-->

24 Agustus 2012

APAKAH HABIB ORANG YANG MULIA?



Assalamu’alaikum, saya ingin bertanya tentang masalah ulama-ulama di Saudi. Ada yang mengatakan bahwa mereka orang-orang badui sedangkan orang muslim harus belajar sama ulama Hadramaut seperti para habaib atau ulama dari kalangan Yaman dan bukan orang badui. Bagaimana pendapat anda dengan orang yang mengatakan perkataan ini karena saya sendiri bingung dan saya sekarang di Yaman dan ingin belajar kepada masyayikh Yaman seperti Syaikh Yahya Bin Ali Al-Hajuri di Dammaj namun dari kalangan keluarga membenci mereka karena dianggap menimba ilmu dari orang-orang badui. Katanya Wahhabi, dan merekalah penyebab perpecahan umat di zaman Qadhi 4 mazhab di Makkah. Merekalah yang mengusir ulama habaib yang memiliki majlis (halaqah) di masjidil haram. Namun saya tetap diam tehadap orang-orang yang memusuhi mereka karena jika saya membela mereka maka saya dituduh membuat perpecahan. Tolong minta penjelasan yang benar sehingga orang-orang yang memiliki syubhat-syubhat batil terbantahkan. Atas penjelasannya saya ucapkan banyak terima kasih. Wasalamu’alikum
================================

“Sesungguhnya termasuk pemahaman yang salah pada banyak manusia ialah bahwa kekerabatan terhadap Rasulullah  akan memberikan manfaat. Maka tidak diragukan lagi bahwa yang demikian tidak benar. Kekerabatan terhadap beliau  tidak akan memberikan manfaat kepada pemiliknya jika dia tidak istiqamah terhadap agama Allah dan sunnah Nabi-Nya . Abu Hurairah  telah meriwayatkan bahwa Rasulullah  telah bersabda:
« يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِي عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا »
“Wahai sekalian kaum Quraisy, bebaskan diri kalian, aku tidak berguna (tidak bisa menolong)sama sekali terhadap kalian dari (murka) Allah, Wahai Bani ‘Abdi Manaf, aku tidak bisa menolong kalian dari murka Allah sedikitpun, Wahai ‘Abbas ibn Abdil Muthallib, aku tidak bisa menolong kalian dari murka Allah sedikitpun, Wahai Shafiyah bibi Rasulullah, aku tidak bisa menolong kalian dari murka Allah sedikitpun, wahai Fathimah binti Muhammad, mintalah kepadaku dari hartaku apa yang kau kehendaki, aku tidak bisa menolong kalian dari murka Allah sedikitpun.” (HR. al-Bukhari (9/291))
Boleh jadi, banyak orang tidak mengetahui bahwa banyak di antara ulama Saudi nasab mereka kembali kepada para sahabat dan tabi’in, serta sejumlah mereka bernasab kepada Nabi . Sekalipun demikian, hal ini tidak memiliki keutamaan atau faidah, juga tidak ada nilai dalam nasab jika dia menyelisihi petunjuk al-Mushthafa Muhammad . Seluruh kaum muslimin, dari para ulama sampai orang-orang awam mencintai Nabi , akan tetapi hendaknya kita bertanya kepada diri kita masing-masing, apakah semuanya telah berbuat baik dalam kecintaan ini ataukah di sana ada orang-orang yang berbuat buruk, ataukah di sana ada orang yang meremehkan kecintaan ini, ataukah ada orang yang berlebih-lebihan (kultus) dalam kecintaan ini?
Sesungguhnya kecintaan yang hakiki adalah dengan mengikuti perintah-perintah Nabi  dengan baik, berpegang dengannya, dan meninggalkan apa yang beliau larang. Barangkali engkau memperhatikan adanya orang yang beristighatsah dengan orang-orang yang telah mati, kemudian dia menyangka bahwa dia termasuk habaib atau orang yang mencintai Nabi . Ini jelas menyelisihi Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya  dan sunnah Khulafaur Rasyidin. Dan perhatikanlah di sana ada orang yang berbuat bid’ah dalam agama Allah yang Nabi  tidak pernah memerintahkannya, dan tidak dilakukan oleh para sahabat , kemudian mereka mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang yang mencintai Nabi . Oleh karena itu, kami bertanya apakah faidah kekerabatan dengan Nabi  jika pemiliknya menyelisihi Nabi ?!
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Nabi  bersabda:
مَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Barangsiapa yang amalnya lambat membawanya (ke sorga), maka nasabnya tidak akan bisa mempercepatnya.” (HR. Muslim (13/212))
Kemudian, alhamdulillah, di sana ada sejumlah keturunan Nabi  yang tersebar di Saudi dan Yaman berada di atas aqidah yang lurus dan menyelisihi para “habaib” yang meyakini aqidah syirik. Di antara mereka adalah Syaikh ‘Alawi bin ‘Abdil Qodir as-Saqqof, dan Syaikh Samir Maliki (putra paman ‘Alawi al-Maliki), dan banyak lagi yang lain. Wallahu a’lam. (AR) “
(http://qiblati.com)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.