Di dalam kitab-kitab mereja, kaum Mu'tazilah menyatakan bahwasanya aliran mereka sudah muncul terlebih dahulu sebelum kelahiran Washil bin 'Atha'. Sehingga, sebagian nama dari kalangan Ahli Bait pun di catut oleh mereka untuk menutupi kebusukkan yg mereka yakini.
Oleh karenanya, mereka melontarkan klaim :
" Sesungguhnya aliran Mu'tazilah berpangkal dari 'Ali bin Abi Thalib. Putranya, yakni Muhammad bin al-Hanafiyah-lah yg mewarisi aqidah ini dari beliau. Kemudian di pegang secara estafet oleh Muhammad, yaitu Abu Hisyam yg merupakan guru Washil bin 'Atha'.
Statemen Mu'tazilah ini tentu terpatahkan dengan penjelasan berikut :
1]. Bahwasanya riwayat-riwayat yg menitsbatkan aqidah Mu'tazilah kepada 'Ali bin Abi Thalib tidak termaktub kecuali dikitab-kitab Mu'tazilah saja. Terlebih lagi, sanad-sanadnya pun tidak shahih. Ini sudah mengundang kecurigaan jika riwayat tersebut merupakan rekaan tangan mereka sendiri.
2]. Atsar yg berasal dari 'Ali bin Abi Thalib (dalam riwayat yg shahih) justru melarang berbicara tentang takdir secara mendalam. Karena perkara itu merupakan rahasia milik Alloh Ta'aala. Bagaimana mungkin beliau ('Ali bin Abi Thalib) melarang sesuatu yg diyakininya (aqidah Mu'tazilah) ?! Sudah tentu sangat mustahil terjadi.
Berdasarkan kajian-kajhan intensif, maka tidak dapat disangkal jika Mu'tazilah pada masa lampau mendasarkan pada sendi-sendi yg bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Pemikiran mereka terpengaruh dan mengadopsi buku-buka filsafat Yunani, Hindu, Shaabiah, Ahli Kitab dan lain-lain. Arus pemikiran ini merupakan kelanjutan dari apa yg di deklarasikan Ghailan ad-Dimasyqi, Ma'bad al-Juhani, al-Ja'd bin Dirham, Jahm bin Shafwan. Mereka adalah orang-orang yg telah dikenal dengan kekeliruan aqidahnya.
Regenerasi ini terus berlanjut hingga sampai kepada Thalut yg berguru kepada Labid bin al-A'sham yg beragama Yahudi. Begitu juga seorang keturunan Yahudi yg bernama Bisyr al-Mirrisi pernah menjadi rujukan kaum Mu'tazilah. Ayah Bisyr al-Mirrisi sendiri beragama Yahudi. Sehingga wajar pandangan yg mengatakan al-Qur'an itu makhluk merupakan pemikiran yg dialamatkan dan berawal dari tokoh-tokoh ini, karena memang di gagas oleg mereka. Pandangan keliru ini menjadi keyakinan yg menonjol di kalangan kaum Mu'tazilah.
Abdul Qahir al-Baghdadi rahimahulloh mengingatkan bahwasanya bid'ah dan kesesatan yg muncul dalam Islam tidak lain berasal dari keturunan para tawanan suku bangsa yg dikalahkan. [ Al-Farqu Bainal-Firaq. 84 ].
Oleh karena itu, hendaklah kaum Muslimin berhati-hati dan tidak terpukau dengan apa yg datang dari musuh-musuh Islam. Karena bisa jadi kita terpengaruh, sehingga mempengaruhi cara pandang kita terhadap kemurnian Islam.
Kesimpulan lain yg bisa kita ambil, asumsi yg menyatakan bahwa pokok-pokok pemikiran dari golongan yg menyimpang (seperti Mu'tazilah, Jahmiyyah, Qadariyyah, Syi'ah, Sufiyyah, dan lainnya (yg konon sumber dari prinsip dalam Islam sendiri yg kemudian mengalami penyimpangan), maka sungguh asumsi semacam ini keliru. Yg benar, penyimpangan itu awalnya bersumber dari non Islam, baik dari ajaran Yahudi, Nashara, Hindu, maupun peganisme.
Wallohu A'lam.
Sumber : nukilan dari tulisan Ustadz Abu Minhal hafizhahulloh, dengan judul " Kedustaan Mu'tazilah Terhadap Keluarga Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib Radhiyallohu Anhu " yg dikutip majalah As-Sunnah Edisi 12/tahun XI/1429H/2008M.
" Sesungguhnya aliran Mu'tazilah berpangkal dari 'Ali bin Abi Thalib. Putranya, yakni Muhammad bin al-Hanafiyah-lah yg mewarisi aqidah ini dari beliau. Kemudian di pegang secara estafet oleh Muhammad, yaitu Abu Hisyam yg merupakan guru Washil bin 'Atha'.
Statemen Mu'tazilah ini tentu terpatahkan dengan penjelasan berikut :
1]. Bahwasanya riwayat-riwayat yg menitsbatkan aqidah Mu'tazilah kepada 'Ali bin Abi Thalib tidak termaktub kecuali dikitab-kitab Mu'tazilah saja. Terlebih lagi, sanad-sanadnya pun tidak shahih. Ini sudah mengundang kecurigaan jika riwayat tersebut merupakan rekaan tangan mereka sendiri.
2]. Atsar yg berasal dari 'Ali bin Abi Thalib (dalam riwayat yg shahih) justru melarang berbicara tentang takdir secara mendalam. Karena perkara itu merupakan rahasia milik Alloh Ta'aala. Bagaimana mungkin beliau ('Ali bin Abi Thalib) melarang sesuatu yg diyakininya (aqidah Mu'tazilah) ?! Sudah tentu sangat mustahil terjadi.
Berdasarkan kajian-kajhan intensif, maka tidak dapat disangkal jika Mu'tazilah pada masa lampau mendasarkan pada sendi-sendi yg bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Pemikiran mereka terpengaruh dan mengadopsi buku-buka filsafat Yunani, Hindu, Shaabiah, Ahli Kitab dan lain-lain. Arus pemikiran ini merupakan kelanjutan dari apa yg di deklarasikan Ghailan ad-Dimasyqi, Ma'bad al-Juhani, al-Ja'd bin Dirham, Jahm bin Shafwan. Mereka adalah orang-orang yg telah dikenal dengan kekeliruan aqidahnya.
Regenerasi ini terus berlanjut hingga sampai kepada Thalut yg berguru kepada Labid bin al-A'sham yg beragama Yahudi. Begitu juga seorang keturunan Yahudi yg bernama Bisyr al-Mirrisi pernah menjadi rujukan kaum Mu'tazilah. Ayah Bisyr al-Mirrisi sendiri beragama Yahudi. Sehingga wajar pandangan yg mengatakan al-Qur'an itu makhluk merupakan pemikiran yg dialamatkan dan berawal dari tokoh-tokoh ini, karena memang di gagas oleg mereka. Pandangan keliru ini menjadi keyakinan yg menonjol di kalangan kaum Mu'tazilah.
Abdul Qahir al-Baghdadi rahimahulloh mengingatkan bahwasanya bid'ah dan kesesatan yg muncul dalam Islam tidak lain berasal dari keturunan para tawanan suku bangsa yg dikalahkan. [ Al-Farqu Bainal-Firaq. 84 ].
Oleh karena itu, hendaklah kaum Muslimin berhati-hati dan tidak terpukau dengan apa yg datang dari musuh-musuh Islam. Karena bisa jadi kita terpengaruh, sehingga mempengaruhi cara pandang kita terhadap kemurnian Islam.
Kesimpulan lain yg bisa kita ambil, asumsi yg menyatakan bahwa pokok-pokok pemikiran dari golongan yg menyimpang (seperti Mu'tazilah, Jahmiyyah, Qadariyyah, Syi'ah, Sufiyyah, dan lainnya (yg konon sumber dari prinsip dalam Islam sendiri yg kemudian mengalami penyimpangan), maka sungguh asumsi semacam ini keliru. Yg benar, penyimpangan itu awalnya bersumber dari non Islam, baik dari ajaran Yahudi, Nashara, Hindu, maupun peganisme.
Wallohu A'lam.
Sumber : nukilan dari tulisan Ustadz Abu Minhal hafizhahulloh, dengan judul " Kedustaan Mu'tazilah Terhadap Keluarga Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib Radhiyallohu Anhu " yg dikutip majalah As-Sunnah Edisi 12/tahun XI/1429H/2008M.
0 komentar:
Posting Komentar