Satu hal yang mesti direnungkan di akhir Ramadhan ini mengenai amalan
yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan. Benarkan amalan tersebut
diterima di sisi Allah? Perlu diketahui bahwa kebiasaan para ulama
salaf, mereka serius dalam beramal, namun setelah beramal, mereka
khawatir amalan mereka tidak diterima. Di akhir bahasan terdapat
kata-kata indah dari Ibnu Rajab mengen
ai perpisahan dengan bulan Ramadhan.
Renungan di Akhir Ramadhan
Ibnu Rajab berkata, “Para ulama salafush sholih biasa
bersungguh-sungguh dalam menyempurnakan amal dan bersungguh-sungguh
ketika mengerjakannya. Setelah itu, mereka sangat berharap amalan
tersebut diterima dan khawatir bila tertolak. Merekalah yang disebutkan
dalam ayat,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan
hati yang penuh khawatir, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka
akan kembali kepada Rabb mereka” (QS. Al Mu’minun: 60).”[1]
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Mereka para salaf
begitu berharap agar amalan-amalan mereka diterima daripada banyak
beramal. Bukankah engkau mendengar firman Allah Ta’ala,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Ma-idah: 27)”
Dari Fadholah bin ‘Ubaid, beliau mengatakan, “Seandainya aku mengetahui
bahwa Allah menerima dariku satu amalan kebaikanku sekecil biji saja,
maka itu lebih kusukai daripada dunia dan seisinya, karena Allah Ta’ala
berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Ma-idah: 27)”
Malik bin Diinar mengatakan, “Tidak diterimanya amalan lebih kukhawatirkan daripada banyak beramal.”
Abdul Aziz bin Abi Rowwad berkata, “Saya menemukan para salaf begitu
semangat untuk melakukan amalan sholih. Apabila telah melakukannya,
mereka merasa khawatir apakah amalan mereka diterima ataukah tidak.”
‘Umar bin ‘Abdul Aziz berkhutbah pada hari raya Idul Fithri, “Wahai
sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah
melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan
memohon pada Allah agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf
malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri. Dikatakan kepada mereka,
“Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah
mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku
telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak
mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.”[2]
Adakah yang yakin amalannya di bulan ini diterima …
Shalat tarawih yang dilakukan setiap malam, yakinkah diterima?
Tilawah Al Qur’an setiap malamnya, yakinkah diterima?
Sedekah dan buka puasa, yakinkah diterima?
Kita hanya bisa berharap dan perbanyak do’a, moga Allah menerima setiap
amalan kita di bulan Ramadhan dan memperjumpakan kita kembali dengan
bulan penuh barokah ini.
Sebagian ulama salaf ada yang berkata,
“Para salaf biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat
berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka
memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.”
Selamat Jalan Ramadhan
Rangkaian kata-kata perpisahan dengan Ramadhan dari Ibnu Rajab:
Wahai hamba Allah, bulan Ramadhan telah bersiap-siap untuk berangkat.
Tidak ada lagi yang tersisa kecuali saat-saat yang singkat.
Barangsiapa yang telah melakukan kebaikan selama ini, hendaklah ia menyempurnakannya.
Barangsiapa yang malah sebaliknya, hendaklah ia memperbaikinya dalam
waktu yang masih tersisa. Karena ingatlah amalan itu dinilai dari
akhirnya.
Manfaatkanlah malam-malam dan hari-hari Ramadhan yang masih tersisa,
Serta titipkanlah amalan sholih yang dapat memberi kesaksian kepadamu
nantinya di hadapan Al Malikul ‘Alam (Sang Penguasa Hari Pembalasan).
Lepaskanlah kepergian (bulan Ramadhan) dengan ucapan salam yang terbaik:
"Salam dari Ar-Rahman (Allah) pada setiap zaman.
Atas sebaik-baik bulan yang hendak berlalu.
Salam atas bulan di mana puasa dilakukan.
Sungguh ia adalah bulan yang penuh rasa aman dari Ar-Rahman.
Jika hari-hari berlalu tak terasakan.
Sungguh kesedihan hati untuk tak pernah hilang."
Ibnu Rajab berkata pula:
Di mana kepedihan (dan kesedihan) orang-orang yang bersungguh-sungguh
di siang hari Ramadhan? Di manakah duka orang-orang yang shalat pada
waktu malam?
Jika demikian keadaan orang-orang yang telah
mendapatkan keuntungan selama Ramadhan, bagaimanakah keadaan orang-orang
yang telah merugi pada siang dan malam?
Apakah manfaat tangisan mereka yang melalaikan bulan Ramadhan ini, sementara musibah yang akan menimpanya demikian besar?
Betapa banyak nasihat telah diberikan kepada orang yang malang, namun tidak juga memberikan manfaat untuknya.
Betapa banyak ia telah diajak untuk melakukan perbaikan, namun ia tidak juga menyambutnya.
Betapa sering ia menyaksikan orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Nya, namun ia sendiri malah semakin jauh dari-Nya.
Alangkah seringnya berlalu dihadapannya rombongan orang-orang yang
menuju kepada-Nya, sedangkan dia hanya duduk berpangku tangan (malas
beribadah).
Hingga setelah waktu menyempit dan kemurkaan-Nya telah membayang,
Ia pun menyesali kelalaiannya pada saat penyesalan tidak lagi
bermanfaat dan kesempatan untuk memperbaiki keadaan telah menghilang.
Beliau kembali berkata pula:
Wahai bulan Ramadhan.
Berikanlah belas kasihmu, sementara air mata para pencinta mengalir dengan deras.
Hati mereka (gundah) akibat kepedihan perpisahan terbuai,
semoga detik-detik perpisahan akan memadamkan api kerinduan yang membara.
Semoga saat-saat taubat akan melengkapi kekurangan puasa yang dilakukan.
Semoga pula orang-orang yang telah ketinggalan segera menyusul dan bersama.
Semoga para tawanan dosa segera dilepaskan,
Dan semoga orang (Islam) yang telah dinyatakan masuk Neraka segera dibebaskan.[3]
Selamat jalan Ramadhan.
Semoga Allah memudahkan kita bersua kembali dan moga amalan kita pun diterima di sisi Allah.
Wallahu waliyyut taufiq.
@ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Panggang-Gunung Kidul, 29 Ramadhan 1433 H
www.rumaysho.com
[1] Lathoif Al Ma’arif, hal. 368.
[2] Lathoif Al Ma’arif, hal. 368-370.
[3] Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 380-382.
18 Agustus 2012
Selamat Jalan Ramadhan Hadirmu Selalu Ku tunggu di Pintu Hatiku :'(
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar