-->

20 Agustus 2012

GARIS PEMBEDA ANTARA KETA’ATAN SALAFI DAN TAKFIRI


Oleh: Mujahid as Salafi
(pengelola website www.millahmuhammad.blogspot.com)

            Pujian kita haturkan hanya kepada Alloh, Robb semesta alam dan yang menjadikan manusia berilmu dan berakal agar merenungi ayat – ayatNya. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi akhir zaman, penuntun dari kegelapan dan pemberi kabar gembira serta peringatan dari Dzat yang Maha Rohman.
            Saudaraku, kali ini kami akan menyuguhkan sebuah tulisan yang kami ringkas dari risalah Syeikh Abdul ‘Aziz Bin Royyis ar Royyis yang berjudul “As Sam’ah wath Tho’ah bainas Sururiyyah was Salafiyyah” yang kemudian kami beri judul “GARIS PEMBEDA ANTARA KETA’ATAN SALAFI DAN TAKFIRI”.
            Semoga uraian singkat ini bermanfaat dan menjadi pembeda antara Salafi dan Takfiri. Dan semoga Alloh memberi kekuatan iman, ilmu dan kekokohan terhadap Syeikh Abdul Aziz bin Royyis ar Royyis. Amin
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

            Mencela dan mengkafirkan pemerintah tanpa hak adalah merupakan hasil dari awal bid’ah yang menimpa ummat dan kelompok ini yaitu bid’ah khowarij, sebagaimana dijelaskan bahwa mereka-lah kelompok sesat pertama kali yang keluar dari tubuh islam. Hal ini sebagaimana penjelasan Ibnu Taimiyyah dalam kitab beliau yang berjudul “Al Istiqomah” dan ”Majmu’ Fatawa” dan juga Ibnu Katsir dalam tafsirnya serta Ibnu Rojab al Hanbali dalam Jami’ul Ulum wal Hikam.
            Kita hidup hampir 20 tahun sejak perang teluk II (yaitu penyerangan Saddam Husain terhadap Kuwait dan Arab yang mengakibatkan keluarnya sebagian orang dari ketaatan terhadap pemerintah islam).
            Maka Sururi (pengikut Muhammad Surur) dan pengikut Sayyi Quthb hamper sejak tahun 1392 H adalah asal dari pemberontakan terhadap pemerintah Saudi dan Riyadh yang mana hal ini dihasung oleh Muhammad Surur Zainal Abidin yang mengaku sendiri dalam wawancara bahwa ia telah menyelenggarakan jaringan di Arab yang melibatkan orang – orang dan beberapa pemuda yang awalnya beraqidah Sunni dalam hal ketaatan kepada pemerintah. Karena hal ini banyak termuat di kitab – kitab Aqidah, seperti: Ushulus Sunnah imam Ahmad, Asy Syari’ah Imam al Ajurri, Al Ibanah Kubro dan Sugro iamam Ibnu Baththoh, Syarah ushulus Sunnah imam al Barbahari, Aqidah Salaf ashabul Hadits imam Ash Shobuni, Lumatul I’tiqod Ibnu Qudamah, Aqidah wasithiyyah Ibnu Taimiyyah dll. Yang intinya keyakinan Ahlu Sunnah  bahwa mereka memutuskan apa yang diputuskan al Qur’an dan as Sunnah berdasarkan pemahaman para shahabat Nabi dan pemahaman orang yang mengikutinya dalam kebenaran untuk taat pada pemerintah muslim, selama tidak dalam hal maksiat kepada Alloh, meskipun pemerintah tersebut jahat dan fasiq serta Nampak padanya minum khomer. Berkeyakinan pula untuk berbaiat dan siapa yang menyelisihinya maka ia mati dalam eadaan jahiliyyah dan bertemu Alloh tidak ada hujjah atasnya. Oleh karena itu tidak cocok menukil perkataan ulama’ salaf dalam masalah ini dalam artikel yang ringkas ini. Tapi anda akan menemui sebagian perkataan imam – imam ahlus sunnah tersebut dalam kitab bantahan terhadap Dr. Abdul Aziz Alu Abdul Lathif –semoga Alloh memberinya hidayah- yang berjudul “Al Bayan wal Idza’ah li Idl’ati Abdul Aziz Alu Abdul Lathif li Ashlis Sam’ah wath Tho’ah” di http://www.islamancient.com/lectures,item,789.html
            Diantara perkara – perkara aneh yang menyelisihi Ahlu Sunnah ang perlu dibahas adalah dua makalah yang diterbitkan oleh Dr. Abdul Aziz Alu Abdul Lathif yaitu makalah yang berjudul “dlowabith wa masail fith Tho’ah” dan “Muqoddimat fi masailith tho’ah”
            Dalam dua makalah tersebut ia menukil beberapa nukilan yang sangat menyedihkan sekali bagi seorang doctor dibidang aqidah. Nukilan yang ia nukil adalah shohih tapi yang dia inginan adalah kebathilan sehingga ia menyerupai khowarij dan mu’tazilah. Sebagaimana contoh kecil yang ia nukil tentang wajibnya ta’at tapi ia selewengkan dengan “tidak ada keta’atan secara muthlaq kecuali kepada Rosululloh”. Inilah ucapan haq tapi pengkhususan taat hanya kepada Rosululloh adalah sebuah kebatilan yang menyelisihi seluruh perkataan ulama’, yang mana para ulama’ menyatakan bahwa taat disitu bisa juga ketaatan terhadap pemerintah selain dalam hal maksiat.
            Betapa banayak para Sururi menukil ucapan Ahlus Sunnah agar mengajak manusia mendengar nukilannya dan untuk membela kebid’ahannya. (padahal) ucapan – ucapan imam Salaf banyak sekali dalam hal ketaatan terhadap pemerintah muslim selain maksiat kepada Alloh, diantara pemimpin kaum muslimin adalah pelayan dua tanah suci raja Abdulloh bi Abdul ‘Aziz yang semoga Alloh menolong sunnah dengan beliau.
            Diantara ucapan bathil Dr. Abdul Lthif adalah bahwasanya tidak ada ketaatan tehadap pemerintah yang bodoh   akan syariat, penukilan ini menyerupai ushul Mu’tazilah dan Khowarij serta ini merupakan ushul yang rusak-kami memohon kepada Alloh keselamatan-
            Dalam deretan ucapannya  Dr. Abdul Lathif juga menukil ucapan Ibnu Taimiyyah yang dipahami secara salah. Sungguh aku melihat Dr. Abdul Lathif menukil ucapan Ahlul Ilmi yang dia pahami dengan pemahamn yang salah, hal ini sebagaimana saya jelaskan dalam kajian saya yang berjudul “Al Hukmu bighoiri maa anzalalloh wa Munaqosah ad Dukturaini al Mahmud wa Abdul Lathif” (http://islamancient.com/lectures,item,52.html).
            Kajian tersebut bermuara pada dua perkara:
  1. Laki – laki tersebut tidak menuntut ilmu disisi ulama Ahlus Sunnah
  2. Laki – laki tersebut sering beristidlal yang kemudian disimpulkan sendiri.

Kesimpulan kebid’ahannya itu berawqal dari sikap melampaui batas dalam masalah hakimiyyah. Sebab yang lain karena dia berpemahaman bahwa pada saat ini tidak ada negeri islam. Penyebabnya karena ia menta’liq ucapan Ali bin Abi tholib rodliyallohu ‘anhu tentang negeri perang, bahwa beliau berkata:
“manusia tidak mengapa berlepas diri atau memerangi negeri perang”,(selesai penukilan) lantas Dr. Abdul Lathif berkata: “semisal dengan ucapan ini yaitu keadaan pada masa sekarang ini, tidaklah terdapat kepemimpinan didalamnya sehingga memerangi negeri lebih baik daripada berlepas diri darinya. Semoga Alloh member pertolongan (Muqoddimat fii masaili Al Imamah)”
            Pernyataannya ini telah aku bantah dalam kitab “Kasyfusy Syubuhat ‘Ashriyyah ‘Anid Da’watil Ishlahiyyah as Salafiyyah” (http://islamancient.com/books,item,29.html). Terakhir aku mengajak Ahlul Ilmi dari kalangan Ahlus Sunnah yang bijaksana membantu dengan sekuat tenaga membantah kitab – kitab, makalah – makalah dan kajian – kajian para Ahlul Bid’ah sebagai wujud amar ma’ruf dan nahi munkar. Alloh berfirman:
لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنۢ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ *كَانُوا۟ لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍۢ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ
Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS. Al Maidah 05: 78-79)
Ibnu taimiyyah berkata: membantah Ahlul Bid’ah adalah jihad, sehingga Yahya bin Yahya berkata: membela sunnah lebih mulia dari pada jihad. (Tarikhur Rusul, IBnu Jarir 4/340)
            Saya memohon kepada Alloh agar mengumpulkan Ahlus sunnah dan mengokohkan agama mereka atas ahlul Bid’ah, sesungguhnya Dia dzat yang maha mendengar lagi maha mengabulkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.