7. Bagaimana Penerapan Tahdzir Jika Masyarakat Masih Awam?
Pertanyaan:
Masalah memperingatkan umat dari
kesesatan, jika komunitas masyarakatnya masih awam dan masih cenderung
berperasaan negatif terhadap orang-orang yang mentahdzir, bagaimana sikap kita dalam hal ini?
Jawaban:
Ukuran itu bukan pada orang-orang umum.
Berpijak, bertolak dan bergerak itu ukurannya dengan Al Qur’an dan As
Sunnah sesuai dengan pemahaman para ulama As Salaf. Kalau yang dijadikan
ukuran terus-menerus tentang bagaimana pandangan orang, tidak ada
kemungkaran yang diingkari. Bahkan kita kadang harus menyampaikan hal
tersebut supaya mereka tahu bahwa kadang harus menjelaskan orang-orang
yang menyeleweng seperti itu.
8. Benarkah Demonstrasi Berarti Jihad di Depan Penguasa?
Pertanyaan:
Sebagian orang mengatakan bahwa
demonstrasi adalah salah satu bentuk aplikasi hadits: “Jihad yang
terbesar adalah berbicara yang haq di depan penguasa.” Benarkah
demikian?
Jawaban:
كَلِمَةُ حَق عِنْدَ سُلْطَان جَائر
“Kalimat yang benar di depan penguasa yang melampaui batas.”
Apakah demonstrasi ini termasuk jihad?
Maka kita katakan itu bukan termasuk dari jihad dan bukan termasuk dari
kalimat haq. Dalam hadits tersebut dikatakan “Kalimat haq di depan
penguasa,” jadi ia berbicara di depannya bukan dengan keluar berombongan
kemudian teriak-teriak di jalan.
Mengucapkan hal tersebut di depan
penguasa, itu yang dimaksudkan. Menasihatinya dengan cara yang baik.
Tatkala ia berada di sisi penguasa kemudian terjadi kemungkaran ia harus
berani mengucapkan al haq. Karena itulah timbangan untuk masuk dan
duduk dekat dengan penguasa ia harus tetap stabil dan jangan sampai
dengan duduknya ia dekat penguasa karena melihat kemegahan dan
kemewahannya sehingga takut mengucapkan kebenaran.
9. Bagaimana Kaidah Ahlus Sunnah dalam Menasihati Penguasa yang Zhalim dan Bagaimana Jika telah Ditempuh Cara yang Baik Penguasa Tetap Zhalim?
Pertanyaan:
Bagaimana kaidah Ahlus Sunnah dalam
menasihati para penguasa yang zhalim dan bagaimana jika telah ditempuh
cara yang baik penguasa tetap berbuat zhalim?
Jawaban:
Penguasa dinasihati dengan berbicara
langsung kepadanya secara rahasia, misalnya dengan meneleponnya, menulis
surat kepadanya atau menyampaikan kepada pihak-pihak yang berwenang dan
seterusnya. Itulah yang termasuk dari nasihat bahkan nasihat yang
paling bagus. Kalau penguasa tetap seperti itu maka kita sudah lepas
tanggung jawab dan Rasulullah shallallâhu ‘alahi wa ‘alâ âlihi wasallam bersabda,
إسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا وَإِنْ ضربك وَأُخِذَ مَالُكَ
“Mendengarlah kalian kepada para penguasa
dan taatlah walaupun ia memukul punggungmu dan mengambil hartamu.” (HR
Al Bukhari dari Hudzaifah radhiyallâhu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, 6/2739)
Ini prinsip Ahlus Sunnah. Jadi kita
menyampaikan hanya sebatas nasihat, kalau mereka tidak mau menerimanya
maka bukan urusan kita tetapi urusan ia dengan Allah subhânahu wa ta’âlâ. Dan penguasa yang seperti ini diancam oleh Rasulullah shallallâhu ‘alahi wasallam dalam hadits ‘A’isyah radhiyallâhu ‘anha riwayat Al Bukhari Muslim,
“Ya Allah, siapa saja yang Engkau jadikan
ia berkuasa atas perkara umatku kemudian ia berbuat keras kepada mereka
maka berbuat keras juga kepadanya dan Ya Allah, siapa saja yang Engkau
jadikan ia berkuasa atas perkara umatku kemudian ia berbuat lemah lembut
maka berbuat lembut jugalah kepadanya.”
Ini secara ringkas prinsip Ahlus Sunnah
wal Jama’ah dalam masalah menyikapi penguasa. Sebenarnya terlalu panjang
kalau diuraikan karena banyak dalil dalam permasalahan yang termasuk
prinsip pokok Ahlus Sunnah wal Jama’ah ini. Dan juga sebagai tambahan
tadi tentang sisi keharaman demonstrasi karena ini bisa mengarahkan
kepada pemberontakan dan kudeta terhadap pemerintah dan ini merupakan
kesalahan besar yang lain.
10. Apa Ciri-ciri Seseorang yang Terkena Syubuhât Sururiyah?
Pertanyaan:
Apa ciri-ciri dari seseorang yang terkena syubuhât Sururiyah?
Jawaban:
Ciri-ciri umumnya menetapkan Tauhid Hâkimiyah, kemudian pembelaan terhadap Sayyid Quthb, demonstrasi, muwâzanah dan berwalâ’ kepada ahlul bid’ah dan dari apa-apa yang telah kita sebutkan tadi [lihat daftar kesesataan Wahdah Islamiyah di Bab II, ed].
Dan ada satu permasalahan yang lupa saya sebutkan tadi dari
kesesatan-kesesatan Wahdah Islamiyah, yaitu beraninya memberi fatwa, insyâ Allâh
akan dijelaskan pada pertemuan yang lain. Namun seluruh yang kita
sebutkan tadi itu cukup bagi orang-orang yang ingin mendapatkan nasihat.
11. Apa Tujuan Dakwah Mereka dengan Membawa Nama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah?
Pertanyaan:
Apakah ada mubtadi’ yang
tampaknya membela sunnah? Apa tujuan dakwah mereka dengan membawa nama
Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan apa tujuan akhir dari dakwah mereka?
Jawaban:
Banyak sekali orang-orang yang berbuat
bid’ah dan amalannya menyelisihi Sunnah, akan tetapi menampakkan dirinya
sebagai orang-orang yang membela sunnah Nabi shallallâhu ‘alahi wasallam. Hampir setiap orang kalau ditanya, “Kamu membela sunnah tidak?” ia pasti menjawab, “Iya, saya membela sunnah.”
Adapun tujuannya, saya tidak tahu tujuannya, hanya saja semua orang sebagaimana yang dikatakan oleh seorang penyair:
كل يدعي وصلا لليلى وليلى لا تقر لهم بذاكا
“Setiap orang mengaku punya hubungan dengan si Laila
Akan tetapi si Laila tidak pernah mengaku punya hubungan dengan mereka.”
Banyak yang mengaku Ahlus Sunnah namun
setelah ditelaah ternyata Ahlus Sunnah bukan merupakan
karakter/sifatnya. Maka yang diukur bukan sekadar pengakuan atau ucapan
tetapi yang diukur adalah amaliyah ucapan dan amalannya. Yang diukur
bukan dengan maqomul lisan saja tetapi juga diukur dengan maqomul hal karena kadang maqomul hal lebih bisa menerangkan maqomul lisan.
Keadaan serta perbuatannya dan seterusnya itu kadang lebih bisa
menerangkan apa yang ada dalam dirinya dan apa yang ia maksudkan.
Dan jika mereka bertaubat kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ,
kita akan bekerja sama dengan mereka. Jika mereka membuang semua bid’ah
ini, menyatakan taubatnya, dan mewujudkan dalam ucapannya, perbuatannya
dan amalannya maka—wallâhi—mereka adalah saudara-saudara kami
dalam dakwah. Dan ini saya ucapkan kepada Muhammad Ikhwan Abdul Jalil
dua tahun yang lalu dalam nasihat saya kepadanya dan saya suruh bertanya
kepada para ulama kalau tidak mau mendengar dari saya. Karena berhubung
tidak ada perubahan akhirnya memang harus diterangkan kesesatannya.
12. Apakah Sistem Tarbiyah Wahdah Islamiyah Model Ikhwanul Muslimin Itu bukan Termasuk dari Kesesatan Sehingga Tidak Perlu Dibahas?
Pertanyaan:
Apakah sistem dakwah [tarbiyah] Wahdah Islamiyah dengan pembagian tamhid, takwin, yang diambil dari Ikhwanul Muslimin itu bukan termasuk dari kesesatan sehingga tidak perlu dibahas?
Jawaban:
Ini juga masuk dari maratib itu tadi, akan tetapi kapasitasnya hanya sekadar penguat dan syawahid
saja, bukan perkara pokok. Sedangkan apa yang kita terangkan tadi itu
sudah sangat jelas. Kalau [data-data kesalahan] yang seperti ini
dikumpulkan, itu akan banyak sebenarnya.
0 komentar:
Posting Komentar