“Maka celakalah bagi mereka yang keras qalbunya dari berdzikir kepada Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata.”
(QS.Az-Zumar: 22)
Tidaklah Allah memberikan hukuman yang lebih besar kepada seorang
hamba selain dari kerasnya qalbu dan jauhnya dari Allah subhanahu wa
ta’ala. An-Naar (neraka) adalah diciptakan untuk melunakkan qalbu yang
keras. Qalbu yang paling jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala adalah
qalbu yang keras, dan jika qalbu sudah keras mata pun terasa gersang.
Qalbu yang keras ditimbulkan oleh empat hal yang dilakukan melebihi
kebutuhan: makan, tidur, bicara, dan pergaulan.
Sebagaimana jasmani jika dalam keadaan sakit
tidak akan bermanfaat baginya makanan dan minuman, demikian pula qalbu
jika terjangkiti penyakit-penyakit hawa nafsu dan keinginan-keinginan
jiwa, maka tidak akan mempan padanya nasehat.
Barangsiapa hendak mensucikan qalbunya maka ia harus mengutamakan Allah dibanding keinginan dan nafsu jiwanya.
Karena qalbu yang tergantung dengan hawa nafsu akan tertutup dari Allah subhanahu wa ta’ala, sekadar tergantungnya jiwa dengan hawa nafsunya.
Banyak orang menyibukkan qalbu dengan gemerlapnya dunia. Seandainya mereka sibukkan dengan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala dan negeri akhirat tentu qalbunya akan berkelana mengarungi makna-makna Kalamullah dan ayat-ayat-Nya yang nampak ini, dan ia pun akan menuai hikmah-hikmah yang langka dan faedah-faedah yang indah. Jika qalbu disuapi dengan berdzikir dan disirami dengan berfikir serta dibersihkan dari kerusakan, ia pasti akan melihat keajaiban dan diilhami hikmah.
Karena qalbu yang tergantung dengan hawa nafsu akan tertutup dari Allah subhanahu wa ta’ala, sekadar tergantungnya jiwa dengan hawa nafsunya.
Banyak orang menyibukkan qalbu dengan gemerlapnya dunia. Seandainya mereka sibukkan dengan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala dan negeri akhirat tentu qalbunya akan berkelana mengarungi makna-makna Kalamullah dan ayat-ayat-Nya yang nampak ini, dan ia pun akan menuai hikmah-hikmah yang langka dan faedah-faedah yang indah. Jika qalbu disuapi dengan berdzikir dan disirami dengan berfikir serta dibersihkan dari kerusakan, ia pasti akan melihat keajaiban dan diilhami hikmah.
Tidak setiap orang yang berhias dengan ilmu dan hikmah serta memeganginya akan masuk dalam golongannya. Kecuali jika mereka menghidupkan qalbu dan mematikan hawa nafsunya.
Adapun mereka yang membunuh qalbunya dengan menghidupkan hawa nafsunya, maka tak akan muncul hikmah dari lisannya.
Rapuhnya qalbu adalah karena lalai dan merasa aman, sedang makmurnya qalbu karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan dzikir. Maka jika sebuah qalbu merasa zuhud dari hidangan-hidangan dunia, dia akan duduk menghadap hidangan-hidangan akhirat. Sebaliknya jika ia ridha dengan hidangan-hidangan dunia, ia akan terlewatkan dari hidangan akhirat.
Kerinduan bertemu Allah subhanahu wa ta’ala adalah angin semilir yang menerpa qalbu, membuatnya sejuk dengan menjauhi gemerlapnya dunia. Siapapun yang menempatkan qalbunya disisi Rabb-nya, ia akan merasa tenang dan tentram. Dan siapapun yang melepaskan qalbunya di antara manusia, ia akan semakin gundah gulana.
Ingatlah! Kecintaan terhadap Allah subhanahu
wa ta’ala tidaklah akan masuk ke dalam qalbu yang mencintai dunia
kecuali seperti masuknya unta ke lubang jarum (sesuatu yang sangat
mustahil).
Jika Allah subhanahu wa ta’ala cinta kepada seorang hamba, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian nikmat-nikmat-Nya, dan Ia akan memilihnya di antara hamba-hamba-Nya, sehingga hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lisannya senantiasa basah dengan berdzikir kepada-Nya, anggota badannya selalu dipakai untuk berkhidmat kepada-Nya.
Jika Allah subhanahu wa ta’ala cinta kepada seorang hamba, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian nikmat-nikmat-Nya, dan Ia akan memilihnya di antara hamba-hamba-Nya, sehingga hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lisannya senantiasa basah dengan berdzikir kepada-Nya, anggota badannya selalu dipakai untuk berkhidmat kepada-Nya.
Qalbu bisa sakit sebagaimana sakitnya jasmani,
dan kesembuhannya adalah dengan bertaubat. Qalbu pun bisa berkarat
sebagaimana cermin, dan cemerlangnya adalah dengan berdzikir. Qalbu bisa
pula telanjang sebagaimana badan, dan pakaian keindahannya adalah
taqwa. Qalbu pun bisa lapar dan dahaga sebagaimana badan, maka makanan
dan minumannya adalah mengenal Allah subhanahu wa ta’ala, cinta,
tawakkal, bertaubat dan berkhidmat untuk-Nya.
(diterjemahkan dan diringkas dari kitab Al Fawaid karya Ibnul Qayyim rahimahullah hal 111-112)
(diterjemahkan dan diringkas dari kitab Al Fawaid karya Ibnul Qayyim rahimahullah hal 111-112)
NODA NODA DOSA
Perbuatan dosa dan maksiat pasti mendatangkan
mudharat (kerugian/kejelekan) meskipun antara satu dosa dengan yang lain
berbeda-beda tingkat mudharatnya. Tidaklah ada kejelekan di dunia dan
akhirat kecuali pasti disebabkan dosa dan maksiat.
Apa yang menyebabkan diusirnya Iblis dari
surga dan diputuskan untuk menjadi makhluk yang sengsara selama-lamanya?
Apa yang menyebabkan tenggelamnya manusia di masa Nabi Nuh? Apa yang
menyebabkan terhempasnya kaum ‘Aad oleh angin yang begitu dahsyat? Apa
yang menyebabkan kaum Nabi Luth dibalik bersama buminya sehingga yang
bawah menjadi di atas dan yang atas menjadi di bawah? Apa yang
menyebabkan Fir’aun bersama bala tentaranya tenggelam di tengah lautan?
Apa yang menyebabkan Qarun tengelam ke dalam bumi bersama harta
kekayaannya? Apa yang menjadikan sekelompok orang Yahudi diubah
bentuknya menjadi babi dan kera? Apa yang menyebabkan semua itu kalau
bukan dosa dan maksiat?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Telah nampak kerusakan di darat dan lautan dengan sebab apa yang dilakukan oleh tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS.Ar-Rum: 41)
“Telah nampak kerusakan di darat dan lautan dengan sebab apa yang dilakukan oleh tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS.Ar-Rum: 41)
Abdullah bin Umar bin Khatthab mengatakan: “Aku adalah yang kesepuluh dari sepuluh orang muhajirin yang berada di sisi Nabi maka beliau menghadapkan wajahnya kepada kami kemudian mengatakan: ‘Wahai muhajirin ada lima perkara, saya berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk kalian dapati lima perkara itu: Tidaklah muncul kekejian pada sebuah kaum dan mereka menampakkannya kecuali mereka akan diberi cobaan dengan wabah pes dan penyakit-penyakit yang tidak pernah ada pada orang-orang yang hidup mendahului mereka. Tidaklah sebuah kaum mengurangi timbangan dan ukuran kecuali mereka akan dicoba dengan kemarau panjang, krisis bahan makanan dan kedzaliman serta kecurangan penguasa. Tidaklah sebuah kaum menahan dari pembayaran zakat dari harta mereka kecuali mereka akan dihalangi dari setetes air dari langit, kalaulah bukan karena binatang-binatang niscaya tidak akan diberi hujan. Tidaklah sebuah kaum menyelisihi janji kecuali Allah akan kuasakan kepada mereka musuh dari selain mereka sehingga musuh-musuh itu akan mengambil sebagian yang dimiliki oleh kaum itu. Dan tidaklah pimpinan-pimpinan mereka tidak mengamalkan apa yang Allah turunkan dalam kitab-Nya kecuali Allah akan menjadikan pertikaian di antara mereka sendiri. [Shahih, HR Ibnu Majah no:4019 dishahihkan oleh As Syaikh al Albani, lihat Sisilah As-Shahihah no.106-107]
Demikianlah maksiat akan menimbulkan sekian banyak kejelekan sebagaimana disebutkan Ibnul Qayyim:
1. Bahwasanya maksiat akan menghalangi ilmu. Karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang Allah berikan kepada seorang hamba dan maksiat akan memadamkannya.
2. Maksiat menyebabkan terhambatnya rizqi, sebagaimana takwa itu akan menyebabkan datangnya rizqi maka meninggalkan takwa akan menyebabkan kefakiran.
3. Maksiat menyebabkan hati gelisah dalam berhubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak ada padanya kenikmatan sama sekali. Ini tidak disadari kecuali oleh pemilik hati yang hidup. Adapun hati yang mati tidak bisa menyadarinya. Bagai mayat yang tak dapat merasakan sakit atas luka yang mengenainya.
4. Maksiat menyebabkan ketidakharmonisan hubungan hamba dengan sesamanya. Lebih-lebih orang-orang yang baik, sampai sebagian pendahulu kita mengatakan: “Sungguh aku berbuat maksiat kepada Allah dan aku melihat pengaruhnya pada binatang kendaraanku dan istriku.”
5. Menyebabkan sulitnya segala urusan, sehingga ia tidak menuju sebuah urusan kecuali ia dapati dalam keadaan buntu.
6. Maksiat menyebabkan terhambatnya ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
7. Maksiat menyebabkan lemah qalbu dan jasmaninya, karena kekuatan jasmani itu berasal dari batin maka tatkala batinnya lemah lahiriah nyapun lemah.
8. Menghilangkan keberkahan umur.
9. Maksiat menyebabkan kegelapan dalam hati seperti halnya ia merasakan kegelapan malam yang pekat. (Diambil dari kitab Ad-Da’u wad Dawa’u karya Ibnu Qoyyim al Jauziyyah oleh Al Ustadz Qomar Suaidi. Sumber www.asysyariah.com)
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah Rahimahullah1. Bahwasanya maksiat akan menghalangi ilmu. Karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang Allah berikan kepada seorang hamba dan maksiat akan memadamkannya.
2. Maksiat menyebabkan terhambatnya rizqi, sebagaimana takwa itu akan menyebabkan datangnya rizqi maka meninggalkan takwa akan menyebabkan kefakiran.
3. Maksiat menyebabkan hati gelisah dalam berhubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak ada padanya kenikmatan sama sekali. Ini tidak disadari kecuali oleh pemilik hati yang hidup. Adapun hati yang mati tidak bisa menyadarinya. Bagai mayat yang tak dapat merasakan sakit atas luka yang mengenainya.
4. Maksiat menyebabkan ketidakharmonisan hubungan hamba dengan sesamanya. Lebih-lebih orang-orang yang baik, sampai sebagian pendahulu kita mengatakan: “Sungguh aku berbuat maksiat kepada Allah dan aku melihat pengaruhnya pada binatang kendaraanku dan istriku.”
5. Menyebabkan sulitnya segala urusan, sehingga ia tidak menuju sebuah urusan kecuali ia dapati dalam keadaan buntu.
6. Maksiat menyebabkan terhambatnya ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
7. Maksiat menyebabkan lemah qalbu dan jasmaninya, karena kekuatan jasmani itu berasal dari batin maka tatkala batinnya lemah lahiriah nyapun lemah.
8. Menghilangkan keberkahan umur.
9. Maksiat menyebabkan kegelapan dalam hati seperti halnya ia merasakan kegelapan malam yang pekat. (Diambil dari kitab Ad-Da’u wad Dawa’u karya Ibnu Qoyyim al Jauziyyah oleh Al Ustadz Qomar Suaidi. Sumber www.asysyariah.com)
“Maka celakalah bagi mereka yang keras qalbunya dari berdzikir kepada Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata.”
(QS.Az-Zumar: 22)
Tidaklah Allah memberikan hukuman yang lebih besar kepada seorang
hamba selain dari kerasnya qalbu dan jauhnya dari Allah subhanahu wa
ta’ala. An-Naar (neraka) adalah diciptakan untuk melunakkan qalbu yang
keras. Qalbu yang paling jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala adalah
qalbu yang keras, dan jika qalbu sudah keras mata pun terasa gersang.
Qalbu yang keras ditimbulkan oleh empat hal yang dilakukan melebihi
kebutuhan: makan, tidur, bicara, dan pergaulan.
Sebagaimana jasmani jika dalam keadaan sakit
tidak akan bermanfaat baginya makanan dan minuman, demikian pula qalbu
jika terjangkiti penyakit-penyakit hawa nafsu dan keinginan-keinginan
jiwa, maka tidak akan mempan padanya nasehat.
Barangsiapa hendak mensucikan qalbunya maka ia harus mengutamakan Allah dibanding keinginan dan nafsu jiwanya.
Karena qalbu yang tergantung dengan hawa nafsu akan tertutup dari Allah subhanahu wa ta’ala, sekadar tergantungnya jiwa dengan hawa nafsunya.
Banyak orang menyibukkan qalbu dengan gemerlapnya dunia. Seandainya mereka sibukkan dengan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala dan negeri akhirat tentu qalbunya akan berkelana mengarungi makna-makna Kalamullah dan ayat-ayat-Nya yang nampak ini, dan ia pun akan menuai hikmah-hikmah yang langka dan faedah-faedah yang indah. Jika qalbu disuapi dengan berdzikir dan disirami dengan berfikir serta dibersihkan dari kerusakan, ia pasti akan melihat keajaiban dan diilhami hikmah.
Karena qalbu yang tergantung dengan hawa nafsu akan tertutup dari Allah subhanahu wa ta’ala, sekadar tergantungnya jiwa dengan hawa nafsunya.
Banyak orang menyibukkan qalbu dengan gemerlapnya dunia. Seandainya mereka sibukkan dengan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala dan negeri akhirat tentu qalbunya akan berkelana mengarungi makna-makna Kalamullah dan ayat-ayat-Nya yang nampak ini, dan ia pun akan menuai hikmah-hikmah yang langka dan faedah-faedah yang indah. Jika qalbu disuapi dengan berdzikir dan disirami dengan berfikir serta dibersihkan dari kerusakan, ia pasti akan melihat keajaiban dan diilhami hikmah.
Tidak setiap orang yang berhias dengan ilmu dan hikmah serta memeganginya akan masuk dalam golongannya. Kecuali jika mereka menghidupkan qalbu dan mematikan hawa nafsunya.
Adapun mereka yang membunuh qalbunya dengan menghidupkan hawa nafsunya, maka tak akan muncul hikmah dari lisannya.
Rapuhnya qalbu adalah karena lalai dan merasa aman, sedang makmurnya qalbu karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan dzikir. Maka jika sebuah qalbu merasa zuhud dari hidangan-hidangan dunia, dia akan duduk menghadap hidangan-hidangan akhirat. Sebaliknya jika ia ridha dengan hidangan-hidangan dunia, ia akan terlewatkan dari hidangan akhirat.
Kerinduan bertemu Allah subhanahu wa ta’ala adalah angin semilir yang menerpa qalbu, membuatnya sejuk dengan menjauhi gemerlapnya dunia. Siapapun yang menempatkan qalbunya disisi Rabb-nya, ia akan merasa tenang dan tentram. Dan siapapun yang melepaskan qalbunya di antara manusia, ia akan semakin gundah gulana.
Ingatlah! Kecintaan terhadap Allah subhanahu
wa ta’ala tidaklah akan masuk ke dalam qalbu yang mencintai dunia
kecuali seperti masuknya unta ke lubang jarum (sesuatu yang sangat
mustahil).
Jika Allah subhanahu wa ta’ala cinta kepada seorang hamba, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian nikmat-nikmat-Nya, dan Ia akan memilihnya di antara hamba-hamba-Nya, sehingga hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lisannya senantiasa basah dengan berdzikir kepada-Nya, anggota badannya selalu dipakai untuk berkhidmat kepada-Nya.
Jika Allah subhanahu wa ta’ala cinta kepada seorang hamba, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian nikmat-nikmat-Nya, dan Ia akan memilihnya di antara hamba-hamba-Nya, sehingga hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lisannya senantiasa basah dengan berdzikir kepada-Nya, anggota badannya selalu dipakai untuk berkhidmat kepada-Nya.
Qalbu bisa sakit sebagaimana sakitnya jasmani,
dan kesembuhannya adalah dengan bertaubat. Qalbu pun bisa berkarat
sebagaimana cermin, dan cemerlangnya adalah dengan berdzikir. Qalbu bisa
pula telanjang sebagaimana badan, dan pakaian keindahannya adalah
taqwa. Qalbu pun bisa lapar dan dahaga sebagaimana badan, maka makanan
dan minumannya adalah mengenal Allah subhanahu wa ta’ala, cinta,
tawakkal, bertaubat dan berkhidmat untuk-Nya.
(diterjemahkan dan diringkas dari kitab Al Fawaid karya Ibnul Qayyim rahimahullah hal 111-112)
(diterjemahkan dan diringkas dari kitab Al Fawaid karya Ibnul Qayyim rahimahullah hal 111-112)
NODA NODA DOSA
Perbuatan dosa dan maksiat pasti mendatangkan
mudharat (kerugian/kejelekan) meskipun antara satu dosa dengan yang lain
berbeda-beda tingkat mudharatnya. Tidaklah ada kejelekan di dunia dan
akhirat kecuali pasti disebabkan dosa dan maksiat.
Apa yang menyebabkan diusirnya Iblis dari
surga dan diputuskan untuk menjadi makhluk yang sengsara selama-lamanya?
Apa yang menyebabkan tenggelamnya manusia di masa Nabi Nuh? Apa yang
menyebabkan terhempasnya kaum ‘Aad oleh angin yang begitu dahsyat? Apa
yang menyebabkan kaum Nabi Luth dibalik bersama buminya sehingga yang
bawah menjadi di atas dan yang atas menjadi di bawah? Apa yang
menyebabkan Fir’aun bersama bala tentaranya tenggelam di tengah lautan?
Apa yang menyebabkan Qarun tengelam ke dalam bumi bersama harta
kekayaannya? Apa yang menjadikan sekelompok orang Yahudi diubah
bentuknya menjadi babi dan kera? Apa yang menyebabkan semua itu kalau
bukan dosa dan maksiat?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Telah nampak kerusakan di darat dan lautan dengan sebab apa yang dilakukan oleh tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS.Ar-Rum: 41)
“Telah nampak kerusakan di darat dan lautan dengan sebab apa yang dilakukan oleh tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS.Ar-Rum: 41)
Abdullah bin Umar bin Khatthab mengatakan: “Aku adalah yang kesepuluh dari sepuluh orang muhajirin yang berada di sisi Nabi maka beliau menghadapkan wajahnya kepada kami kemudian mengatakan: ‘Wahai muhajirin ada lima perkara, saya berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk kalian dapati lima perkara itu: Tidaklah muncul kekejian pada sebuah kaum dan mereka menampakkannya kecuali mereka akan diberi cobaan dengan wabah pes dan penyakit-penyakit yang tidak pernah ada pada orang-orang yang hidup mendahului mereka. Tidaklah sebuah kaum mengurangi timbangan dan ukuran kecuali mereka akan dicoba dengan kemarau panjang, krisis bahan makanan dan kedzaliman serta kecurangan penguasa. Tidaklah sebuah kaum menahan dari pembayaran zakat dari harta mereka kecuali mereka akan dihalangi dari setetes air dari langit, kalaulah bukan karena binatang-binatang niscaya tidak akan diberi hujan. Tidaklah sebuah kaum menyelisihi janji kecuali Allah akan kuasakan kepada mereka musuh dari selain mereka sehingga musuh-musuh itu akan mengambil sebagian yang dimiliki oleh kaum itu. Dan tidaklah pimpinan-pimpinan mereka tidak mengamalkan apa yang Allah turunkan dalam kitab-Nya kecuali Allah akan menjadikan pertikaian di antara mereka sendiri. [Shahih, HR Ibnu Majah no:4019 dishahihkan oleh As Syaikh al Albani, lihat Sisilah As-Shahihah no.106-107]
Demikianlah maksiat akan menimbulkan sekian banyak kejelekan sebagaimana disebutkan Ibnul Qayyim:
1. Bahwasanya maksiat akan menghalangi ilmu. Karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang Allah berikan kepada seorang hamba dan maksiat akan memadamkannya.
2. Maksiat menyebabkan terhambatnya rizqi, sebagaimana takwa itu akan menyebabkan datangnya rizqi maka meninggalkan takwa akan menyebabkan kefakiran.
3. Maksiat menyebabkan hati gelisah dalam berhubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak ada padanya kenikmatan sama sekali. Ini tidak disadari kecuali oleh pemilik hati yang hidup. Adapun hati yang mati tidak bisa menyadarinya. Bagai mayat yang tak dapat merasakan sakit atas luka yang mengenainya.
4. Maksiat menyebabkan ketidakharmonisan hubungan hamba dengan sesamanya. Lebih-lebih orang-orang yang baik, sampai sebagian pendahulu kita mengatakan: “Sungguh aku berbuat maksiat kepada Allah dan aku melihat pengaruhnya pada binatang kendaraanku dan istriku.”
5. Menyebabkan sulitnya segala urusan, sehingga ia tidak menuju sebuah urusan kecuali ia dapati dalam keadaan buntu.
6. Maksiat menyebabkan terhambatnya ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
7. Maksiat menyebabkan lemah qalbu dan jasmaninya, karena kekuatan jasmani itu berasal dari batin maka tatkala batinnya lemah lahiriah nyapun lemah.
8. Menghilangkan keberkahan umur.
9. Maksiat menyebabkan kegelapan dalam hati seperti halnya ia merasakan kegelapan malam yang pekat. (Diambil dari kitab Ad-Da’u wad Dawa’u karya Ibnu Qoyyim al Jauziyyah oleh Al Ustadz Qomar Suaidi. Sumber www.asysyariah.com)
1. Bahwasanya maksiat akan menghalangi ilmu. Karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang Allah berikan kepada seorang hamba dan maksiat akan memadamkannya.
2. Maksiat menyebabkan terhambatnya rizqi, sebagaimana takwa itu akan menyebabkan datangnya rizqi maka meninggalkan takwa akan menyebabkan kefakiran.
3. Maksiat menyebabkan hati gelisah dalam berhubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak ada padanya kenikmatan sama sekali. Ini tidak disadari kecuali oleh pemilik hati yang hidup. Adapun hati yang mati tidak bisa menyadarinya. Bagai mayat yang tak dapat merasakan sakit atas luka yang mengenainya.
4. Maksiat menyebabkan ketidakharmonisan hubungan hamba dengan sesamanya. Lebih-lebih orang-orang yang baik, sampai sebagian pendahulu kita mengatakan: “Sungguh aku berbuat maksiat kepada Allah dan aku melihat pengaruhnya pada binatang kendaraanku dan istriku.”
5. Menyebabkan sulitnya segala urusan, sehingga ia tidak menuju sebuah urusan kecuali ia dapati dalam keadaan buntu.
6. Maksiat menyebabkan terhambatnya ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
7. Maksiat menyebabkan lemah qalbu dan jasmaninya, karena kekuatan jasmani itu berasal dari batin maka tatkala batinnya lemah lahiriah nyapun lemah.
8. Menghilangkan keberkahan umur.
9. Maksiat menyebabkan kegelapan dalam hati seperti halnya ia merasakan kegelapan malam yang pekat. (Diambil dari kitab Ad-Da’u wad Dawa’u karya Ibnu Qoyyim al Jauziyyah oleh Al Ustadz Qomar Suaidi. Sumber www.asysyariah.com)
0 komentar:
Posting Komentar