Difinisi Tauhid.
Tauhid menurut bahasa (etimologi) diambil dari kata : Wahhada, Yuwahhidu, Tauhiidaan (artinya) menjadikan sesuatu itu satu.
Sedangkan menurut ilmu Syar'i (terminologi), tauhid berarti mengesakan Alloh 'Azza wa Jalla terhadap sesuatu yg khusus bagi-Nya, baik dalam Uluhiyyah, Rububiyyah, maupun Asma' dan Sifat-Nya. Jadi tauhid berarti beribadah hanya kepada Alloh saja.
Macam-Macam Tauhid.
1]. Tauhid Rububiyyah.
Yaitu, mentauhidkan segala apa yg dikerjakan Alloh Ta'aala, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan. Alloh adalah Raja, Penguasa, dan Rabb yg mengatur segala sesuatu.
Kaum Musyrikin pun mengakui bahwasannya hanya Alloh semata Pencipta segala sesuatu, Pemberi rizki, Pemilik langit dan bumi, dan Pengatur alam semesta. Namun mereka juga memetapkan berhala-berhala yg mereka anggap sebagai penolong, mereka bertawassul dengannya (berhala tersebut) dan menjadikan mereka sebagai pemberi syafa'at, sebagaimana yg disebutkan dalam berbagai ayat (QS. Yunus: 18, az-Zumar: 3, 43-44).
Sebagian ulama Salaf berkata :
" Jika kalian bertanya kepada mereka, 'Siapa yg menciptakan langit dan bumi ?' mereka pasti menjawab, 'Alloh'. Walaupun demikian mereka tetap saja menyembah kepada selain-Nya."
[Disebutkan oleh Ibnu Katsir, dari Ibnu 'Abbas, Mujahid, 'Atha', Ikrimah, asy-Sya'bi, Qatadah dan lainnya. Lihat Fat-hul Mujiid Syarh Kitabit Tauhid (hl. 39-40), tahqiq : Dr. Walid bin 'Abdurrahman bin Muhammad Aalu Furaiyan].
2]. Tauhid Uluhiyyah.
Artinya mengesakan Alloh 'Azza wa Jalla melalui segala pekerjaan hamba, yg dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Alloh apabila hal itu disyari'atkan oleh-Nya, seperti berdo'a, Khauf (takut), Raja' (harap), Mahabbah (cinta), Dzabh (penyembelihan), bernadzar, Isti'aanah (minta pertolongan), Istighatsa (minta pertolongan dìsaat sulit), Isti'adzah (minta perlindungan), dan segala yg disyari'atkan dan diperintahkan Alloh Ta'aala dengan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun.
Sungguh Alloh tidak akan ridho bila dipersekutukan dengan sesuatu apa pun. Bila ibadah tersebut di palingkan kepada selain Alloh, maka pelakunya akan terjatuh kepada Syirkun Akbar (syirik besar) dan tidak diampuni dosanya (apabila dia mati dalam keadaan tidak bertaubat kepada Alloh atas perbuatan Syiriknya). Lihat QS. An-Nisaa' : 48-116.
[lihat Min Ushuuli 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah dan 'Aqidatut Tauhid (hal.36) oleh Dr. Shalih al-Fauzan, Fat-Hul Majiid Syarah Kitabut Tauhiid dan al-Ushuul ats-Tralaatsah].
3]. Tauhid Asma' wa Shifat.
Ahlus Sunnah menetapkan apa-apa yg Alloh dan Rasul-Nya telah tetapkan atas diri-Nya, baik itu berupa Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Alloh dan mensucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Alloh dan Rasul-Nya. Kita wajib menetapkan Sifat-Sifat Alloh, baik yg terdapat dalam al-Qur'an maupun dalam as-Sunnah, dan tidak boleh ditakwil.
Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, al-Auza'i, al-Laits bin Sa'd dan Sufyan at-Tsauri, tentang berita yg datang mengenai Sifat-Sifat Alloh, mereka semua menjawab :
" Amirruuha Kama Ja'at Bilaa Kaifa "
" Perlakukanlah (ayat-ayat tentang Sifat-Sifat Alloh) seperti datangnya dan janganlah engkau persoalkan (jangan engkau tanya tentang bagaimana sifat itu)."
[ Diriwayatkan oleh Imam Abu Bakar al-Khallal dalam Kitaabus Sunnah (no.313), al-Laalika-i (no.930). Sanadnya shahih, lihat Fatawa Hamawiyah Kubra (hal.303, Cet. I, th. 1419 H) oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq : Hamd bin 'Abdil Muhsin at-Tuwaijiry, dan Mukhtashar al-'Uluw Lil 'Aliyil Ghaffar (hal. 142, no. 134].
Al Imam asy-Syafi'i Rahimahulloh berkata :
" Aku beriman kepada Alloh dan kepada apa-apa yg datang dari Alloh sesuai dengan apa yg dimaksud oleh Alloh, dan aku beriman kepada Rasululloh dan kepada apa-apa yg datang dari beliau, sesuai dengan apa yg dimaksud oleh Rasululloh."
[lihat Lum'atul I'tiqaad oleh Imam Ibnul Qudamah al-Maqdisy, Syarah oleh Syaikh Muhammad Shalih bin al-'Utsaimin (hal.36) ].
Wallohu A'lam.
0 komentar:
Posting Komentar