Cerita hot: perzinahan ulama Syiah dengan seorang wanita perawan umur 14 tahun!
Seorang Syiah
yang bernama Kazhim pulang dari kerja yang melelahkan di siang hari ramadhan, saat
itu sekitar pukul 2 siang, ketika ia lewat di samping kamar adik perempuannya
yang kecil umur 14 tahun ia mendengar tawa yang meninggi dari kamar tersebut,
ketika ia masuk ternyata di sana ada sayyid mu’ammim (ulama syiah yang
bersorban hitam) dari mazhab syiah sedang melakukan pemanasan (foreplay) dengan
adik kecilnya di atas ranjang, percakapan pun terjadi,
Kazhim: Sayyid
Rajab, apa yang anda lakukan di sini?
Sayyid Rajab:
saya berada di rumah pamanku
Kazhim: Demi
Allah, mudah-mudahan matamu buta!! Katakanlah (wahai adikku) apa yang kamu
lakukan di kamar ini?, adik perempuannya menjawab, “Ini suamiku!”
Kazhim:
Bagaimana mungkin dia ini suamimu??? Siapa yang menikahkan kamu, saya ini
saudaramu, dan sayalah walimu setelah bapak meninggal
Sayyid Rajab:
Kenapa anda ini, tidakkah anda mendengar perkataan Abu Abdillah “Tidak
mengapa seorang perawan menikah tanpa izin ayahnya jika ia mau” (mustadrak al
wasail, juz 4, hal 459)
Kazhim yang
malang: Wahai sayyid, wahai mu’ammim, anda ini sudah menikah dengan empat
wanita, bagaimana mungkin anda menikahi adikku setelah mereka?
Sayyid Rajab:
ha ha ha ha ha, wahai kekasihku, kayaknya anda ini tidak tahu mazhab kita,
dimanakah anda dari perkataan ma’sum Abu Abdillah “Nikahilah seribu di antara
wanita, karena mereka itu disewakan” (Al Kafi, juz 5, hal 452)
Kazhim yang
sedang tertekan: Wahai adikku yang bodoh, siapa yang menjadi saksi atas
pernikahanmu ini?
Sang adik yang
berumur 14 tahun yang pipinya memerah karena malu itu menjawab: Sayyid Rajab
mengatakan padaku bahwa itu ada dalam (al wasail, juz 21, hal 64) bahwa Abu
Abdillah berkata “Boleh menikah dengan mereka siapa saja yang ia kehendaki
tanpa wali dan saksi” kamu jangan menggertak! Ini perkataan sang ma’sum
Kazhim yang
sedang terbakar: kapan pernikahan ini akan berakhir insya Allah?
Sang adik:
Jangan takut saudaraku, Sayyid Rajab itu amanah, ia akan memenuhi kesepakatan,
ia tidak akan berlama-lama di rumah.
Sayyid Rajab:
Tidak, jangan takut, saya suami yang ramah, saya merasa berat, semuanya hanya
satu pukulan dan saya akan keluar.
Kazhim: Apa
yang anda maksud dengan satu pukulan wahai sayyid kami?
Sayyid rajab
ingin berbicara namun dipotong oleh adiknya
Si adik:
Saudaraku, kenapa anda ini, sayyid kita ini orangnya bisa dipercaya (tsiqah),
jangan takut, ia akan melaksanakan perkataan sang Imam, dari Zurarah, ia
berkata, saya tanyakan padanya, ‘Apakah boleh seorang laki-laki nikah mut’ah
sejam atau dua jam?’ sang Imam menjawab, ‘Sejam atau dua jam tidak sampai pada
batasnya, akan tetapi sehari atau dua hari’ (Al Kafi, juz 5, hal 459)
Kazhim berkata ‘Masya
Allah’ sambil bertepuk tangan
Si Adik: Dan
anda juga tahu wahai saudaraku, perbuatan ini ada pahalanya buat saya
sebagaimana yang dikatakan Sayyid Rajab
Sayyid Rajab (ia
menampakkan ketakutannya pada Allah, ia berbicara ngeri dan kepalanya seakan
menggantung): Seandainya bukan karena perkataan sang Imam (saya tidak melakukan
ini), dari Abu Abdillah “Tidaklah
seorang laki-laki melakukan nikah mut’ah kemudian ia mandi kecuali Allah akan
ciptakan dari setiap tetes mandinya tujuh puluh malaikat yang akan memohonkan
ampun baginya hingga hari kiamat!!!!!!” apakah hanya ini saja? Tidak, ia
berkata “Dan para malaikat itu akan melaknat orang-orang yang menjauhi nikah
mut’ah sampai hari kiamat!!!!” ini ada dalam al wasail juz 21 hal 16.
Kazhim: Wahai
sayyid kami, anda ini minum apa?
Sayyid Rajab:
untuk apa?
Si Syiah yang
malang: Wahai sayyid kami, kita sekarang ini berada di siang Ramadhan
Si adik
sebagaimana biasa menjawab dengan malu: Subhanallah, wahai saudaraku, ini
adalah pertanyaan yang sama aku tanyakan kepada Sayyid sebelum menikah karena
saya ini sangat bersemangat dalam agama, Sayyid langsung menjawabnya sebagaimana
kebiasaannya, masya Allah, tentunya dengan dalil, ia katakan padaku dan ia juga
sebutkan sumbernya bahwa Abu Abdillah berkata kepada seorang laki-laki yang
mendatangi istrinya pada duburnya sedang ia puasa “Ia tidak membatalkan
puasanya dan tidak perlu mandi junub” (At Tahdzib, juz 4 hal 319) dan saya wahai
saudaraku, mengikuti perkataan para imam yang ma’sum, Alhamdulillah tidak perlu
mandi dan puasa tetap sah.
Kazhim: Wahai
adikku, kamu ini perawan, Sayyid Rajab tidak mendengar kaset ceramah yang
mengatakan bahwa Mut’ah hanya untuk janda dan yang ditalak saja!!!!
Sayyid Rajab: Siapa
yang mengatakan ini? Dia tidak paham mazhab Ahlul Bait, perkataan ini merusak
mazhab di hadapan orang-orang awam yang mereka itu seperti anda yang tidak
paham sedikitpun mazhab, bukankah sang ma’sum berkata ketika ditanya tentang
nikah mut’ah kepada wanita-wanita perawan “Apakah Mut’ah disyariatkan selain
untuk mereka para wanita perawan?” ini berada dalam Wasa’il Asy Syari’ah karya
Al ‘Amili Juz 21 hal 33
Ketika Sayydi
Rajab menyebutkan perkataan sang ma’sum “Apakah Mut’ah disyariatkan selain
untuk mereka para wanita perawan?” ia sedang bermain (berhubungan) dan ia
senang
Sayyid Rajab:
Saya tambahkan lagi, Imam kita, penyejuk mata kita, Al Khomeini berkata tentang
nikah mut’ah ““Adapun seluruh jenis ‘bersenang-senang’ seperti menyentuh dengan
syahwat, mencium, ‘main di paha’, maka itu semua tidak mengapa, bahkan untuk
anak kecil yang masih menyusu” (Tahrir al-Wasilah, juz 2, hal 241)” pahamilah
wahai kazhim-ku, pembolehan ini pada anak yang disusui, maka bagi anak wanita
perawan lebih memungkinkan lagi untuk dibolehkan.
Si adik:
Alhamdulillah, wahai saudaraku, lihatlah mazhab kita ada keluasan, kelapangan
dan kemudahan
Sayyid Rajab:
Kazhim-ku, semoga Allah merahmati kedua orang tuamu, saya sedang sibuk, silakan
tinggalkan aku, saya ingin menyempurnakannya
Kazhim: Saya
akan di sini terus sampai anda keluar
Tentu si Kazhim
tidak akan membunuh sang Sayyid, karena dia tsiqah (bisa dipercaya) menurutnya
Si adik: Sayyid
Rajab memiliki fatwa, kami harap anda keluar, kami ingin sempurnakan dan saya
ingin pahala
Sayyid Rajab:
Kazhim, ini adalah fatwa dari marja’ yang terpercaya, ambillah dan terapkanlah
sekarang juga, cepat, lihatlah, anda punya kedudukan di rumah ini, terapkanlah
nanti saya lihat.
Kazhim: Sayyid,
apakah itu ada pahalanya?
Si adik: Tentu,
Sayyid tidak bohong
Sayyid Rajab:
Dengarkanlah wahai Kazhim, Imam al Marja’, Al Khu’i –semoga Allah mensucikan
rahasianya- ketika ditanya “Apakah boleh
nikah mut’ah dengan pembantu ahli kitab yang kerjanya khusus membersihkan rumah,
mencuci pakaian dan menyiapkan makanan?” sang Imam menjawab bahwa itu boleh! Pada
saat itu juga Kazhim segera menemui sang pembantu untuk mencari pahala!
Kazhim: Tapi,
wahai sayyid kami, pembantu tidak mengetahui sedikit pun tentang Islam dan juga
mazhab Ahlul Bait, apa itu nikah? apa itu mut’ah?, pembantu hanya tahu harta
saja!!
Sayyid Rajab:
Masya Allah, kazhim, anda cerdas, anda minta dalil, Barakallahu bika,
pertanyaan seperti ini sudah pernah diajukan kepada marja’ yang kamu taqlid
padanya, wahai Kazhim, Al Khu’i pernah ditanya, “Apakah boleh menikahi wanita
ahli kitab atau sebaliknya yang tidak tahu manisnya tetapi dia ingin harta”
sang Imam menjawab “Iya, boleh”, saudaraku kazhim, anda akan mendapatkan fatwa
imam dan marja’ kamu yang agung Al Khu’i pada kitab Maniyyatus Sa’il, hal 100,
pergilah dan terapkanlah
Setelah percakapan
ini yang penuh dengan dalil-dalil dari kitab induk yang terpercaya dari mazhab
Syiah, kazhim merasa puas dengan apa yang dilakukan sang sayyid dan saudarinya,
karena keduanya tidak melakukan perbuatan haram menurut mazhab, Sayyid Rajab
sering berkunjung ke sang adik, baik di siang Ramadhan atau pada bulan-bulan
lain. Kazhim menerapkan fatwa marja’nya Al Khu’i dan hidup bersama sang
pembantu dalam kebahagiaan, sedang saudarinya mencari pahala dan juga
menerapkan dalil-dalil dari para Imam yang ma’sum, kazhim pun begitu. Rumah Syiah
ini menghidupkan sumber kesucian (‘iffah), Wallahul Musta’an wa Alaihi At
Tuklan (Kepada Allah-lah kita memohon pertolongan dan kita bertawakkal)
http://www.lppimakassar.com/2012/09/70-malaikat-memohon-ampun-bagi-pezina.html
Sumber: fnoor.com
Keterangan: Cerita atau dialog ini hanya FIKTIF belaka. Kami sengaja mengangkatnya agar menjadi pelajaran buat kaum Muslimin karena isi dan konten dialog di atas memuat rujukan langsung dari kitab-kitab Syiah yang mu'tabar. Adapun gambar diatas hanya sekedar ilustrasi, namun setidaknya menunjukkan akhlak 'ulama' Syiah Imamiyah.
Keterangan: Cerita atau dialog ini hanya FIKTIF belaka. Kami sengaja mengangkatnya agar menjadi pelajaran buat kaum Muslimin karena isi dan konten dialog di atas memuat rujukan langsung dari kitab-kitab Syiah yang mu'tabar. Adapun gambar diatas hanya sekedar ilustrasi, namun setidaknya menunjukkan akhlak 'ulama' Syiah Imamiyah.
0 komentar:
Posting Komentar