-->

24 Agustus 2012

BID’AH ITU MAHAL…SAYANG… (BAG.1 -INSYA ALLAH-)




Dahulu kebanyakan para penduduk pribumi daerah ini (daerah Bojonggede dan sekitarnya) adalah orang yang kaya hartanya. Mereka memiliki tanah yang sangat luas, bisa ribuan meter luasnya, bahkan banyak yang hektaran. Namun seiring berjalannya waktu, mereka banyak yang kehilangan hartanya, hingga mereka menjadi miskin dan memiliki harta yang sedikit, bahkan mereka sudah banyak yang tidak memiliki tanah lagi walaupun mereka adalah orang pribumi. Kemana perginya harta mereka?
Hilangnya harta mereka lantaran mereka menjual tanahnya. Jika tanah yang mereka jual diperuntukkan untuk biaya pergi haji mereka, maka itu adalah suatu kebaikan untuk mereka, dan hitungan tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan harta yang mereka miliki, karena tidak akan merugikan mereka dan tidak akan membuat mereka miskin, insya Allah.
Namun rupanya, hilangnya harta mereka tidak lain adalah karena bid’ah yang mereka lakukan sendiri!
Kenapa bisa begitu? Apakah bisa dipercaya kalau bid’ah itu bisa membuat seseorang menjadi miskin dan sengsara?

Inilah ceritanya…
Sudah menjadi tradisi kebanyakan orang di lingkungan tempat ana tinggal (bojonggede dan sekitarnya), jika ada salah satu dari keluarga atau kerabatnya yang meninggal, maka mau tidak mau mereka harus mengikuti acara tradisi yang sudah berlaku sejak nenek moyangnya, seperti tahlilan sampai hari-hari tertentu, mengaji di kuburan, menyediakan makan2 selama tahlilan, mengurusi proses penyelenggaraan jenazah, dan lain-lainnya yang mana itu semua membutuhkan biaya yang sangat banyak sekali bagi kami.
Untuk proses jenazah saja sudah membutuhkan biaya yang sangat besar, antara lain:
- Biaya tanah kuburan dan tukang galinya sekitar Rp. 2 juta sd 5juta (tergantung tempatnya).
- Memandikan dan mengkafani mayat biayanya relatif (tidak termasuk yang dibahas, karena itu sudah lazim).
- Biaya upah imam (kyai atau ustadz) yang menyolatkan jenazah dan orang-orang yang ikut menyolatkan (di daerah kami, orang-orang yang ikut menyolatkan dibayar dan mendapat amplop dari ahli warisnya), biasanya sekitar Rp. 20ribu sd 100ribu/orang. Kalau yang meninggal adalah orang yang kaya, maka isi amplopnya semakin besar. Ditambah lagi beras yang sudah ditakar dan dibungkus plastik kemudian dibagi-bagi ke orang, katanya sebagai fidyahnya si mayit. Makanya orang2 disini sangat senang menyolatkan jenazah agar bisa mendapat amplop. Bayangkan saja jika ada 100 orang yang menyolatkan dan masing2 amplop isinya sebesar Rp.50ribu, maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp.5juta, ditambah lagi biaya beras 3 karung (@Rp.400rb/50kg). Sedangkan untuk sang imam (kyai atau ustadz) ada amplop tersendiri yang jumlahnya berbeda dengan yang lainnya, yang pasti sang imam tidak mungkin disamakan amplopnya dengan yang lain, kalo yang meninggal orang miskin, biasanya sang imam mendapat amplop sekitar 100ribu sd 200ribu, namun jika yang meninggalnya orang kaya bisa sampai 1 juta keatas, padahal tugasnya hanya mengimami shalat jenazah dan baca doa/surat al fatihah saja.

Untuk proses aksesoris kuburan, antara lain:
- Kembang dan aksesorisnya (air mawar, kendi, dll) biayanya sekitar 50ribu sd 100ribu. Semakin kaya orang yang meninggal, maka semakin banyak dan bagus kembangnya (padahal apa hubungannya?)
- Nisan, biayanya tergantung dari bahannya, ada yang terbuat dari kayu dan ada juga yang dari batu (semen), biayanya dimulai dari 100ribu sd 1juta. Nisan yang mahal bisa terbuat dari batu marmer dengan tulisan diukir.
- Menyemen/mengkramik kuburan, biayanya relatif sesuai dengan bentuknya. Untuk model keramik biasa dan dan hanya sekeliling saja, maka biayanya sekitar Rp.1juta (sudah sama upah tukang). Dan semakin bagus bangunan kuburan maka semakin mahal biayanya, bahkan banyak yang dibuatkan kamar untuk kuburannya, dan sudah tentu biayanya tidak sedikit, bisa mencapai 5juta keatas.

Untuk acara tahlilan dari hari pertama sd 40 hari, antara lain:
- Biaya upah ustadz atau kyai yang memimpin acara tahlilan juga disesuaikan sesusai kemampuan ahli warisnya. Jika ahli warisnya termasuk dari keluarga yang ekonominya pas2an, maka upahnya sekitar Rp.200ribu (yang pasti Rp.500ribu kebawah) untuk sekali pentas. Jika keluarga tersebut mengadakan acara tahlilan selama 8 hari (seminggu dan yang 40 hari) maka tinggal dikalikan 8 saja, totalnya 1,6juta. Berbeda lagi jika keluarganya berasal dari orang yang kaya, maka amplopnya sudah jelas beda, bisa jutaan.
- Biaya makanan tahlilan, jika ukuran makanannya adalah Rp.15ribu/perorang, dan yang datang menghadiri acara tahlilan mencapai 100 orang, maka totalnya adalah Rp.1,5juta untuk sekali acara. Kalo 8 kali acara maka totalnya adalah Rp.8juta. Bagaimana jika keluarganya berasal dari keluarga yang kaya? makanannya tidak pantas seukuran Rp.15ribu, dan yang datang orangnya juga tidak pantas hanya 100 orang saja, serta acaranya tidak pantas hanya 8 kali saja, bisa tiap tahun mereka mengadakan, bahkan ada juga acara pada hari ke 100 dan 1000.

Untuk acara khataman AL Quran di kuburannya.
Tradisi di daerah ana, jika ada seseorang yang meninggal, maka keluarganya menyuruh atau menyewa seseorang untuk membacakan AL Quran dikuburannya sampai khatam. Ada yang menyewa 1 orang saja, ada juga yang menyewa sampai 5 atau 10 orang. Kalo keluarganya bukan keluarga yang kaya, maka upahnya hanya sebesar Rp.1juta/orang sebagai imbalan untuk membacakan AL Quran dikuburannya sampai khatam, namun jika keluarganya adalah keluarga yang kaya, maka dia akan menyewa orang yang bagus bacaannya dan terkenal, dan biayanya jelas sangat mahal sekali. Ana dapat info bahwa upah untuk orang tersebut bisa mencapai 15juta/orang, bahkan ada yang lebih besar lagi dari itu, bisa mencapai puluhan juta. Untuk acara tersebut, mereka memasang tenda dan lampu di kuburannya, dan para pembaca AL Quran itu tetap tinggal di kuburan tersebut sampai mereka selesai mengkhatamkan AL Quran.

Itulah proses acara dan akumulasi biaya kematian jika ada dari salah seorang di daerah kami yang meninggal. Untuk total secara keseluruhan bisa anda jumlahkan sendiri, dimulai dari penyelenggaraan jenazah sd khataman al quran di kuburan, biayanya sudah mencapai puluhan juta!
Dan ini sebagai salah satu sebab kenapa kebanyakan penduduk pribumi di daerah kami yang dahulunya kaya menjadi miskin. Tidak lain adalah karena bid’ah yang mereka ciptakan sendiri. Untuk mendapatkan dana sebesar itu, merekapun menjual tanah yang dimilikinya, hingga tanah mereka habis. Setiap ada anggota keluarganya yang meninggal, maka mereka langsung menjual tanahnya dengan terpaksa, begitulah seterusnya. Dan ini baru tentang masalah kematian saja, masih banyak bid’ah2 lainnya yang belum dibahas disini, yang biayanya juga lebih mahal dan lebih besar daripada biaya kematian, seperti biaya kyai/ustadz pada acara Maulid Nabi yang bisa mencapai puluhan juta rupiah untuk sekali pentas, biaya acara dzikir jamaah, biaya wisata ziarah kubur, dll.
Wallahu a’lam.

Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [Al-Anbiyaa’: 107]
“Kami tidak menurunkan Al-Qur-an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.” [Thaahaa: 2-4]
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agamanya kecuali akan terkalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna). Oleh karena itu, berlaku luruslah, sederhana (tidak melampaui batas), dan bergembiralah (karena memperoleh pahala) serta memohon pertolongan (kepada Allah) dengan ibadah pada waktu pagi, petang dan sebagian malam.” [HR. Al-Bukhari (no. 39), Kitabul Iman bab Addiinu Yusrun, dan an-Nasa-i (VIII/122), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. ]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Permudahlah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.” [HR. Al-Bukhari (no. 69, 6125), Muslim (no. 1734) dan Ahmad (III/131) dari Shahabat Anas z. Lafazh ini milik al-Bukhari. ]
Beberapa komentar dari sebagian ikhwah mengenai hal ini:
- Riri Kartika Chandra: “kalo di tempat saya biaya syikuran haji berangkat dan pulang bisa lebih mahal dari hajinya ,,gan ,, :hammer.”
- Ibnu Abdurrohim: “sebuah fakta yang pernah ana alami juga di kampung ana …”
- Abu Sahl Assalafi: “Waduh sama ustadz, kaya didaerah ana depok.panmas.”
- Rully Firmansyah: “di daerah rumah ana di Jatinegara, ada segerombolan ustadz yang akan terlihat bahagia di matanya jika ada pengumuman tentang kematian. tetapi saat ini mereka mulai kehilangan mata pencaharian tsb dikarenakan semakin banyak warga disini yang menyimak Radio Rodja. terlebih saat ini ada 2 Masjid Ahlussunnah yang rutin mengadakan kajian dan ceramah, yaitu Masjid Al-Istiqomah dan Masjid Abu Bakar ash-Shiddiq.
- Farzaher Ibnu Farid Darwis: “wah bid’ahny rata,ditempat ana jg ada yg keluarganya mninggal,krn gak pny dana,akhirny pinjam sana-sini buat ngadain acara begitu,yg akhirnya hutang itu br bs dbayar setelah bertahun2 kmdian…
‘aamilatun naasibah’”

- Gtix Cah Tanprogo: “Keluarga ku jg msh bgtu,lau d ksh tau jwb’y takut d kucilkan”
- Abu Shafira Gaijin: “Pengalaman ana sblm kenal salaf. ana: “mi, ini khan udh 100 hari. embah gak ditahlil?” ibu ana: “emangnya kamu ada duit brp?” a: “ada 100 rebu, cukup ga?” ia: “……….” (maklum msh polos, ana blm mikir smp segitu besarnya biaya bwt tahlilal)”
- Nia AnNisa Djati: “Sama mas Abu.. Dtempat tinggal sy jg kyk gitu (Klender, Jaktim).. Yg shlt jnasah diamplopin smua.. Mama saya trpaksa mngluarkan biaya ekstra pdhl kami bukan orang mampu.. Kbtlan kluarga kami bukan penggemar bidah spt ini..dan mnolak mngadakan tahlilan2.. Dan yg mnyedihkan oleh pnddk asli dsini kl tidak ada tahlilan mk dianggap spt “menguburkan bangkai”..”
- Agung Wicaksono: “hmm.. Tetangga ana smpai berani pinjam uang 10 Juta sm Bank Kliling (klo Renternir terlalu kasar bahasa’y. Hee) cm untuk biaya tahlilan 7 hari. Hmm… Yaaa akhir’y ampe jual kontrakan krena bunga yg menggila dr si Bank kliling itu.”
- Abu Rizky Al Melawiy: “Na’am…itu memang fakta, bahkan pengekor bid’ah sendiripun tidak ada yang memungkiri hal ini..di tempat ana jika ada orang yang meninggal yang pertama tama mereka cari itu adalah ayam pedaging/broiler minimal 20kg an..itu sudah seperti wajib bagi mereka untuk prosesi pemakaman jenazah, selanjutnya hari ketiga,ketujuh,dst.. biasanya jamuannya pakai nasi+lauk ayam juga…! he..he..ana tau persis karena ana bisnis ayam…kalo ada yang meniggal dikampung ana, biasanya mreka lansung telp ana pesan ayam skian kg”
- Hajjah Jubaidah: “Bid’ah hy mempersulit, di tmpat ana jg spti itu, tp bgmn tuk menghilangkan tradisi yg sdh sjk lm ada di masyarakat kt ?”
- Faqih Hidayat: “40 hari nenek setahun yang lalu juga menghabiskan duit banyak, sekitar 15juta-an’ ditanggung oleh 3 orang anak masing-masing 5juta….bayangkan kalo uang segitu digunakan untuk acara yang bermanfaat lainnya….. Dulupun ketika kakeknya istri meninggal, ana sampai punya banyak hutang dipasar untuk mengadakan PESTA KEMATIAN kakek….”
- Abu Azhar Al Banna: “klau di kampung saya kalau dah 1000 hari motong kambing, untuk acara PESTA KEMATIAN.
Pengalaman yang pernah saya alami kurang lebih 20 tahun tidak menjumpai seorang mengamalkan ibadah Qurban,.
padahal itu Sunnah yang di ajarkan Rosulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam.”

- Batik Ali Madrim: “DI kampung ku masih marak juga..”
- Alfizza Dwy Rofi’anna: “Astaghfirulloh,,,,masih banyak juga acara seperti itu ditempatku,,malah banyak,,yasinan,tahlillan itu semuakan membutuhkan biaya yang tidak sedikit”
- Papas Tio: “sama di daerah parung juga..”
- Ahmad Rosid Arido: “Sy br liat tradisi ini wkt pindah keskbmi͵sy sprti kembali ketahun 80an dimana wktu itu tradisi ini msh kental didaerah sy tp memasuki 90an sudah mulai luntur semenjak msknya dakwah salaf….
Skrg sy serasa kmbli kejaman jahiliyah….”

- Azlan Abu Royyan: “Akhi Abu Fahd NegaraTauhid, walaupun nama ana tidak ada di antara mereka tapi sungguh ana sepakat dan menyukai postingan antum. Ana jadi ingat percakapan sepupu ana dengan pak kiyai di kampung ana,
Pak Kiyai – di desa banyak orang terbelit hutang utk membuat bermacam selamatan
Sepupu – Ah, di tempat kita juga banyak yg seperti itu,,,
Pak Kiyai – Kalo di tempat kita saya yakin tidak ada…
Lihatlah, karena takut kehilangan salah satu sumber pemasukan, pak kiyai sampai menutup mata thd fenomena semacam itu…”

(Bersambung Insya Allah)
Oleh Abu Fahd Negara Tauhid
Sumber: https://www.facebook.com/negara.tauhid/posts/2355568265962?ref=notif&notif_t=like

Baca juga:
RAHASIA DIBALIK MAULID NABI

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.