-->

16 September 2012

Ku Retas jua kisah ini..



puuiih..inilah wajah kita yang dibenam malam
airmata menakung bertahun-tahun,
tak sempat-sempat aku alirkan dalam lahar genang

Kita masih saja bersolek dengan senyum perih dibibir hati
waktu yang terbentang, isak yang belum menemukan ujung kesudahan
inilah kisah yang ku retas di balik cahaya bulan

Sebenarnya ada hikayat durhaka yang melekat di denyut nadimu
namun kita terasing diantara cerita yang mulai usai di baca
kesetiaan melelehkan beku, kesungguhan mencairkan mimpi
yang aku bangun dari liang luka
kita lupa pulang untuk menanak perih dan membiarkan
kepura-puraan menjadi belahan jiwa yang kau dekap erat

Masih ada kesedihan di sini, aku melukis harap
di kanvas angin, terburai saat angin belum menyampaikannya di gumul awan
teretas menunggu pelangi di musim kemarau..
membelai tangis di setiap tarikan nafas..
segalanya terdedah pada setiap arah, kalah dan mengalah

Luka seperti apa lagi yang akan engkau hadiahkan?

inilah negeri bulan malam ini yang ku retas pada puisi
cahayanya pecah di tangkup malam
berdiri sendiri menatapmu pada langkah yang meninggalkan

Ada riak melambaiku dari peristiwa luka
kekecewaan menganak senandung kembali pada diri
ku tadah purnama yang mengerlip
membujuk malam agar tak cepat pergi

Aku yang ingin meneguk purnama dan memburu kerelaan
tanpa ada yang terluka
datanglah ke retas cahaya, sinar yang menyediakan ladang harap
negeri hati yang melafadzkan arus mimpi
di sana ku tulis sajak ini tanpa ada keraguan melepaskan segala keikhlasan

Di retas sunyi sang rembulan
masih legam terbungkus malam menusuk diam
seberapa mampukah kita menepis rindu
hanyut dalam riwayat masa lalu yang mengkhianatiku
ketika kisah ini akhirnya kita tinggalkan?
sementara malam tak nyaman untuk kembali aku singgahi

Teras ini mengalir tangis..
aura harap teryu gerit sisa waktu beranjak dan menanjak
menantang separuh mimpi yang belum terangkai
ku putuskan berdiri menadah sisa sinaran bulan malam ini
meretasmu pada bayang yang ingin aku lupakan
meski berebut dengan sulit yang tak terhelakan

temaram ini memaksaku
memuntahkan kata di sajak-sajak tak berima
dan aku lelah mengumpul diksi yang mengkhianatiku dalam sejarah
dan kini pada tujuh lapis langit yang memayungi tegaknya kakiku di bawah bulan
hatiku yang telah keliru membaca jalan
jalan buntu, jalan rindu jalan dusta yang di retas malam




[Pekanbaru 04/09/12 Abu Abdillaah ibnu Abbas]

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.