Sebagai
pembuka pembahasan kitab tauhid, kami hadirkan terlebih dahulu
pengantar dari penterjemah buku ini. Tauhid adalah pegangan pokok dan
sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan
bagi setiap amal yang dilakukannya. Hanya amal yang dilandasi dengan
tauhidlah -menurut tuntunan Islam- yang akan menghantarkan manusia
kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam Akhirat
nanti. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
"Barang
siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan." (An-Nahl: 97)
Berdasarkan
pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia, maka wajib bagi
setiap muslim untuk mempelajarinya. Tauhid bukan sekedar mengenal dan
mengerti bahwa pencipta alam semesta ini Allah; bukan sekedar mengetahui
bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan)-Nya dan wahdaniyah (keesaan)-Nya; dan bukan pula sekedar mengenal asma’ dan shifat-Nya.
Iblis
mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah; bahkan mengakui ke-Esaan dan
ke-Mahakuasaan Allah dengan permintaannya kepada Allah melalui Asma’ dan
Shifat-Nya. Kaum Jahiliyah kuno yang dihadapi Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam juga mayakini bahwa Tuhan pencipta,
pengatur pemelihara dan penguasa alam semesat ini adalah Allah.[1]
Namun,
kepercayaan dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai
makhluk yang berpredikat Muslim, yang beriman kepada Allah. Dari sini
lalu timbul pertanyaan: "Apakah hakikat tauhid itu?"
Tauhid, ialah
permunian ibadah kepada Allah; yaitu menghambakan diri hanya kepada
Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri, cinta,
harap, dan takut kepada-Nya.
Untuk
inilah sebenarnya manusia itu diciptakan Allah. Dan sesungguhnya, misi
para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid dalam pengertian tersebut,
mulai dari Rasul pertama hingga Rasul terakhir, Nabi Muhammad
shallallahu’alaihi wa sallam[2].
Maka,
buku yang di hadapan pembaca ini mempunyai arti penting dan berharga
sekali untuk mengetahui hakikat tauhid dan kemudian menjadikannya
pegangan hidup.
Buku
ini ditulis oleh seorang ulama’ yang giat dan tekun dalam kegiatan
da’wah Islamiyah. Beliau adalah Muhammad bin ‘Abdul Wahhab. Dilahirkan
di ‘Uyainah tahun 1115 H (1703 M) dan meninggal di Dar’iyah (Saudi Arabia) pada tahun 1206 H (1792 M).
Keadaan
umat Islam -dengan berbagai bentuk amalan dan kepercayaan pada masa
hidupnya- yang menyimpang dari makna tauhid, telah mendorong Syaikh
Muhammad bin ‘Abdul Wahhab bersama para muridnya untuk melancarkan
da’wah Islamiyah guna mengingatkan umat agar kembali kepada tauhid yang
murni. Maka untuk tujuan da’wahnya, beliau menulis sejumlah kitab dan
risalah, di antaranya:
- Kasyf Asy-Syubuhat
- Tafsir Al-Fatihah
- Tafsir Syahadah "An La Ilaaha Illallah"
- Kitab Al-Kabaair
- Ushul Al-Iman
- Fadhl Al-Islam
- Al-Masa’il al-Lati Khalafa fiha Rasulullah Ahlal Jahiliyah
- Adab Al-Masy-yi ila Ash-Shalah (‘Ala Madzhab Al-Imam Ahmad bin Hanbal)
- Al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar
- Mukhtashar Sirah Ar-Rasul
- Kitab At-Tauhid, Al-ladzi Huwa Haqqullah ‘Alal ‘Abid
Buku
terakhir inilah yang sekarang terjemahannya ada di tangan pembaca. Dan
melalui buku ini, beliau berusaha untuk menjelaskan hakekat tauhid dan
penerapannya dalam kehidupan seorang Muslim.
Dalam Bab 1, penulis menjelaskan hakekat tauhid dan kedudukannya; dalam Bab 2 dan 3 menerangkan keistimewaan tauhid dan pahala yang diperoleh darinya; dalam Bab 4 mengingatkan agar takut terhadap perbuatan yang bertentangan dengan tauhid serta membatalkannya (syirik akbar) atau perbuatan yang mengarungi kesempurnaan tauhid (syirik Ashghar); dalam Bab 5 menjelaskan kewajiban berdakwah kepada tauhid; dalam Bab 6 menjelaskan tafsiran tauhid dan syahadat "La ilaha Illallah".
Upaya
pemurnian tauhid tidak akan tuntas hanya dengan menjelaskan makna
tauhid, akan tetapi harus dibarengi dengan penjelasan tentang hal-hal
yang dapat merusak dan menodai tauhid. Untuk itu, pada bab-bab
berikutnya, penulis berusaha menjelaskan berbagai macam bentuk tindakan
dan perbuatan yang dapat membatalkan atau mengurangi kesempurnaan tauhid
dan menodai kemurniannya, yaitu apa yang disebut syirik, baik syirik
akbar maupun syirik ashghar, dan hal-hal yang tidak termasuk syirik
tetapi dilarang Islam karena menjurus dan bisa mengakibatkan syirik,
disertai pula dengan keterangan tentang latar belakang histories
timbulnya syirik.
Terakhir,
penulis menyebutkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
menerangkan keagungan dan kekuasaan Allah, untuk menunjukkan bahwa Allah
adalah Tuhan yang paling berhak dengan segala bentuk ibadah yang
dilakukan manusia dan Dia-lah Tuhan yang memiliki segala sifat kemuliaan
dan kesempurnaan.
Satu
hal yang unik dalam metode pembahasan buku ini, bahwa penulis tidak
menerangkan atau membahas tauhid dengan cara yang lazim kita kenal dalam
buku-buku masa kini. Pada setiap bab, penulis hanya menyebutkan
ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits serta pendapat-pendapat ulama
salaf, kemudian beliau menjabarkan bab-bab itu dengan menyebutkan
permasalahan-permasalahan penting yang terkandung dan tersirat dari
dalil-dalil tersebut.
Akan
tetapi, justru dengan demikian itulah, buku ini menjadi lebih penting,
sebab pembahasannya mengacu kepada Kitab dan Sunnah yang menjadi sumber
hukum bagi umat Islam. Mengingat amat ringkasnya beberapa permasalahan
yang dijabarkan oleh penulis, maka dengan memohon taufiq Allah,
penerjemah memberikan sedikit keterangan dan penjelasan dengan diapit
oleh dua tanda kurung siku "[..]" atau melalui catatan kaki.
Apa
yang diharapkan oleh penulis bukanlah sekedar mengerti dan memahami,
tetapi lebih dari pada itu, yaitu: suatu sikap dan pandangan hidup
tauhidi yang tercermin dalam keyakinan, tutur kata dan amalan. Semoga
buku ini bermanfaat bagi kita dalam usaha mewujudkan ibadah kepada Allah
dengan semurni-murninya.
Hanya
kepada Allah kita menghamba dan hanya kepada-Nya kita mohon
pertolongan. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah
kepada Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
______________________
Catatan Kaki
[1] Lihat Al-Qur’an 38:82; 31:25; 23:84-89.
[2] Lihat Al-Qur’an 16:36; 21:25; 7:59,65,73,85 dll.
0 komentar:
Posting Komentar