Definisi Tahdzir :
memperingatkan umat dari kesalahan individu atau kelompok dan membantah
kesalahan tersebut; dalam rangka menasehati mereka dan mencegah agar
umat tidak terjerumus ke dalam kesalahan serupa
•⌣⌣•⌣⌣•⌣⌣•⌣⌣•⌣⌣•⌣⌣•⌣⌣•⌣⌣•⌣ ⌣•⌣⌣•
LARANGAN BERMAJELIS DENGAN AHLUL AHWA'
Ahlus Sunnah Sangat Men-tahdzir Dari Bermajelis Dengan Pengikut Hawa Nafsu dan Bid’ah.
Karena
▌dalam bermajelis bersama mereka terdapat penyelisihan terhadap perintah Allah dan merupakan tanda kecintaan kepada mereka,
▌serta bermajelis dengan mereka sangat berbahaya karena mengantarkan untuk (ikut) melaksanakan kesesatan mereka dan mengikuti kebatilan mereka.
Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah :
▌“Dan bid’ah yang dengannya seseorang dianggap termasuk pengikut hawa nafsu adalah bid’ah yang penyelisihannya terhadap Al-kitab dan ‘alaihis salam-Sunnah masyhur di kalangan para ulama, seperti bid’ah Khawarij, Rafidhah (Syi’ah), Qadariyah dan Murji’ah”.
Allah Ta’ala berfirman :
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلاَ تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)”. (QS. Al-An’am : 68)
Ibnu ‘Abbas berkata,
▌“Masuk ke dalam ayat ini semua orang yang membuat perkara baru dalam agama dan semua mubtadi’ (pelaku bid’ah) sampai Hari Kiamat”. Dinukil dari beliau oleh Al-Baghawy dalam Tafsirnya.
Dan Ibnu Jarir Ath-Thobari berkata,
▌“Dalam ayat ini ada penunjukan yang sangat jelas akan terlarangnya bermajelis dengan pelaku kebatilan dengan semua bentuknya berupa kebid’ahan dan kefasikan ketika mereka larut dalam kebatilan mereka”.
Ibnu ‘Abbas berkata,
▌“Jangan engkau bermajelis dengan pengikut hawa nafsu, karena bermajelis dengan mereka membuat hati menjadi sakit”.
[Diterjemah dari risalah Al-Mu'taqad Ash-Shahih karya Asy-Syaikh Abdussalam Barjis pada fasal terakhir]
http://al-atsariyyah.com/ larangan-bermajelis-dengan- ahlul-ahwa.html
LARANGAN BERMAJELIS DENGAN AHLUL AHWA'
Ahlus Sunnah Sangat Men-tahdzir Dari Bermajelis Dengan Pengikut Hawa Nafsu dan Bid’ah.
Karena
▌dalam bermajelis bersama mereka terdapat penyelisihan terhadap perintah Allah dan merupakan tanda kecintaan kepada mereka,
▌serta bermajelis dengan mereka sangat berbahaya karena mengantarkan untuk (ikut) melaksanakan kesesatan mereka dan mengikuti kebatilan mereka.
Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah :
▌“Dan bid’ah yang dengannya seseorang dianggap termasuk pengikut hawa nafsu adalah bid’ah yang penyelisihannya terhadap Al-kitab dan ‘alaihis salam-Sunnah masyhur di kalangan para ulama, seperti bid’ah Khawarij, Rafidhah (Syi’ah), Qadariyah dan Murji’ah”.
Allah Ta’ala berfirman :
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلاَ تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)”. (QS. Al-An’am : 68)
Ibnu ‘Abbas berkata,
▌“Masuk ke dalam ayat ini semua orang yang membuat perkara baru dalam agama dan semua mubtadi’ (pelaku bid’ah) sampai Hari Kiamat”. Dinukil dari beliau oleh Al-Baghawy dalam Tafsirnya.
Dan Ibnu Jarir Ath-Thobari berkata,
▌“Dalam ayat ini ada penunjukan yang sangat jelas akan terlarangnya bermajelis dengan pelaku kebatilan dengan semua bentuknya berupa kebid’ahan dan kefasikan ketika mereka larut dalam kebatilan mereka”.
Ibnu ‘Abbas berkata,
▌“Jangan engkau bermajelis dengan pengikut hawa nafsu, karena bermajelis dengan mereka membuat hati menjadi sakit”.
[Diterjemah dari risalah Al-Mu'taqad Ash-Shahih karya Asy-Syaikh Abdussalam Barjis pada fasal terakhir]
http://al-atsariyyah.com/
0 komentar:
Posting Komentar