Selanjutnya,
penulis Kitab Tauhid menerangkan ancaman keras bagi para perupa
(penggambar, pelukis, pemahat) makhluk yang bernyawa dan larangan untuk
sering / banyak melakukan sumpah. Bagaimana bentuk keduanya? Simak
penjelasannya berikut ini.
Tentang Para Perupa Makhluk Bernyawa
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
"Allah
berfirman: ‘Dan tiada yang bertindak lebih zhalim daripada orang yang
bermaksud mencipta seperti ciptaanKu. Maka cobalah mereka mencipta
seekor semut kecil, atau sebutir biji-bijian, atau sebutir biji
gandum’."
Al-Bukhari dan Muslim
meriwayatkan pula dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda: "Manusia yang paling pedih siksanya pada hari Kiamat
adalah orang-orang yang membuat penyerupaan dengan makhluk Allah."
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Ibnu ‘Abbas bahwa ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
"Setiap
perupa berada dalam Neraka; untuknya setiap rupa yang dibuatnya akan
diberi nyawa guna menyiksa dirinya dalam Neraka Jahannam."
Al-Bukhari dan Muslim pun meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas hadits marfu’:
"Barangsiapa
yang membuat rupaka di dunia, akan dibebani (pada hari Kiamat) untuk
meniupkan roh ke dalam rupaka buatannya itu namun dia tidak akan dapat
meniupkannya."
Muslim meriwayatkan dari Abu Al-Hayyaj, ia menuturkan: ‘Ali berkata kepadaku:
"Maukah
kamu aku utus untuk sesuatu tugas sebagaimana Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam telah mengutusku untuk tugas tersebut?
Yaitu: Janganlah kamu biarkan ada sebuah rupaka tanpa kamu musnahkan,
dan janganlah kamu biarkan ada sebuah kuburan yang menonjol tanpa kamu
ratakan."
Kandungan Bab Ini
- Ancaman berat terhadap para perupa makhluk bernyawa.
- Alasannya, yaitu: tidak berlaku sopan santun kepada Allah, sebagaimana firman Allah: "Dan tiada yang bertindak lebih zhalim daripada orang yang bermaksud mencipta seperti ciptaanKu."
- FirmanNya: "Maka cobalah mereka mencipta seekor semut kecil, atau sebutir biji-bijian, atau sebutir biji gandum", menunjukkan kekuasaan Allah dan kelemahan manusia.
- Ditegaskan dalam hadits, bahwa para perupa adalah manusia yang paling pedih siksanya.
- Allah akan menciptakan roh untuk setiap rupaka yang dibuat guna menyiksa perupa tersebut dalam Neraka Jahannam.
- Bahwa perupa akan dibebani untuk meniupkan roh ke dalam rupaka yang dibuatnya.
- Perintah untuk memusnahkan rupaka apabila menjumpainya.
Larangan Banyak Bersumpah
Firman Allah, “Dan jagalah sumpahmu “(al maidah : 89)
Abu Hurairah menuturkan: aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sumpah itu dapat melariskan dagangan, tetapi menghapuskan berkah usaha.”[1]
Diriwayatkan dari Salman, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Tiga
orang yang tidak diajak bicara dan tidak disucikan oleh Allah (pada
hari kiamat) dan mereka menerima azab yang pedih yaitu: orang yang sudah
beruban yang melakukan zina, orang yang melarat yang congkak, dan orang
yang menjadikan Allah sebagai barang dagangan, ia tidak membeli dan
tidak menjual kecuali dengan bersumpah.” [2]
Diriwayatkan dalam shahih Bukhari dan Muslim dari Imran bin Hushain, ia menuturkan: Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik- baik umatku adalah mereka yang hidup pada masaku kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutrnya lagi.”
Kata Imran : "aku tak ingat lagi apakah beliau menyebutkan setelah masa beliau itu dua atau tiga kali".
“Kemudian
akan ada sesudah kamu sekalian orang yang memberikan kesaksian tanpa
diminta kesaksian mereka, mereka khianat dan tidak dapat dipercaya,
mereka nadzar dan tidak memenuhi nadzarnya, dan tampak pada tubuh mereka
kegemukan.”
Diriwayatkan pula dalam shohih Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-
baik manusia adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian berikutnya,
kemudia berikutnya lagi, selanjutnya akan datang orang-orang dimana ada
diantara mereka kesaksiannya mendahului sumpahnya dan sumpahnya
mendahului kesaksiannya“
Ibrahim An Nakhai berkata:
"Mereka (pada orang tua) dahulu memukuli kami karena kesaksian atau sumpah (yang kami berikan) ketika kami masih kecil."
Kandungan Bab Ini
- Diwasiatkan oleh Allah Ta’ala supaya menjaga sumpah
- Diberitahukan oleh Rasulullah bahwa sumpah dapat melariskan dagangan, tetapi menghapuskan berkah dalam usaha
- Ancaman berat bagi yang selalu bersumpah, baik ketika menjual atau membeli
- Perlu diingat bahwa dosa dapat menjadi besar meskipun faktor yang mendorong untuk melakukannya kecil. [3]
- Terlarang dan tercela orang yang bersumpah tanpa diminta
- Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyanjung ketiga atau keempat generasi dan memberitahukan apa yang akan terjadi selanjutnya
- Terlarang dan tercela orang yang memberikan kesaksian tanpa diminta
- Para salaf memukul anak- anak kecil karena memberikan atau menyatakan sumpah. [4]
Catatan Kaki
[1] HR Bukhari Muslim.
[2] HR Ath Thabrani dengan sanad shahih.
[3]
Seperti orang yang sudah beruban (tua) yang berzina atau orang melarat
yang congkak, semestinya mereka tidak melakukan perbuatan dosa ini,
karena faktor yang mendorong mereka untuk berbuat demikian adalah lemah
atau kecil.
[4]
Hal tersebut dilakukan para salaf untuk mendidik anak-anak agar tidak
gampang bersaksi atau menyatakan sumpah, yang akhirnya akan menjadi
suatu kebiasaan, dengan ringan ia akan bersaksi atau bersumpah sampai
pun dalam masalah yang tidak patut baginya untuk bersumpah. Dan banyak
bersumpah dilarang, karena perbuatan ini menunjukkan suatu sikap
meremehkan dan tidak mengagungkan nama Allah.
Meminta Allah Sebagai Perantara Kepada Makhluknya & Upaya Nabi Dalam Menjaga Kemurnian Tauhid
Selanjutnya,
penulis Kitab Tauhid menerangkan bagaimana upaya keras Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam dalam menjaga kemurnian tauhid kepada Allah
Azza wa Jalla. Hal ini juga ditunjukkan oleh Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam ketika ada orang yang meminta sesuatu untuk
dijadikan perantara Allah dengan makhluk-Nya.
Tidak Dibenarkan Meminta Allah Sebagai Perantara Kepada Makhluknya
Diriwayatkan dari Jubair bin Muth’im bahwa ada seorang badui dating kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam seraya berkata:
"Ya
Rasulullah! Orang-orang kehabisan tenaga, anak-istri kelaparan dan
harta benda musnah. Maka mintalah siraman hujan untuk kami kepada
Tuhanmu. Sungguh, kami meminta Allah sebagai perantara kepadamu dan kami
memintamu sebagai perantara kepada Allah." Ketika itu, bersabdalah
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam: "Subhanallah, Subhanallah."Beliau pun
tetap bertasbih sampai tampak pada raut muka para sahabat (perasaan
takut karena kemarahan beliau). Kemudian beliau bersabda: "Kasihanilah
dirimu. Tahukah kamu siapakah Allah ‘Azza wa Jalla itu? Sungguh,
kedudukan Allah jauh lebih Agung daripada yang demikian itu.
Sesungguhnya, tidak dibenarkan Allah diminta sebagai perantara kepada
siapa pun dari makhlukNya …" dan seterusnya. [1]
Kandungan Bab Ini:
- Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menolak dan tidak membenarkan orang yang mengatakan: "Kami meminta Allah sebagai perantara kepadamu."
- Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam marah sekali tatkala mendengar ucapan ini dan bertasbih berkali-kali, sehingga para sahabat merasa takut.
- Rasulullah tidak menolak ucapan orang badui tersebut: "Kami memintamu sebagai perantara kepada Allah."
- Tafsiran "Subhanallah" [artinya: Mahasuci Allah dari segala hal yang tidak layak dengan keagungan dan kebesaranNya].
- Bahwa kaum muslimin meminta perantaraan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam [pada masa hidupnya] untuk memohon (kepada Allah) siraman hujan
Upaya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Dalam Menjaga Kemurnian Tauhid Dan Menutup Segala Jalan Menuju Syirik
‘Abdullah bin Asy-Syikhkhir menuturkan: "Tatkala aku ikut pergi bersama suatu delegasi Bani ‘Amir menemui Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, kami berkata: "Engkau adalah sayyid (tuan) kita." Maka beliau bersabda: "Sayyid yang sebenarnya adalah Allah Tabaraka wa." Lalu kami berkata: "Dan engkau adalah yang paling mulia dan paling agung kebaikannya di antara kita." Beliau pun bersabda: "Ucapkanlah semua atau sebagian kata-kata yang wajar bagi kamu sekalian dan janganlah terseret oleh setan." [2]
Diriwayatkan dari Anas radhiallahu anhu, ia menuturkan bahwa ada orang-orang
berkata: "Ya
Rasulullah; wahai orang yang paling baik di antara kita dan putera
orang yang paling baik di antara kita; wahai tuan kita dan putera tuan
kita!" Maka, ketika itu, bersabdalah beliau: "Saudara-saudara sekalian!
Ucapkanlah kata-kata yang wajar saja bagi kamu sekalian dan janganlah
sekali-kali kamu sekalian terbujuk oleh setan. Aku adalah Muhammad,
hamba Allah dan utusanNya. Aku tidak senang kamu sekalian mengangkatku
melebihi kedudukanku yang telah diberikan kepadaku oleh Allah ." [3]
Kandungan Bab Ini
- Peringatan kepada para sahabat agat tidak bersikap berlebihan terhadap beliau shallallahu’alaihi wa sallam.[4]
- Orang yang dikatakan kepadanya: "Engkau adalah sayyid (tuan) kita", seyogyanya menjawab: "Sayyid yang sebenarnya adalah Allah Tabaraka wa ."
- Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memperingatkan kepada para sahabat agar tidak terseret dan terbujuk oleh setan, padahal mereka tidak mengatakan kecuali yang sebenarnya.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Aku tidak senang kamu sekalian mengangkatku melebihi kedudukan (yang sebenarnya) yang telah diberikan kepadaku oleh Allah."
Catatan Kaki
[1] Hadits riwayat Abu Dawud.
[2] Hadits riwayat Abu Dawud dengan sanad jayyid.
[3] Hadits riwayat An-Nasa’i dengan sanad jayyid.
[4]
Bab ini menunjukkan bahwa tauhid tidak akan sempurna, dan murni kecuali
dengan menghindarkan diri dari setiap ucapan yang menjurus kepada
perlakuan yang berlebihan terhadap seorang makhluk karena dikhawatirkan
akan terseret ke dalam syirik.
0 komentar:
Posting Komentar