Ayat
Kursi mengandung pelajaran ringkas dan penetapan yang sempurna serta
penjelasan bermanfaat bagi tiga jenis tauhid, yaitu Tauhid Rububiyyah,
Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma’ was Sifat. Ayat ini memadukan
penjelasan tauhid yang tidak didapatkan (secara terpadu) pada ayat-ayat
lain, melainkan pada ayat-ayat yang berbeda. Syaikh ‘Abdurrahman
as-Sa’di berkata: “Ayat ini meliputi Tauhid Uluhiyyah, Rububiyyah,
dan Asma’ was Sifat, juga menjelaskan tentang kekuasaan dan ilmu Allah
yang meliputi segala sesuatu. Di samping itu, menerangkan luasnya ke
kuasaan, kebesaran, kemuliaan, dan keagungan-Nya, serta ketinggian-Nya
atas seluruh makhluk-Nya. Ayat ini dengan kesendiriannya merupakan
‘aqidah dalam Asma’-ul Husna yang mencakup seluruh nama-nama yang indah
dan sifat-sifat yang mulia.” [Tafsiir as-Sa’di. (hlm. 110)]
Ya, dalam memilih ayat ini Ubay telah melihat dengan pandangan yang mendalam. Ini merupakan bukti betapa besarnya kedudukan tauhid di hati para Sahabat. Serupa dengan ini, yaitu yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahiih-nya, dari ‘Aisyah radhiallaahu anha, bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam mengutus seseorang untuk menjadi pimpinan suatu detasemen (satuan pasukan) dan menjadi imam mereka ketika shalat. Setiap kali mengimami mereka, ia senantiasa mengakhiri bacaannya dengan membaca surat al-Ikhlas. Ketika detasemen ini kembali ke Madinah, mereka menceritakan hal itu ke Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. Maka beliau bersabda: “Tanyakan kepadanya mengapa ia berbuat seperti itu?” Mereka pun menanyakannya dan orang itu menjawab: “Karena surat al-Ikhlas itu adalah sifat dari ar-Rahman dan aku senang senantiasa membacanya setiap kali membaca al-Qur-an.” Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: “Kabarkan kepadanya bahwa Allah mencintainya.”
Sahabat itu menyebutkan bahwa alasan dia mengulang bacaan surat al-Ikhlas adalah karena kandungannya terhadap sifat-sifat ar-Rahman. Ini merupakan bukti sempurnanya ilmu para Sahabat dan agungnya kedudukan tauhid di hati mereka. Syaikhul Islam berkata: “Ini mengandung pengertian bahwa disunnahkan membaca ayat-ayat yang mengandung sifat-sifat Allah; Allah mencintainya dan mencintai orang-orang yang cinta terhadapnya.”
[Al-Fataawal Kubra (V/7). Maksudnya, berbeda dengan orang-orang yang merendahkan kedudukan ayat-ayat tauhid].
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Telah diketahui bahwa perbedaan tingkatan antara al-Qur-an dan Kalamullah yang lain bukan berdasarkan pada penisba tannya kepada yang berbicara, karena Allah Maha Esa, tetapi ber dasarkan makna-makna yang disampaikan-Nya dan lafazh yang menjelaskan makna-maknanya. Yang shahih dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bahwa beliau mengutamakan surat al-Faatihah melebihi surat-surat yang lain. Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya belum pernah turun ke dalam Taurat, Injil, dan tidak pula al-Qur-an surat yang seperti itu (surat al- Faatihah).’ [HR. At-Tirmidzi (no. 2875)].
Adapun ayat yang diutamakan adalah ayat Kursi, beliau bersabda kepada Ubay bin Ka’ab dalam sebuah hadits yang shahih: ‘Tahukah kamu, ayat apakah yang paling agung dalam Kitabullah?’ Ubay menjawab:
اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Al-Baqarah: 255)
Maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menepuk dada Ubay seraya berkata: “Selamat atas ilmu yang kamu miliki, wahai, Abul Mundzir.” Tidak ada satu pun ayat al-Qur-an yang cakupan isinya seperti yang tercakup dalam ayat Kursi. Sesungguhnya Allah telah menyebutkan (cakupan isinya) di awal surat al-Hadiid dan akhir surat al-Hasyr dalam beberapa ayat, bukan hanya dalam satu ayat.”
[Jawaabu Ahlil ‘Ilmi wal Iimaan bi Tahqiiqi maa Akhbara bihi Rasuulur Rahmaan min anna “Qul Huwallaahu Ahad” Ta’dilu Tsulutsal Qur-aan, Ibnu Taimiyah (hlm. 133)].
Ibnul Qayyim berkata: “Sudah pasti, bahwa firman-Nya yang berisikan pujian untuk Dzat-Nya, yang di dalamnya Dia menyebutkan sifat-sifat-Nya serta tauhid-Nya, adalah lebih baik daripada firman-Nya yang berisikan celaan kepada musuh-musuh-Nya dan yang menyebutkan ciri-ciri mereka. Oleh karena itu, surat al-Ikhlas lebih utama daripada surat
al-Lahab. Surat al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga al-Qur-an, sedangkan ayat Kursi adalah ayat yang paling agung di dalam al-Qur-an.”
[Syifaa-ul ‘Aliil, Ibnul Qayyim (II/744)]
Sumber:
Keagungan Nilai-Nilai Tauhid dalam Ayat Kursi
Penulis : Syaikh 'Abdurrazzaq bin 'Abdul Muhsin al-Badr
Halaman : 7 - 10 Cet. I Juni 2007
Penerbit : Pustaka Imam Asy-Syafi'i Jakarta
Ya, dalam memilih ayat ini Ubay telah melihat dengan pandangan yang mendalam. Ini merupakan bukti betapa besarnya kedudukan tauhid di hati para Sahabat. Serupa dengan ini, yaitu yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahiih-nya, dari ‘Aisyah radhiallaahu anha, bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam mengutus seseorang untuk menjadi pimpinan suatu detasemen (satuan pasukan) dan menjadi imam mereka ketika shalat. Setiap kali mengimami mereka, ia senantiasa mengakhiri bacaannya dengan membaca surat al-Ikhlas. Ketika detasemen ini kembali ke Madinah, mereka menceritakan hal itu ke Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. Maka beliau bersabda: “Tanyakan kepadanya mengapa ia berbuat seperti itu?” Mereka pun menanyakannya dan orang itu menjawab: “Karena surat al-Ikhlas itu adalah sifat dari ar-Rahman dan aku senang senantiasa membacanya setiap kali membaca al-Qur-an.” Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: “Kabarkan kepadanya bahwa Allah mencintainya.”
Sahabat itu menyebutkan bahwa alasan dia mengulang bacaan surat al-Ikhlas adalah karena kandungannya terhadap sifat-sifat ar-Rahman. Ini merupakan bukti sempurnanya ilmu para Sahabat dan agungnya kedudukan tauhid di hati mereka. Syaikhul Islam berkata: “Ini mengandung pengertian bahwa disunnahkan membaca ayat-ayat yang mengandung sifat-sifat Allah; Allah mencintainya dan mencintai orang-orang yang cinta terhadapnya.”
[Al-Fataawal Kubra (V/7). Maksudnya, berbeda dengan orang-orang yang merendahkan kedudukan ayat-ayat tauhid].
Karena kedudukan tauhid menempati posisi yang paling agung, maka ayat-ayat tauhid adalah ayat yang paling agung dan surat-surat yang menceritakan tentang tauhid adalah surat-surat yang paling utama. Ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur-an bertingkat-tingkat kedudukannya berdasarkan lafazh dan maknanya, bukan berdasarkan siapa yang mengucapkan.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Telah diketahui bahwa perbedaan tingkatan antara al-Qur-an dan Kalamullah yang lain bukan berdasarkan pada penisba tannya kepada yang berbicara, karena Allah Maha Esa, tetapi ber dasarkan makna-makna yang disampaikan-Nya dan lafazh yang menjelaskan makna-maknanya. Yang shahih dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bahwa beliau mengutamakan surat al-Faatihah melebihi surat-surat yang lain. Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya belum pernah turun ke dalam Taurat, Injil, dan tidak pula al-Qur-an surat yang seperti itu (surat al- Faatihah).’ [HR. At-Tirmidzi (no. 2875)].
Adapun ayat yang diutamakan adalah ayat Kursi, beliau bersabda kepada Ubay bin Ka’ab dalam sebuah hadits yang shahih: ‘Tahukah kamu, ayat apakah yang paling agung dalam Kitabullah?’ Ubay menjawab:
اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Al-Baqarah: 255)
Maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menepuk dada Ubay seraya berkata: “Selamat atas ilmu yang kamu miliki, wahai, Abul Mundzir.” Tidak ada satu pun ayat al-Qur-an yang cakupan isinya seperti yang tercakup dalam ayat Kursi. Sesungguhnya Allah telah menyebutkan (cakupan isinya) di awal surat al-Hadiid dan akhir surat al-Hasyr dalam beberapa ayat, bukan hanya dalam satu ayat.”
[Jawaabu Ahlil ‘Ilmi wal Iimaan bi Tahqiiqi maa Akhbara bihi Rasuulur Rahmaan min anna “Qul Huwallaahu Ahad” Ta’dilu Tsulutsal Qur-aan, Ibnu Taimiyah (hlm. 133)].
Ibnul Qayyim berkata: “Sudah pasti, bahwa firman-Nya yang berisikan pujian untuk Dzat-Nya, yang di dalamnya Dia menyebutkan sifat-sifat-Nya serta tauhid-Nya, adalah lebih baik daripada firman-Nya yang berisikan celaan kepada musuh-musuh-Nya dan yang menyebutkan ciri-ciri mereka. Oleh karena itu, surat al-Ikhlas lebih utama daripada surat
al-Lahab. Surat al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga al-Qur-an, sedangkan ayat Kursi adalah ayat yang paling agung di dalam al-Qur-an.”
[Syifaa-ul ‘Aliil, Ibnul Qayyim (II/744)]
Sumber:
Keagungan Nilai-Nilai Tauhid dalam Ayat Kursi
Penulis : Syaikh 'Abdurrazzaq bin 'Abdul Muhsin al-Badr
Halaman : 7 - 10 Cet. I Juni 2007
Penerbit : Pustaka Imam Asy-Syafi'i Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar