Sebelum
anda mengikuti suatu metode atau jalan, maka salah satu yang harus
anda ketahui adalah; arti, maksud atau tujuan dari perkara tersebut,
dan salah satu sebab kebingungan seseorang bisa dikarenakan, tidak
mengetahui jalan mana yang harus ditempuh atau bisa juga dia berjalan
tanpa tujuan yang jelas atau bisa juga dia berjalan tanpa disertai
adanya suatu petunjuk yang benar, apalagi sekarang ini begitu banyak
jalan atau metode orang-orang dalam mengajak dan mengadakan perbaikan
umat.
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Al-Halabi dalam Muqadimah buku Tasfiyah wa Tarbiyah mengatakan:
Akan
tetapi bagaimana "kembali kepada agama" ini bisa tercapai, ketika
begitu banyak manhaj (jalan/metode) muslihin (orang-orang yang
mengadakan perbaikan umat), metoda para da’i berbeda-beda dan metoda
orang-orang yang berusaha menyelamatkan umat juga berbeda-beda!?
Diantara
mereka ada yang melakukan sistem ceramah semata, diantara mereka ada
yang cenderung berkelana di dunia ....., diantara mereka ada yang
berkecimpung di jalur politik dan bergaul dengan politikus ......., di
antara mereka ada yang melakukan pengkaderan, pelatihan pasukan .......,
di antara mereka ada yang menapaki jalan-jalan sosial ......, di
antara mereka ada yang menjalani thariqah-thariqah shufiyah ......, di
antara mereka ada orang-orang formal yang selalu mengikuti para
pemimpin mereka dengan (sikap) mendengar dan taat ......, di antara
mereka ada para akademisi yang pekerjaan mereka adalah ilmu-ilmu kering
dan kosong dari ruh agama ....., di antara mereka ada orang-orang yang
bimbang ...., di antara mereka ada orang-orang yang berlebihan
menggunakan akalnya di zaman ini ...., di antara mereka ada orang-orang
bersemangat yang revolusioner, dan banyak lagi yang lainnya .... yang
telah ada dan yang akan ada ......
Saya katakan (Syaikh Ali
Hasan): "Sesungguhnya orang yang memikirkan dan memperhatikan
hadits-hadits Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam akan mengetahui dengan
benar jalan kembali itu, dan hal itu diisyaratkan dengan jelasnya
dalam sabda beliau Shallallahu ’alaihi wa sallam.
"Artinya : Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian orang-orang yang mengiringi mereka, kemudian orang-orang yang mengiringi mereka" [Diriwayatkan oleh al-Bukhari 5/191 dan Muslim 2533 dari Ibnu Mas’ud]
Karena
sesungguhnya orang yang mengamati peristiwa-peristiwa pada masa lalu
akan melihat dengan jelas, bahwa manusia yang paling berpegang teguh
pada jalan tiga generasi yang telah disaksikan kebaikannya oleh Nabi
Shallallahu ’alaihi wa sallam, adalah Ahlul hadits.
Maka Siapakah Ahlul Hadits itu ?
Mereka
adalah siapa saja yang meniti "manhaj" (jalan terang) para sahabat dan
para pengikut mereka dengan baik, berpegang teguh kepada al-Kitab dan
as-Sunnah serta menggigit keduanya dengan gigi geraham, kemudian
mendahulukan keduanya di atas seluruh perkataan dan petunjuk, baik dalam
hal aqidah, ibadah, muamalah-akhlaq atau politik dan sosial. Mereka
kokoh dalam ushuluddin (pokok-pokok agama) dan furu’ (cabang-cabang)nya
di atas apa yang Allah turunkan dan wahyukan kepada hamba-Nya dan
rasul-Nya, Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam. Dan mereka
melaksanakan dakwah menuju hal itu dengan seluruh kesungguhan, kejujuran
dan keteguhan. Mereka adalah orang yang memusatkan perhatian mereka
kepada firman Allah.
"Artinya : Dan berpegang teguhlah kamu kepada tali Allah semuanya, dan janganlah kamu berpecah belah" [Ali Imran : 103]
...dst....
[Disalin dari buku Tasfiyah dan Tarbiyah, Upaya Meraih Kejayaan Umat, Pustaka Imam Bukhari]
Kemudian,
untuk menambah penjelasan secara bahasa, istilah dan periodasi zaman
tentang apa yang dimaksud Manhaj Salafi. Dalam kesempatan ini akan saya
salinkan penjelasan tentang apa itu istilah Salaf dan apa itu
Salafiyah, yang diambil dari kitab ’Limadza Ikhtartu Al-Manhaj
as-Salafy (Mengapa Memilih Manhaj Salaf) oleh Syaikh Abu Usamah Salim
bin ’Ied Al-Hilaly, Pustaka Imam Bukhari.
SALAF DAN SALAFIYAH SECARA BAHASA, ISTILAH DAN PERIODISASI ZAMAN,[hal,34-41]
Saya menginginkan orang yang berjalan di atas manhaj salaf dengan ilmu, dan ini syaratnya:
"Artinya: Katakanlah
: Inilah (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik" [Yusuf: 108]
Untuk
mengetahui bahwa penunjukkan dan pecahan kata ini mengalahkan ikatan
fanatisme kelompok yang merusak dan melampui lorong sempit kerahasiaan
karena dia itu sangat jelas seperti jelasnya matahari di siang hari.
"Artinya: Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang salih dan berkata: ’Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri" [Fush shilat : 33]
Kata salaf secara bahasa bermakna orang yang telah terdahulu dalam ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan.
Berkata
Ibnul Mandzur (Lisanul Arab 9/159) : Salaf juga berarti orang-orang
yang mendahului kamu dari nenek moyang, orang-orang yang memiliki
hubungan kekerabatan denganmu dan memiliki umur lebih serta keutamaan
yang lebih banyak. Oleh karena itu, generasi pertama dari Tabi’in
dinamakan As-Salafush Shalih.
Saya berkata: Dan dengan makna ini
adalah perkataan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam kepada
putrinya Fathimah Radhiyallahu ’anha. "Artinya: Sesungguhnya sebaik-baik pendahulu (salaf) bagimu adalah aku" [Hadits Shahih Riwayat Muslim No. 2450]
Dan
diriwayatkan dari beliau Shallallahu ’alihi wa sallam bahwa beliau
berkata kepada putri beliau Zainab Radhiyallahu ’anha ketika dia
meninggal. "Artinya: Susullah salaf shalih (pendahulu kita yang sholeh) kita Utsman bin Madz’un"
[Hadits Shahih Riwayat Ahmad 1/237-238 dan Ibnu Saad dalam Thobaqaat
8/37 dan di shahihkan oleh Ahmad Syakir dalam Syarah Musnad No. 3103,
akan tetapi dimasukkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Dhoifh No. 1715]
Adapun
secara istilah, maka dia adalah sifat pasti yang khusus untuk para
sahabat ketika dimutlakkan dan yang selain mereka diikutsertakan karena
mengikuti mereka.
Al-Qalsyaany berkata dalam Tahrirul Maqaalah
min Syarhir Risalah (q 36) : As-Salaf Ash-Shalih adalah generasi
pertama yang mendalam ilmunya lagi mengikuti petunjuk Rasulullah dan
menjaga sunnahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih mereka untuk
menegakkan agamaNya dan meridhoi mereka sebagai imam-imam umat. Mereka
telah benar-benar berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
menghabiskan umurnya untuk memberikan nasihat dan manfaat kepada umat,
serta mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan-Nya.
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji mereka dalam kitabNya dengan firmanNya.
"Artinya : Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka" [Al-Fath: 29]
Dan firman Allah.
"Artinya : (Juga)
bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan
dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan
keridhaan(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah
orang-orang yang benar" [Al-Hasyr : 8]
Di dalam ayat
ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut kaum muhajirin dan Anshor
kemudian memuji ittiba’ (sikap ikut) kepada mereka dan meridhoi hal
tersebut demikian juga orang yang menyusul setelah mereka dan Allah
Subahanahu wa Ta’ala mengancam dengan adzab orang yang menyelisihi
mereka dan mengikuti jalan selain jalan mereka, maka Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman.
"Artinya: Dan barangsiapa yang menentang
Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang-orang mu’min. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan
yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali" [An-Nisa’: 115]
Maka
merupakan suatu kewajiban mengikuti mereka pada hal-hal yang telah
mereka nukilkan dan mencontoh jejak mereka pada hal-hal yang telah
mereka amalkan serta memohonkan ampunan bagi mereka, Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman.
"Artinya: Dan orang-orang yang datang
sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berkata : "Ya Rabb kami,
beri ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih
dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" [Al-Hasyr : 10]
Istilah ini pun diakui oleh orang-orang terdahulu dan mutaakhirin dari ahli kalam.
Al-Ghazaali
berkata dalam kitab Iljaamul Awaam an Ilmil Kalaam hal 62 ketika
mendefnisikan kata As-Salaf : Saya maksudkan adalah madzhab sahabat dan
tabiin.
Al-Bajuuri berkata dalam kitab Syarah Jauharuttauhid
hal. 111 : Yang dimaksud dengan salaf adalah orang-orang yang terdahulu
yaitu para Nabi, sahabat, tabi’in dan tabiit-tabiin.
Istilah
inipun telah dipakai oleh para ulama pada generasi-generasi yang utama
untuk menunjukkan masa shohabat dan manhaj mereka, diantaranya:
[1].
Berkata Imam Bukhari (6/66 Fathul Bariy) : Rasyid bin Sa’ad berkata:
Dulu para salaf menyukai kuda jantan, karena dia lebih cepat dan lebih
kuat.
Al-Hafidz Ibnu Hajar menafsirkan perkataan Rasyid ini dengan mengatakan: Yaitu dari para sahabat dan orang setelah mereka.
Saya
berkata : Yang dimaksud adalah shahabat karena Rasyid bin Saad adalah
seorang Tabi’in maka sudah tentu yang dimaksud di sini adalah shahabat.
[2].
Berkata Imam Bukhari (9/552 Fathul Bariy) : Bab As-Salaf tidak pernah
menyimpan di rumah atau di perjalanan mereka makanan daging dan yang
lainnya.
Saya berkata; Yang dimaksud adalah shahabat.
[3].
Imam Bukhari berkata (1/342 Fathul Bariy) : Dan Az-Zuhri berkata
tentang tulang-tulang bangkai seperti gajah dan yang sejenisnya : Saya
menjumpai orang-orang dari kalangan ulama Salaf bersisir dan berminyak
dengannya dan mereka tidak mempersoalkan hal itu.
Saya berkata: Yang dimaksud adalah sahabat karena Az-Zuhri adalah seorang tabi’in.
[4].
Imam Muslim telah mengeluarkan dalam Muqadimah shahihnya hal.16 dari
jalan periwayatan Muhammad bin Abdillah, beliau berkata aku telah
mendengar Ali bin Syaqiiq berkata; Saya telah mendengar Abdullah bin
Almubarak berkata - di hadapan manusia banyak- : Tinggalkanlah hadits
Amru bin Tsaabit, karena dia mencela salaf.
Saya berkata: Yang dimaksud adalah sahabat.
[5].
Al-Uza’iy berkata: Bersabarlah dirimu di atas sunnah, tetaplah
berdiri di tempat kaum tersebut berdiri, katakanlah sebagaimana yang
mereka katakan, tinggalkanlah apa yang mereka tinggalkan dan tempuhlah
jalannya As-Salaf Ash-Shalih, karena akan mencukupi kamu apa saja yang
mencukupi mereka [Dikeluarkan oleh Al-Aajury dalam As-Syari’at hal.57]
Saya
berkata: Yang dimaksud adalah sahabat. Oleh karena itu, kata As-Salaf
telah mengambil makna istilah ini dan tidak lebih dari itu. Adapun dari
sisi periodisasi (perkembangan zaman), maka dia dipergunakan untuk
menunjukkan generasi terbaik dan yang paling benar untuk dicontoh dan
diikuti, yaitu tiga generasi pertama yang telah dipersaksikan dari lisan
sebaik-baiknya manusia Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam bahwa
mereka memiliki keutamaan dengan sabdanya.
"Artinya: Sebaik-baik
manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya kemudian
generasi sesudahnya lagi kemudian datang kaum yang syahadahnya salah
seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului
syahadahnya" [Dan dia adalah hadits Mutawatir akan datang Takhrijnya]
Akan
tetapi periodisasi ini kurang sempurna untuk membatasi pengertian
salaf ketika kita lihat banyak dari kelompok-kelompok sesat telah
muncul pada zaman-zaman tersebut, oleh karena itu keberadaan seseorang
pada zaman tersebut tidaklah cukup untuk menghukum keberadaannnya di
atas manhaj salaf kalau tidak sesuai dengan para sahabat dalam memahami
Al-Kitab dan As-Sunnah. Oleh karena itu para Ulama mengkaitkan istilah
ini dengan As-Salaf Ash-Shalih.
Dengan ini jelaslah bahwa
istilah Salaf ketika dipakai tidaklah melihat kepada dahulunya zaman
akan tetapi melihat kepada para sahabat Nabi dan yang mengikuti mereka
dengan baik. Dan diatas tinjauan inilah dipakai istilah salaf yaitu
dipakai untuk orang yang menjaga keselamatan aqidah dan manhaj di atas
pemahaman Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabatnya
Radhiyallahu ‘anhum sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan.
Adapun
nisbat Salafiyah adalah nisbat kepada Salaf dan ini adalah penisbatan
terpuji kepada manhaj yang benar dan bukanlah madzhab baru yang
dibuat-buat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata
dalam Majmu’ Fatawa 4/149: Tidak ada celanya atas orang yang
menampakkan manhaj Salaf, menisbatkan kepadanya dan bangga dengannya,
bahkan pernyataan itu wajib diterima menurut kesepakatan Ulama, karena
madzhab Salaf tidak lain adalah kebenaran itu sendiri.
Sebagian
orang dari orang yang mengerti akan tetapi berpaling ketika menyebut
Salafiyah, mereka terkadang menyangka bahwa Salafiyah adalah
perkembangan baru dari Jama’ah Islamiyah yang baru yang melepaskan diri
dari lingkungan Jama’ah Islam yang satu dengan mengambil untuk dirinya
satu pengertian yang khusus dari makna nama ini saja sehingga berbeda
dengan kaum muslimin yang lainnya dalam masalah hukum,
kecenderungan-kecenderungan bahkan dalam tabia’at dan norma-norma etika
(akhlak).[1]
Tidaklah demikian itu ada dalam manhaj salafi,
karena salafiyah adalah Islam yang murni (bersih) secara sempurna dan
menyeluruh baik kitab maupun sunnah dari pengaruh-pengaruh endapan
peradaban lama dan warisan kelompok-kelompok sesat yang beraneka ragam
sesuai dengan pemahaman Salaf yang telah dipuji oleh nash-nash al-Kitab
dan As-Sunnah.
Prasangka itu hanyalah rekaan prasangka salah
dari suatu kaum yang tidak menyukai kata yang baik dan penuh barokah
ini, yang asal kata ini memiliki hubungan erat dengan sejarah umat
Islam sampai bertemu generasi awal, sehingga mereka menganggap bahwa
kata ini dilahirkan dari gerakan pembaharuan yang dikembangkan oleh
Jamaluddin Al-Afghaniy dan Muhammad Abduh pada masa penjajahan Inggris
di Mesir.[2]
Orang yang menyatakan persangkaan ini atau yang
menukilkannya tidak mengetahui sejarah kata ini yang bersambung dengan
As-Salaf Ash-Shalih secara makna, pecahan kata dan periodisasi. Padahal
para ulama terdahulu telah mensifatkan setiap orang yang mengikuti
pemahaman para sahabat dalam aqidah dan manhaj dengan Salafi. Seperti
ahli sejarah Islam Al-Imam Adz-Dzahaabiy dalam Siyar ’Alam an-Nubala
16/457 menukil perkataan Ad-Daruquthniy: Tidak ada sesuatu yang paling
aku benci melebihi ilmu kalam. Kemudian Adz-Dzahaabiy berkata: Dia
tidak masuk sama sekali ke dalam ilmu kalam dan jidal (ilmu debat) dan
tidak pula mendalami hal itu, bahkan di adalah seorang Salafi.
Foote Note.
[1]Lihatlah
tulisan Dr. Al-Buthiy dalam kitabnya As-Salafiyah Marhalatun
Zamaniyatun Mubarokatun La Madzhabun Islamiyatun, kitab ini lahiriyahnya
rahmat tetapi sebaliknya merupakan adzab:
[a]Dia
berusaha mencela As-Salaf dalam manhaj ilmiyah mereka dalam talaqiy,
pengambilan dalil (istidlal) dan penetapan hukum (istimbath), dengan
demikian dia telah menjadikan mereka seperti orang-orang ummiy yang
tidak mengerti Al-Kitab kecuali hanya dengan angan-angan.
[b]Dia
telah menjadikan manhaj Salaf (As-Salafiyah) fase sejarah yang telah
lalu dan hilang tidak akan kembali ada kecuali kenangan dan angan-angan.
[c]Mengklaim
bid’ahnya intisab (penisbatan) kepada salaf, maka dia telah
mengingkari satu perkara yang sudah dikenal dan tersebar sepanjang
zaman secara turun temurun.
[d]Dia berputar seputar
manhaj Salaf dalam rangka membenarkan madzhab khalaf dimana akhirnya
dia menetapkan bahwa manhaj khalaf adalah penjaga dari kesesatan hawa
nafsu dan menyembunyikan kenyataan-kenyataan sejarah yang membuktikan
bahwa manhaj khalaf telah mengantar kepada kerusakan peribadi muslim
dan pelecehan manhaj Islam.
[2]Dakwaan-dakwaan ini memiliki beberapa kesalahan:
[a]Gerakan
yang dipelopori oleh Jamaludin Al-Afghaniy dan Muhammad Abduh bukanlah
salafiyah akan tetapi dia adalah gerakan aqliyah khalafiyah dimana
mereka menjadikan akal sebagai penentu daripada naql (nash-nash Al-Kitab
dan As-Sunnah).
[b]Telah muncul penelitian yang banyak
seputar hakikat Al-Afghaniy dan pendorong gerakannya yang memberikan
syubhat (keraguan) yang banyak seputar sosok ini yang membuat orang
yang memperhatikan sejarahnya untuk was-was dan berhati-hati darinya.
[c]Bukti-bukti
sejarah telah menegaskan keterlibatan Muhammad Abduh pada gerakan
Al-Masuniyah dan dia dianggap tertipu oleh propagandanya dan tidak
mengerti hakikat gerakan Masoni tersebut.
[d]Pengkaitan
As-Salafiyah dengan gerakan Al-Afghaniy dan Muhammad Abduh adalah
tuduhan jelek terhadapnya walaupun secara tersembunyi dari apa yang
telah dituduhkan mereka kepadanya dari keterikatan dan motivasi yang
tidak jelas.
28 Agustus 2012
Manhaj Salaf
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar