-->

25 Agustus 2012

Sebab-Sebab Kebinasaan Umat Terdahulu



Di antara sifat orang yang bijaksana adalah bercermin dari sebuah pengalaman. Bahkan, hal itu adalah salah satu sifat seorang mukmin. Memang indah wejangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau bersabda,

لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ

“Tidaklah seorang muslim tersengat bisa dari satu lubang (binatang buas) sebanyak dua kali.” [1]

Sungguh, dalam kisah umat-umat terdahulu, terdapat pelajaran yang sangat mendalam dan renungan yang harus selalu menggetarkan hati orang-orang yang hidup setelah mereka.


Bagaimana tidak, kisah-kisah kehancuran mereka diuraikan pada berbagai surah dalam Al-Qur`an. Kemudian, Allah
‘Azza wa Jalla memberi peringatan kepada umat ini dengan nasihat yang sangat mendalam. Di antaranya, Allah Jalla fi ‘Ulahu berfirman,

فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ. أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ.

“Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zhalim, sehingga bangunan-bangunannya runtuh, dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (tidak berpenghuni). Maka, tidak pernahkah mereka berjalan di muka bumi sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, atau telinga mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, melainkan yang buta ialah hati yang berada di dalam dada.” [Al-Hajj: 45-46]

Juga dalam firman-Nya,

أَوَلَمْ يَهْدِ لِلَّذِينَ يَرِثُونَ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ أَهْلِهَا أَنْ لَوْ نَشَاءُ أَصَبْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَنَطْبَعُ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ. تِلْكَ الْقُرَى نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَائِهَا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا بِمَا كَذَّبُوا مِنْ قَبْلُ كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِ الْكَافِرِينَ. وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِمْ مِنْ عَهْدٍ وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ.

“Atau apakah belum jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negeri sesudah penduduk (negeri) itu (lenyap)? Bahwa kalau menghendaki, pastilah Kami mengadzab mereka karena dosa-dosa mereka; dan Kami mengunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran)? Demikianlah negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu. Kami menceritakan sebagian kisahnya kepadamu. Sungguh rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka tidak (juga) beriman kepada sesuatu yang telah mereka dustakan sebelumnya. Demikianlah Allah mengunci hati-hati orang-orang kafir. Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati bahwa kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” [Al-A’raf: 100-102]

Allah
‘Azza wa Jalla berfirman,

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ. ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ.

“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kalian ketika mereka berbuat kezhaliman, padahal para rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berbuat dosa. Kemudian, Kami menjadikan kalian sebaagai pengganti-pengganti setelah mereka di muka bumi supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat.” [Yunus: 13-14]

Juga Allah
Al-‘Aliyyu Al-Kabir menyatakan,

ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْقُرَى نَقُصُّهُ عَلَيْكَ مِنْهَا قَائِمٌ وَحَصِيدٌ. وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ لَمَّا جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ. وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ. إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِمَنْ خَافَ عَذَابَ الْآخِرَةِ ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ.

“Itulah beberapa berita tentang negeri-negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu sebagian masih memiliki bekas-bekas, ada (pula) yang telah musnah. Dan tidaklah Kami menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Oleh karena itu, sesembahan apapun yang mereka seru yang bukan Allah tiadalah bermanfaat sedikit pun bagi mereka tatkala perintah (adzab) Rabb-mu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah sesuatu kepada mereka, kecuali kebinasaan belaka. Dan demikianlah adzab Rabb-mu apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya sangatlah pedih lagi keras. Sesungguhnya, pada keadaan yang demikian itu, benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat. Itulah hari ketika semua manusia dikumpul untuk (menghadap kepada-)Nya, dan itulah hari yang disaksikan (oleh seluruh makhluk). [Hud: 100-103]

Rabbul ‘Izzah
menyatakan,

وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ أَغْرَقْنَاهُمْ وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًا. وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا. وَكُلًّا ضَرَبْنَا لَهُ الْأَمْثَالَ وَكُلًّا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا.

“Dan (Kami telah membinasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan para rasul. Kami menenggelamkan mereka dan menjadikan (kisah) mereka itu sebagai pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan adzab yang pedih bagi orang-orang zhalim; dan (Kami telah membinasakan) kaum ‘Ad, Tsamud, dan penduduk Rass, serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan, dan masing-masing benar-benar telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.” [Al-Furqan: 37-39]

Banyak lagi nash-nash ayat Al-Qur`an yang mengingatkan tentang kehancuran umat-umat sebelum kita.


Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menerangkan berbagai bentuk kebinasaan umat-umat yang telah berlalu dalam sejumlah hadits yang telah dimaklumi dalam pembahasan ini.
Mengingat pentingnya pembahasan ini, dan agar tidak mengikuti jejak umat-umat terdahulu sehingga kita tidak terjatuh ke dalam jurang kebinasaan yang sama, mungkin akan menjadi hal yang sangat berharga dan bekal yang sangat bermakna bila kita menelusuri berbagai hal yang mengakibatkan mereka berkubang kehancuran dan kebinasaan tersebut.

Berikut uraian beberapa hal yang mengakibatkan kehancuran umat-umat terdahulu.

Pertama: Kafir terhadap Nikmat dan Tidak Mensyukuri Nikmat

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan,

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ.

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Oleh karena itu, Allah menimpakan bencana kelaparan dan ketakutan kepada mereka disebabkan oleh perbuatan mereka.” [An-Nahl: 112]

Allah juga menjelaskan keadaan kaum Sab
a` dalam firman-Nya,

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ. فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ. ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ.

“Sesungguhnya bagi kaum Saba`, ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun yang berada di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Dikatakan kepada mereka), ‘Makanlah kalian berupa rezeki yang Rabb kalian (anugerahkan) dan bersyukurlah kalian kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabb-mu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun.’ Akan tetapi, mereka berpaling maka Kami mendatangkan banjir besar kepada mereka dan mengganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pepohonan) yang berbuah pahit, pohon Atsl, dan sedikit pohon Sidr. Demikianlah, Kami membalas mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan adzab (yang demikian itu), kecuali hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. [Saba`: 15-17]

Ketahuilah, bahwa salah satu penyebab turunnya siksaan adalah hilangnya kesyukuran terhadap nikmat-nikmat Allah. Allah
Jalla Jalaluhu berfirman,

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا.

“Mengapa Allah menyiksa kalian jika kalian bersyukur dan beriman? Dan adalah Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” [An-Nisa`: 147]

Makna ayat di atas adalah bahwa
Allah tidak akan menyiksa kalian sepanjang kalian selalu bersyukur dan beriman kepada-Nya. Jadi, ketika kalian tidak bersyukur dan tidak beriman, Allah akan menyiksa kalian.
Kedua: Menyelisihi Perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah ‘Azzat ‘Azhamatuhu mengingatkan kisah kaum ‘Ad dalam firman-Nya,

وَتِلْكَ عَادٌ جَحَدُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَعَصَوْا رُسُلَهُ وَاتَّبَعُوا أَمْرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ. وَأُتْبِعُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا إِنَّ عَادًا كَفَرُوا رَبَّهُمْ أَلَا بُعْدًا لِعَادٍ قَوْمِ هُودٍ.

“Dan demikianlah (kisah) kaum ‘Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka, mendurhakai rasul-rasul Allah, dan menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran). Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini begitu pula pada hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum ‘Ad itu kafir kepada Rabb mereka. Ingatlah, binasalah kaum ‘Ad, (yaitu) kaum Hud itu. [Hud: 59-60]

Kepada umat ini, Allah
‘Azza wa Jalla mengingatkan,

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.

“Maka, hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab pedih.” [An-Nur: 63]
Ketiga: Perbuatan Kezhaliman

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا.

“Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zhalim, dan Kami telah menetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” [Al-Kahf: 59]

Allah juga mengingatkan kebinasaan sejumlah umat-umat terdahulu dalam Tanzil-Nya,

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ.

“Maka, Kami menyiksa tiap-tiap (mereka itu) disebabkan oleh dosanya. Di antara mereka, ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, di antara mereka, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan Allah sekali-kali tidak hendak menzhalimi mereka, tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri.” [Al-‘Ankabut: 40]

Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengingatkan,

اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ

“Berhati-hatilah kalian terhadap kezhaliman karena kezhaliman adalah kegelapan di atas kegelapan pada hari kiamat. Berhati-hatilah kalian terhadap kekikiran karena kekikiran itulah yang membinasakan orang-orang sebelum kalian, membuat mereka menumpahkan darah antara sesama mereka, dan menghalalkan kehormatan mereka.” [2]

Ingatlah, bahwa kezhaliman ada tiga jenis:

  1. Kezhaliman terbesar, yaitu perbuatan kesyirikan.
  2. Kezhaliman antara hamba dan Rabb-nya, yaitu dosa-dosa selain kesyirikan.
  3. Kezhaliman antara sesama makhluk.

Keempat: Banyaknya Kerusakan dan Kebejatan

Allah Jalla Jalaluhu berfirman,

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا.

“Dan jika hendak membinasakan suatu negeri, Kami memerintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kefasikan dalam negeri itu maka sudah sepantasnya perkataan (ketentuan Kami) berlaku terhadapnya, kemudian Kami menghancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” [Al-Isra`: 16]

Pada suatu malam, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam terjaga dari tidur beliau, lalu bersabda kepada Zainab bintu Jahsy radhiyallahu ‘anha,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مِثْلُ هَذِهِ

La Ilaha Illallah, celakalah orang-orang Arab berupa kejelekan yang telah dekat. Sungguh telah terbuka, pada hari ini, besi kurungan Ya’juj dan Ma’juj sebesar ini (Perawi melingkarkan ibu jari dan jari tengahnya).”
Zainab bintu Jahsy radhiyallahu ‘anha bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami akan dibinasakan, sementara orang-orang shalih berada di tengah-tengah kita?”
Beliau menjawab,

نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ

“Iya, apabila kebejatan sudah sangat banyak.” [3]
Kelima: Perbuatan Dosa dan Maksiat

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ.

“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal Kami telah meneguhkan (kedudukan) mereka di muka bumi dengan (keteguhan) yang belum pernah Kami berikan kepada kalian, serta Kami mencurahkan hujan lebat atas mereka dan menjadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami membinasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami menciptakan generasi lain sesudah mereka.” [Al-An’am: 6]
Keenam: Berlomba-Lomba dalam Menggapai Dunia

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ. وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang saya khawatirkan terhadap kalian. Akan tetapi, saya mengkhawatirkan bahwa dunia akan dihamparkan untuk kalian sebagaimana telah dihamparkan untuk umat-umat sebelum kalian, kemudian kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana orang-orang sebelum kalian berlomba-berlomba mendapatkannya, kemudian kalian pun dibinasakan oleh dunia itu sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah dibinasakan olehnya.” [4]

Itulah harta yang melalaikan banyak manusia. Manusia telah lupa, bahwa harta adalah amanah dan nikmat yang akan dipertanggungjawabkan, sehingga berbuat melampaui batas dalam kehidupannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan,

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ.

“Dan jika Allah melapangkan rezeki hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di muka bumi, tetapi Dia menurunkan sesuai dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” [Asy-Syura: 27]

Allah
Jalla Jalaluhu juga mengingatkan,

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى. أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى.

“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas karena melihat dirinya yang serba cukup.” [Al-‘Alaq: 6-7]
Ketujuh: Bermuamalah dengan Cara Riba dan Tersebarnya Perzinahan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا ظَهَرَ فِيْ قَوْمٍ الرِّبَا وَالزِّنَا إِلَّا أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عِقَابَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Tidaklah riba dan perzinahan tampak pada suatu kaum, kecuali bahwa mereka telah menghalalkan siksa Allah ‘Azza wa Jalla terhadap diri-diri mereka sendiri.” [5]
Kedelapan: Meremehkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan,

مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيْهِمْ بِالْمَعَاصِيْ ثُمَّ يَقْدِرُوْنَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا ثُمَّ لاَ يُغَيِّرُوا إِلاَّ يُوْشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ

“Tidaklah suatu kaum yang kemaksiatan-kemaksiatan diperbuat di antara mereka, kemudian mereka sanggup untuk mengubahnya, tetapi mereka tidak mengubahnya, kecuali dikhawatirkan bahwa Allah akan menimpakan siksaan kepada mereka secara umum.” [6]
Kesembilan: Hilangnya Keadilan dan Tidak Ditegakkannya Hukum-Hukum Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ ، وَإِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الضَّعِيْفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ ، وَايْمُ اللَّهِ ، لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ ابْنَةَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

“Sesungguhnya, hal yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah, apabila seseorang yang terhormat di antara mereka mencuri, mereka membiarkannya, (tetapi,) jika seseorang yang lemah di antara mereka mencuri, mereka menegakkan hukum had terhadapnya. Demi Allah, andaikata Fathimah, putri (Nabi) Muhammad, mencuri, sungguh saya akan memotong tangannya.” [7]
Kesepuluh: Ekstrem dalam Segala Perkara

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّيْنِ

“Berhati-hatilah kalian terhadap sikap ekstrem karena sesungguhnya hal yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah sikap ekstrem dalam beragama.” [8]

Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda sebanyak tiga kali,

هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ

“Celakalah Al-Mutanaththi’un ‘orang-orang yang berlebihan dalam ucapan dan perbuatan’.” [9]

Demikianlah sepuluh sebab kebinasaan umat-umat terdahulu. Selain itu, ada sejumlah sebab lain yang belum diterangkan di sini.


[1] Diriwayatkan oleh Al-Bukhary, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
[2] Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma.
[3] Diriwayatkan oleh Al- Bukhary, Muslim, At-Tirmidzy, dan Ibnu Majah.
[4] Diriwayatkan oleh Al- Bukhary, Muslim, At-Tirmidzy, dan Ibnu Majah dari Al-Miswar bin Makhramah radhiyallahu ‘anhuma.
[5] Diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Dianggap hasan lighairihi oleh Al-Albany rahimahullah dalam Shahih At-Targhib.
[6] Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzy, dan Ibnu Majah dari Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu.
[7] Diriwayatkan oleh Al-Bukhary, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzy, An-Nasa`iy, dan Ibnu Majah dari Aisyah radhiyallahu ‘anha.
[8] Diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasa`iy, Ibnu Majah, dan selainnya dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Dishahihkan oleh An-Nawawy, Ibnu Taimiyah, dan Al-Albany rahimahumullah. Lihatlah Ash-Shahihah no. 1283 dan Zhilalul Jannah no. 98.
[9] Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Dawud dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Sumber: http://dzulqarnain.net/sebab-sebab-kebinasaan-umat-terdahulu.html

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.