Oleh:
Mujahid as Salafi
(pengelola
website www.millahmuhammad.blogspot.com)
Pujian kita haturkan hanya kepada Alloh, Robb semesta
alam dan yang menjadikan manusia berilmu dan berakal agar merenungi ayat –
ayatNya. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi akhir
zaman, penuntun dari kegelapan dan pemberi kabar gembira serta peringatan dari
Dzat yang Maha Rohman.
Saudaraku, kali ini kami akan menyuguhkan sebuah tulisan
yang kami ringkas dari risalah Syeikh Abdul ‘Aziz Bin Royyis ar Royyis yang
berjudul “As Sam’ah wath Tho’ah bainas Sururiyyah was Salafiyyah” yang kemudian
kami beri judul “GARIS PEMBEDA ANTARA KETA’ATAN SALAFI DAN TAKFIRI”.
Semoga uraian singkat ini bermanfaat dan menjadi pembeda
antara Salafi dan Takfiri. Dan semoga Alloh memberi kekuatan iman, ilmu dan
kekokohan terhadap Syeikh Abdul Aziz bin Royyis ar Royyis. Amin
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mencela dan mengkafirkan pemerintah tanpa hak adalah
merupakan hasil dari awal bid’ah yang menimpa ummat dan kelompok ini yaitu
bid’ah khowarij, sebagaimana dijelaskan bahwa mereka-lah kelompok sesat pertama
kali yang keluar dari tubuh islam. Hal ini sebagaimana penjelasan Ibnu
Taimiyyah dalam kitab beliau yang berjudul “Al Istiqomah” dan ”Majmu’ Fatawa”
dan juga Ibnu Katsir dalam tafsirnya serta Ibnu Rojab al Hanbali dalam Jami’ul
Ulum wal Hikam.
Kita hidup hampir 20 tahun sejak perang teluk II (yaitu
penyerangan Saddam Husain terhadap Kuwait dan Arab yang mengakibatkan keluarnya
sebagian orang dari ketaatan terhadap pemerintah islam).
Maka Sururi (pengikut Muhammad Surur) dan pengikut Sayyi
Quthb hamper sejak tahun 1392 H adalah asal dari pemberontakan terhadap
pemerintah Saudi dan Riyadh yang mana hal ini dihasung oleh Muhammad Surur
Zainal Abidin yang mengaku sendiri dalam wawancara bahwa ia telah
menyelenggarakan jaringan di Arab yang melibatkan orang – orang dan beberapa
pemuda yang awalnya beraqidah Sunni dalam hal ketaatan kepada pemerintah.
Karena hal ini banyak termuat di kitab – kitab Aqidah, seperti: Ushulus Sunnah
imam Ahmad, Asy Syari’ah Imam al Ajurri, Al Ibanah Kubro dan Sugro iamam Ibnu
Baththoh, Syarah ushulus Sunnah imam al Barbahari, Aqidah Salaf ashabul Hadits
imam Ash Shobuni, Lumatul I’tiqod Ibnu Qudamah, Aqidah wasithiyyah Ibnu
Taimiyyah dll. Yang intinya keyakinan Ahlu Sunnah bahwa mereka memutuskan apa yang diputuskan al
Qur’an dan as Sunnah berdasarkan pemahaman para shahabat Nabi dan pemahaman
orang yang mengikutinya dalam kebenaran untuk taat pada pemerintah muslim,
selama tidak dalam hal maksiat kepada Alloh, meskipun pemerintah tersebut jahat
dan fasiq serta Nampak padanya minum khomer. Berkeyakinan pula untuk berbaiat
dan siapa yang menyelisihinya maka ia mati dalam eadaan jahiliyyah dan bertemu
Alloh tidak ada hujjah atasnya. Oleh karena itu tidak cocok menukil perkataan
ulama’ salaf dalam masalah ini dalam artikel yang ringkas ini. Tapi anda akan
menemui sebagian perkataan imam – imam ahlus sunnah tersebut dalam kitab
bantahan terhadap Dr. Abdul Aziz Alu Abdul Lathif –semoga Alloh memberinya
hidayah- yang berjudul “Al Bayan wal Idza’ah li Idl’ati Abdul Aziz Alu Abdul
Lathif li Ashlis Sam’ah wath Tho’ah” di http://www.islamancient.com/lectures,item,789.html
Diantara perkara – perkara aneh yang menyelisihi Ahlu
Sunnah ang perlu dibahas adalah dua makalah yang diterbitkan oleh Dr. Abdul
Aziz Alu Abdul Lathif yaitu makalah yang berjudul “dlowabith wa masail fith
Tho’ah” dan “Muqoddimat fi masailith tho’ah”
Dalam dua makalah tersebut ia menukil beberapa nukilan
yang sangat menyedihkan sekali bagi seorang doctor dibidang aqidah. Nukilan
yang ia nukil adalah shohih tapi yang dia inginan adalah kebathilan sehingga ia
menyerupai khowarij dan mu’tazilah. Sebagaimana contoh kecil yang ia nukil
tentang wajibnya ta’at tapi ia selewengkan dengan “tidak ada keta’atan secara
muthlaq kecuali kepada Rosululloh”. Inilah ucapan haq tapi pengkhususan taat
hanya kepada Rosululloh adalah sebuah kebatilan yang menyelisihi seluruh
perkataan ulama’, yang mana para ulama’ menyatakan bahwa taat disitu bisa juga
ketaatan terhadap pemerintah selain dalam hal maksiat.
Betapa banayak para Sururi menukil ucapan Ahlus Sunnah agar
mengajak manusia mendengar nukilannya dan untuk membela kebid’ahannya. (padahal)
ucapan – ucapan imam Salaf banyak sekali dalam hal ketaatan terhadap pemerintah
muslim selain maksiat kepada Alloh, diantara pemimpin kaum muslimin adalah
pelayan dua tanah suci raja Abdulloh bi Abdul ‘Aziz yang semoga Alloh menolong
sunnah dengan beliau.
Diantara ucapan bathil Dr. Abdul Lthif adalah bahwasanya
tidak ada ketaatan tehadap pemerintah yang bodoh
akan syariat, penukilan ini menyerupai ushul
Mu’tazilah dan Khowarij serta ini merupakan ushul yang rusak-kami memohon
kepada Alloh keselamatan-
Dalam deretan ucapannya
Dr. Abdul Lathif juga menukil ucapan Ibnu Taimiyyah yang dipahami secara
salah. Sungguh aku melihat Dr. Abdul Lathif menukil ucapan Ahlul Ilmi yang dia pahami
dengan pemahamn yang salah, hal ini sebagaimana saya jelaskan dalam kajian saya
yang berjudul “Al Hukmu bighoiri maa anzalalloh wa Munaqosah ad Dukturaini al
Mahmud wa Abdul Lathif” (http://islamancient.com/lectures,item,52.html).
Kajian tersebut bermuara pada dua perkara:
- Laki – laki tersebut tidak menuntut ilmu disisi ulama Ahlus Sunnah
- Laki – laki tersebut sering beristidlal yang kemudian disimpulkan sendiri.
Kesimpulan
kebid’ahannya itu berawqal dari sikap melampaui batas dalam masalah hakimiyyah.
Sebab yang lain karena dia berpemahaman bahwa pada saat ini tidak ada negeri
islam. Penyebabnya karena ia menta’liq ucapan Ali bin Abi tholib rodliyallohu
‘anhu tentang negeri perang, bahwa beliau berkata:
“manusia tidak mengapa
berlepas diri atau memerangi negeri perang”,(selesai penukilan) lantas Dr.
Abdul Lathif berkata: “semisal dengan ucapan ini yaitu keadaan pada masa
sekarang ini, tidaklah terdapat kepemimpinan didalamnya sehingga memerangi
negeri lebih baik daripada berlepas diri darinya. Semoga Alloh member
pertolongan (Muqoddimat fii masaili Al Imamah)”
Pernyataannya ini telah aku bantah dalam kitab “Kasyfusy
Syubuhat ‘Ashriyyah ‘Anid Da’watil Ishlahiyyah as Salafiyyah” (http://islamancient.com/books,item,29.html).
Terakhir aku mengajak Ahlul Ilmi dari kalangan Ahlus Sunnah yang bijaksana
membantu dengan sekuat tenaga membantah kitab – kitab, makalah – makalah dan
kajian – kajian para Ahlul Bid’ah sebagai wujud amar ma’ruf dan nahi munkar.
Alloh berfirman:
لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنۢ بَنِىٓ
إِسْرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا
عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ *كَانُوا۟
لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍۢ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ
Telah dilaknati
orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang
demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu
sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS. Al Maidah
05: 78-79)
Ibnu taimiyyah
berkata: membantah Ahlul Bid’ah adalah jihad, sehingga Yahya bin Yahya berkata:
membela sunnah lebih mulia dari pada jihad. (Tarikhur Rusul, IBnu Jarir 4/340)
Saya memohon kepada Alloh agar
mengumpulkan Ahlus sunnah dan mengokohkan agama mereka atas ahlul Bid’ah,
sesungguhnya Dia dzat yang maha mendengar lagi maha mengabulkan.
0 komentar:
Posting Komentar