-->

17 Agustus 2012

YAHUDI PELOPOR FAHAM INGKAR SUNNAH MODERN

Oleh : Ustadz Agus Hasan Bashori


Siapa yang belum kenal Yahudi? Mereka adalah umat yang terkenal kelicikan dan kekejiannya. Terlalu banyak gelar-gelar yang disandang oleh mereka. Yang jelas mereka sangat hasud, iri dan dengki kepada umat Islam, mengingkari, membangkang, dan mendustakan para Nabi, bahkan membunuh banyak nabi dan para penegak kebenaran. Mereka sangat membenci Allah, para malaikat dan kaum muslimin, sangat berani dan lancang kepada Allah dan rasul-Nya, selalu merubah-rubah firman Allah, dan tidak rela sebelum orang Islam mengikuti jejak langkah mereka. Apapun mereka tempuh demi terciptanya tujuan mereka.
Diantara sifat Yahudi yang paten dan laten adalah merusak; merusak agama, manusia, dan dunia. Allah berfirman tentang mereka:

وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ
Dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi [Al-Baqarah: 64]
INGKAR SUNNAH KLASIK
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (telah meramalkan bahwa nanti akan muncul generasi yang mengingkari hadits sebagai sumber hukum Islam. Hal ini diriwayatkan oleh beberapa sahabat yaitu al-Miqdam Ibn Ma’di Karib al-Kindi, Abu Rafi’ Aslam Maula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Hurairah . Hadits-hadits tersebut terdapat dalam beberapa kitab antara lain Sunan Abu Daud, Sunan Tirmizdi, Sunan Ibnu Majah, Mustadrak Imam Hakim, dan disebutkan oleh al-Khatib dalam al-Fiqh, al-Ajjuri dalam asy-Syari’ah, Ibn Abdil Barr dalam Jami’ Bayan al-‘Ilmi, dan Ibn Hibban dalam muqaddimah kitabnya.

Pada masa sahabat dan tabi’in, khususnya di daerah Bashrah, Iraq telah muncul beberapa orang yang mengingkari hujjiyah sunnah yang disebabkan karena tidak mengetahui kedudukan sunnah, karena itu setelah dijelaskan merekapun bertaubat. Jadi dalam masalah ini belum berbentuk kelompok, aliran atau faham.
Pada abad kedua hijriyah muncullah kelompok ingkar sunnah, terutama yang tidak mutawaatir, tempatnya juga di Bashrah.

Kemudian pada abad ketiga dan seterusnya pengingkar hadits ahad dipelopori oleh Mu’tazilah dan sebagian Khawarij, akan tetapi gaung mereka tidak sampai mendunia. Berbeda dengan Syi’ah mereka menolak semua hadits-hsdits sunni tetapi hanya berlaku dalam kalangan Syi’ah.

INGKAR SUNNAH DI ABAD MODERN
Sebelas abad setelah itu, tepatnya pada abad ke-14 H, setelah runtuhnya negara-negara Islam ditangan barat, muncullah gerakan faham ingkar sunnah secara mutlak. Faham sesat ini dibidani oleh seorang Yahudi tulen. Aneh tetapi nyata. Seharusnya menjadi maklum bahwa Yahudi itu ingkar Al-Qur`an dan Sunnah. Akan tetapi jalan baru ini dinilai sebagai alternatif jitu untuk membidik leher umat Islam. Dan yang lebih aneh lagi pemikirannya yang jelas-jelas rusak itu diikuti oleh sebagian sarjana muslim.

Yahudi tersebut adalah seorang orientalis terkemuka bernama Ignaz Goldziher. Dia mengingkari sunnah melalui karangannya Muhammadanische Studien yang diterbitkan pada tahun 1890 M di Jerman.
Prof. DR. Goldziher (1850-1921 M) adalah Yahudi Honggaria. Ibu bapaknya adalah tukang mas di Honggaria dan beragama Yahudi tulen. Nenek moyangnya juga beragama Yahudi fanatik. Dalam usia yang sangat muda (19 tahun), ia dilantik menjadi doktor dalam bidang Islamologi di Jerman, dibawah bimbingan Prof. Rodiger. Dia ahli dalam bahasa Ibrani, dan tulisan-tulisannya dipublikasikan dalam bahasa Jerman, Perancis, dan Inggris.
Ia kemudian mendapat beasiswa untuk belajar di Al-Azhar, Kairo, Mesir, pada tahun 1873-1874 guna memperdalam bahasa Arab dan pengetahuan Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Goldziher selama 30 tahun (1876-1904) menjadi sekertaris masyarakat Israel modern di Post. Dan selama 14 tahun (1900-1914) mengajar filsafat agama Yahudi di Jewish Theological Seminary (Sekolah misi Ketuhanan Yahudi) Bedapost.
Goldziher, bapak aliran sesat ingkar sunnah modern adalah orang yang paling berperan dalam merubah pola studi Islam, dengan perubahan yang sangat radikal dan substansial. Dan kerangka teorinya telah diikuti oleh para orientalis besar lainnya.
Goldziher mengatakan bahwa: “Hadits, sebagian besar adalah hasil dari perkembangan politik dan kemasyarakatan dalam abad kesatu dan kedua Hijriyah, jadi bukan ucapan nabi Muhammad, tetapi hampir semua hadits dibuat oleh orang-orang yang ada pada generasi Bukhari dan Muslim, lalu mereka beri sanad. Para ulama telah membuat banyak hadits dengan tujuan ingin menjadikan Islam sebagai agama yang multi dimensi, holistik dan komprehensif. Karena itulah hanya al-Qur`an yang bisa dijadikan pijakan”.
Yahudi lain yang sangat berpengaruh dalam paham ingkar sunnah adalah Joseph Schacht (1902-1969), seorang orientalis Yahudi dari Jerman. Dia banyak memegang jabatan-jabatan akademis dibeberapa negara seperti Jerman, Mesir, Inggris, Amerika, al-Jazair, dan Belanda. Dia termasuk redaktur The Encyklopedia of Islam, sebagaimana Goldziher sebelumnya. Dan buku Schact yang terkenal adalah The Origin of Muhammadan Jurisprudence dan buku An Introduction to Islamic Law. Dalam buku yang pertama itu, Joseph Schact menyatakan bahwa: “Sanad hadits Nabi hanyalah buatan dan gubahan sandiwara, namun masih ada hadits yang bisa dipercaya”. Dan masih banyak lagi syubhat-syubhat yang dilontarkan oleh para penyeru ingkar sunnah. Kemudian pemikiran Schact dimodifikasi dan diperbaharui oleh orang Islam yang bernama Fazlur-Rahman, dalam bukunya Islamic Methodology in History ia menyatakan bahwa masih banyak hadits yang masih bisa dipercaya. Dari sinilah syubhat-syubhat Yahudi itu tersebar.
GERAKAN INGKAR SUNNAH DI DUNIA ARAB DAN MESIR
Gerakan ingkar sunnah dengan cepat merambah ke Mesir pada masa Muhammad Abduh dan sesudahnya. Diantara tokoh-tokoh yang banyak meenggugat sunnah adalah Ali Abdur-Raziq, Muhammad Ammarah, Hasan Turabi, Fahmi Huwaidi, Hasan Haikal, Qasim Amin, Ahmad Amin, dan lain-lain.

GERAKAN INGKAR SUNNAH DI INDIA
Di India pengaruh minoritas Kristen pada masa penjajahan Inggris sangat kuat. Diantara budak penjajah adalah Mirza Ghulam Ahmad (1907 M) yang mengaku menjadi nabi yang dengan demikian memusuhi sunnah-sunnah nabi.

Tokoh pengingkar sunnah lain adalah Sir sayyid Ahmad Khan (1817-1898). Dia di India mirip Muhammad Abduh di Mesir.
Ahmad Khan menolak mu’jizat dan hadits-hadits shahih bahkan akhirnya hanya iman dengan Al-Qur`an saja. Setelah itu pengingkar sunnah menjamur di India.
GERAKAN INGKAR SUNNAH DI AMERIKA DAN EROPA
Gerakan ini dipimpin oleh Ir Rasyid Khalifah kelahiran Mesir berwarga negara Amerika. Ia menyatakan bahwa hadits-hadits itu adalah buatan Iblis.

Kini gerakan ingkar sunnah sudah menyebar dimana-mana termasuk di Indonesia. Dan banyak orang-orang membawa pikiran-pikiran ingkar sunnah tetapi tidak merasa bahwa dirinya adalah pengingkar sunnah. Ini kebanyakan terjadi pada sarjana-sarjana yang menimba ilmu dari para orientalis anak cucu dari Goldziher yang mengatas namakan penelitian ilmiah ataupun wacana ilmiah.
Mengapa sarjana- sarjana muslim banyak yang terjebak?
Perlu diingat, Goldziher bukanlah seorang diri, semua orang Yahudi ada dibelakangnya. Jumlah Yahudi di dunia sekarang ini sekitar 15 juta jiwa; 6 juta di Amerika Serikat, 6 juta 920 ribu di Amerika Utara dan selatan dan 3 Juta 653 ribu di Israel. 70 % dosen dan guru besar di Amerika Serikat adalah Yahudi. 50% penerbit dan percetakan di Amerika Serikat dikuasai Yahudi, 50% buku-buku sekolahan berisi informasi yang bias dan mendiskreditkan Islam, dan hanya 17% yang berisi informasi benar tentang Islam dan sisanya perlu direvisi dan dibetulkan.
Ketika Barat menjadi kiblat dunia pendidikan dan para para alumninya sudah banyak berperan di negara-negara Islam maka terasalah pengaruh-pengaruh orientalis yahudi semisal Goldziher dengan segala pemikiran yang berkedok modernisme dan penelitian ilmiah itu. Sementara orang-orang muslim yang belajar kesana belum mengerti apa sebenarnya al-Qur`an dan sunnah itu. Maka salah seorang pakar Islam yang mendalami masalah ini menyimpulkan bahwa ada empat faktor yang menyebabkan pikiran-pikiran orientalis Yahudi dan Nashrani (termasuk ingkar sunnah) diikuti oleh sarjana-sarjan muslim.
1. Bodohnya saudara kita, mereka tidak menelaah Islam dari sumber-sumbernya yang jernih, tidak mempelajari Islam dari pintunya.
2. Terkecoh dan tertipu dengan metodologi dan pendekatan yang diklaim sebagai metode ilmiah yang obyektif dan positif.
3. Ambisi mereka untuk tenar dan berpenampilan modernis.
4. Ketidak berdayaan mereka dibawah dominasi pemikiran yang menyimpang. Mereka tidak memiliki daya dan kemampuan untuk melindungi diri melainkan dengan bersandar kepada para orientalis tersebut karena memang mereka jauh dari ulama dan telah dijauhkan dari ulama oleh para orientalis itu.
Coba kita bayangkan misalnya mahasiswa muslim yang lugu itu duduk dihadapan Profesor Yahudi di Amerika, yang nama dan gelarnya telah menyihir banyak orang. Lalu sang Profesor itu berkata bahwa sunnah itu tidak bisa jadi sumber hukum islam sebab ; Hadits-hadits itu baru dikumpulkan setelah seratus tahun dari wafatnya Muhammad. Hadits-hadits maudhu’ telah bercampur aduk dengan yang shahih yang tidak memungkinkan lagi untuk memilah-milahnya.
Metodologi ahli-ahli hadits selama ini belum cukup untuk menemukan yang shahih diantara yang cacat karena kaidah-kaidah itu hanya berbicara sekitar kritik sanad dan rawi, tidak pada matan. Muhammad sendiri telah melarang menulis hadits, karena itu tidak ada catatan hadits pada zamanya bahkan pada Khulafa ar-Rasydin juga melarang, baru seratus tahun kemudian dikumpulkan dari ingatan-ingatan manusia yang “mahallul khata` wan-nisyan” itu?

Kira-kira demikian diantara ucapan Profesor itu, sementara mahasiswa tadi itu lugu tidak tahu apa-apa tentang itu semua. Kira-kira apa yang akan dia lakukan? Apakah diam atau membantah? Atau apa?. Karena pikirannya kosong belum pernah berfikir semacam itu, sebagai seorang muslim pertama kali dia pasti ingin berontak, paling tidak meragukan dengan berkata “masak benar begitu?”. Lama kelamaan setelah Profesor itu menjelaskan dengan bersilat lidah dan bermain kata-kata, maka mehasiswa itupun jatuh dalam pelukannya dengan berkata, “oh……. begitu…. ya… ya… ya… baru mengerti saya… ini baru namanya ilmu..!!”
Ketika orang seperti mahasiswa tadi banyak jumlahnya dan pulang dengan gelar Doktor dan Profesor, maka Goldziher berubah nama menjadi “Ahmad Sarjono”, “Ahmad Khalash” dan lain-lain.
Begitulah nasib akhir dari sebuah generasi yang jauh dari ulama kemudian berguru kepada orang Yahudi
Semoga umat Islam ini sadar dan menjadi pembela Islam dan sunnah Nabinya berdasarkan bimbingan ulama
Malang, 5 Jumadil Akhir 1422
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun V/1422H/2001M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.