Mereka bertanya kepada mu tentang Dzulkarnain. Katakanlah : “Aku akan bacakan kepada mu cerita tentangnya” [al-Quran Surat Al-Kahfi ayat 83 sampai akhir surat]

Contoh lain nya , firman Allah :
ويسئلونك عن اليتمى , قل إصلاح لّهم خير , وإن تخالطوهم فإخونكم
“Dan mereka bertanya kepada mu tentang anak yatim, katakanlah : “Mengurus urusan mereka secara patut (baik) adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudara mu.” [al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 220]
b. Mengantisipasi masalah dan peristiwa – peristiwa pada masanya, sebagai penjelas hukum Allah Subhanahu wa ta’ala terhadap peristiwa – peristiwa tersebut ketika terjadinya.
Sebagaimana tentang peristiwa Dzihar, peristiwa Dusta terhadap Aisyah, peristiwa Li’an, peristiwa Pengalihan Kiblat dan lain nya.

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala terhadap peristiwa Dusta terhadap Aisyah Radhiyallahuma :
إنّ الّذين جآءوبالإفك عصبة مّنكم , لاتحسبوه شرّالّكم , بل هو خير لّكم , لكلّ امرى مّنهم مّااكتسب من الإثم , والّذى تولّى كبره منهم له عذاب عظيم
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar” [al-Quran Surat an-Nur ayat 11]
c. Adanya keraguan yang merasuki dada orang – orang musyrik. Penurunan al-Quran ini menolak keraguan mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
وقال الّذين كفروا إن هذآ إلاّ إفك افترـه وأعانه عليه قوم ءاخرون , فقد جاءوظلما وزورا
“Dan orang-orang kafir berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain"; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. [al-Quran Surat Al-Furqan ayat 4, baca sampai ayat 9]
d. Memalingkan penglihatan kaum Muslimin dari kesalahan mereka dan mengembalikan nya kepada kebenaran. Hal ini seperti ayat yang berkaitan dengan Perang Uhud dalam firman Nya :
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin Nya…..-sampai ayat 160- [al-Quran Surat Ali Imran ayat 152-160]

Begitu juga tentang Peperangan Hunain yang diceritakan didalam surat at-Taubah ayat 25-27.
e. Menyingkap keadaan orang – orang munafik dan mengoyak/menyingkap tabir rahasia mereka bagi Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dan orang – orang Muslim. Seperti Surat Al-Munafiqun dan surat al-Baqarah.

Ketiga hikmah (no 3) yang mencakup lima kandungan diatas telah ditunjukkan oleh ayat yang mulia dibawah ini :
ولا يأتونك بـمثل إلاّجئنك بالحقّ واحسن تفسيرا
“Tidaklah orang – orang kafir itu datang kepada mu (membawa) sesuatu yang ganjil melainkan Kami datangkan kepada mu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasan nya.” [al-Quran Surat Al-Furqan ayat 33]

---oOo---

9. Keutamaan al-Quran Dibandingkan Seluruh Perkataan Lain nya.
Al-Bukhari berkata, Musaddad menceritakan kepada kami, Yahya menceritakan kepada kami, dari Sufyan, Abdullah bin Dinar menceritakan kepadaku, dia berkata. Aku mendengar Ibnu Umar Radhiyallahu'anhuma meriwayatkan dari Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam, beliau bersabda :
إنّما أجلكم في أجل من خلا من الأمم كما بين شلاة العصر ومغرب الشّمس . ومثلكم ومثل اليهود والنّصارى كمثل رجل استعمل عمّالا , فقال : " من يعمل لي إلى نصف النّهار على قيراط " , فعملت اليهود فقال : " من يعمل لي من نصف النّهار ‘لى العصر على قيراط , فعملت النّصارى . ثمّ أنتم تعملون من العصر إلى المغرب بقيراطين قيراطين , قالوا : نحن أكثر عملا وأقلّ عطاء , قال : هل ظلمتكم من حقّكم شيئا؟ قالو : لا . قال فذاك فضلي أوتيه من شئت [صحيح البخاري : الحديث5021]
"Sesungguhnya masa hidup kalian dibandingkan umat - umat terdahulu seperti antara waktu Ashar dan Maghrib. Perumpamaan kalian dibandingkan Yahudi dan Nasrani, seperti seseorang yang memperkerjakan buruh. Dia berkata : "Siapa yang bersedia bekerja untuk ku sampai siang dengan upah masing - masing satu qirath?" Maka Yahudi pun bersedia bekerja. Lalu dia kembali berkata : "Siapa yang bersedia bekerja untuk ku sampai Ashar?" Kaum Nasrani pun bersedia bekerja. Kemudian kalian bekerja dari Ashar sampai Maghrib dengan upah masing - masing dua qirath. Mereka berkata : "Kenapa kami yang lebih banyak bekerja mendapatkan upah lebih sedikit?" Orang itu berkata : "Apakah aku menzhalimi hak kalian?" Mereka (yahudi dan nasrani) berkata : "Tidak" Dia berkata : "Itulah keutamaan yang Aku berikan kepada orang yang Aku kehendaki." [Shahih al-Bukhari : Hadits no 5021]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
"Korelasi pembahasan ini dengan penjelasan hadits ini adalah bahwa umat Islam, sekalipun usianya pendek - pendek, namun mengungguli umat - umat terdahulu mesikpun usianya panjang. Mereka (Umat Islam) memperoleh keistimewaan ini sebab keberkahan Al-Kitab yang agung ini yakni al-Qur'an yang Allah lebihkan kemuliaan nya mengungguli seluruh kitab yang pernah Allah turunkan. Allah menjadikan nya sebagai saksi atas seluruh kitab yang diturunkan sebelumnya, menghapus dan mengakhiri dengan nya, karena kitab - kitab terdahulu diturunkan ke bumi secara sekaligus sesuai dengan berbagai peristiwa yang dihadapi. Karena kebutuhan yang teramat mendesak akan turun nya al-Qur'an tersebut dan orang yang membutuhkan al-Qur'an segera diturunkan kepadanya. Setiap kali diturunkan (nya al-Qur'an), sama seperti turun nya satu dari sekian banyak kitab terdahulu.

Umat terdahulu yang paling agung adalah kaum Yahudi dan Nasrani, karena nya Allah memerintahkan mereka -Yahudi- untuk beramal sejak masa Nabi Musa hingga masa Nabi Isa, sedangkan kaum Nasrani sejak masa Nabi Isa sampai Allah mengangkat Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam sebagai Rasul, kemudian Allah memerintahkan umatnya untuk beramal hingga hari Kiamat yakni hari yang sama dengan akhir daripada siang.

Allah memberikan umat - umat terdahulu pahala masing - masing satu qirath, sedangkan mereka -yakni Umat Islam- Allah memberi mereka pahala masing - masing dua qirath, dua kali lipat yang diberikan kepada Yahudi dan Nasrani, lalu mereka (yahudi dan nasrani) mengadu " Ya Tuhan kami, kami tidak memiliki amal yang banyak, dan paling sedikit pahalanya? Lalu Allah menjawab : "Apakah aku telah mengurangi pahala kamu sedikitpun?" Mereka menjawab : "Tidak" Maka Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : "Itulah kelebihan Ku, yang Aku berikan kepada orang Ku kehendaki." Sebagaimana firman Allah Ta'ala :
يأيّها الّذين ءامنوا اتّقوا الله وءامنوا برسوله يؤتكم كفلين من رّحمته ويجعل لّكم نوراتـمشون به ويغفرلكم , والله غفور رّحيم . لّئلاّيعلم أهل الكتب ألاّ يقدرون على شىء مّن فضل الله , وأنّ الفضل بيد الله يؤتيه من يشآء , والله ذوالفضل العظيم
"Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli Kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikitpun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." [al-Quran surat Al-Hadiid ayat 28-29]

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.