-->

28 Agustus 2012

Apakah Salafiyun itu suka Berpecah belah...?




oleh: Syaikh Salim bin ‘Id al Hilalli -hafidzhahullah-

Pertanyaan:
Ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya as-Salafiyyun adalah orang-orang yang sering dan senang berpecah belah, seperti yang terjadi di Yaman, atau Arab Saudi, atau Negara lainnya. Apa pendapat Syaikh tentang hal ini?


Jawab :
Syaikh Salim bin ‘Id al Hilali -hafidhzahullah-berkata :
Diantara nama-nama ad-da’wah as-Salafiyyah, ialah Ahlusunnah wal Jama’ah. Sehingga as-Sunnah menyeru kepada persatuan, sedangkan bid’ah menyeru kepada perpecahan. Jadi, as-Salafiyyun mengundang dan mengajak (yang lainnya) kepada persatuan, kesatuan, dan kebersamaan.
Lalu, jika sampai terjadi perselisihan, perpecahan atau pengelompokan-pengelompokan di sebagian Negara-negara, maka sesungguhnya hal ini terjadi karena beberapa sebab; di antaranya lemahnya pemahaman dan adanya cacat dalam memahami manhaj. Karena lemah atau cacat dalam memahami manhaj ini, dapat menyebabkan terjadinya perpecahan.
Seandainya mereka memahami manhaj ini dengan pemahaman yang baik dan benar sebagaimana yang digariskan Islam, diterangkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, dan dijelaskan oleh para ulama, tentu mereka tidak akan berpecah-belah. Karena hubungan para ulama salaf dengan sesama lainnya, adalah hubungan yang saling memperkuat dan menyempurnakan; karena Negara-negara ini semakin meluas dan banyak.
Sedangkan orang-orang yang berijtihad dari kalangan ulama, mereka saling tolong menolong antar sesama mereka, dalam kaidah mempertahankan persatuan dan tidak saling berselisih. Seandainya pun para hizbiyyin mampu menyusup ke tengah-tengah brisan as-Salafiyyun dan mampu memecah belah sebagian as-Salafiyyun, maka kita tidak perlu merasa heran!
Sungguh dahulu kala, seorang Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’ –semoga Allah memeranginya- telah mampu memecah belah para sahabat, hingga akhirnya mereka saling berperang dan saling menumpahkan darah dengan sebab usahanya berupa perusakan, mengadu domba pemecah-belahan, penyebaran syuhubat dan keragu-raguan di tengah-tengah para sahabat.
Berarti, adanya perpecahan atau perelisihan sesama as-Salafiyyun yang kini terjadi di sebagian Negara-negara, hal ini bukan disebabkan ad-da’wah as-Salafiyyiah!
Ad-da’wah as-Salafiyyiah yang benar mengajak manusia kepada persatuan, kesatuan, persahabatan, saling tolong-menolong dan saling membela antara yang satu dengan yang lainnya.
(seperti sabda Nabi Shalallahu alaihi wasalam berikut)
Orang-orang beriman sama darah mereka (dalam qishash atau diyat), mereka kuat dan saling bersatu (tolong-menolong) dalam menghadapi musuh-musuh mereka, dan orang yang terendah dari mereka dapat memberikan perlindungan (keamanan)…(HR Abu Dawud 4/180 no. 4530, an-Nasa’I (8/19, 20, 24 no. 4734, 4735, 4745)
Oleh karena itu, jika terjadi kekeliruan dari sebagian as-Salafiyyun di sebagian Negara, hal ini tidak berarti –sama sekali- bahwa kesalahan ada pada ad-da’wah as-Salafiyyah. Bahkan ad-da’wah as-Salafiyyah berlepas diri dari kesalahan para as-Salafiyyun!
As-Salafiyyun adalah manusia. Mereka bisa benar dan bisa keliru! Maka, kita tidak boleh membawa kesalahan dan kekeliruan sebagian as-Salafiyyun kepada ad-da’wah as-Salafiyyah. Sebagian ulama yang pernah berkunjung ke Eropa ada yang ditanya: “Kalian berkata bahwa Islam adalah agama yang adil, baik dan indah. Tetapi mengapa kami tidak melihat hal tersebut dalam kehidupan orang-orang muslim?
Lalu ia menjawab dengan sebuah jawaban yang bagus: “Jika seoranng hakim salah dalam menghukumi dan mengambil sebuah keputusan, maka apa (itu berarti) sesungguhnya kesalahan undang-undang?”
Jadi, kesalahan dan kekeliruan adalah dari si hakim yang menggunakan dan mempraktekkan undang-umdang, dan bukan kesalahan undang-undang tersebut!
Lagi pula, kesalahan yang kini terjadi adalah dilakukan oleh sebagian as-Salafiyyun saja, dan bukan kesalahan mereka seluruhnya! Ini satu sisi! Sisi lainnya, apakah perpecahan ini hanya terjadi pada as-Salafiyyun saja? Ataukah hal ini merupakan sebuah penyakit yang telah melanda seluruh golongan-golongan, parta-partai dan gerakan-gerakan?
Bahkan tidaklah terbentuk sebuah partai, melainkan lama-kelamaan dalam waktu yang dekat saja –setahun atau dua tahun- akhirnya melahirkan partai-partai baru lainnya!Sebagiannya melaknat sebagian yang lain, saling mengkafirkan, saling berseteru, dan seterusnya.
Sekali lagi, fenomena sosial semacam ini, sebabnya adalah cacat dan kurangnya mereka dalam memahami dan mendalami manhaj dan islam ini.

(syaikh Salim bin ‘Ied al Hilali Hafidzahullah di Jakarta Islamic Center {JIC}, ahad, 23 Muharram 1428 H/11 Februari 2007 M)(diambil dari majalah as-Sunnah : edisi 02/TAHUN XI/1428H/2007)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.