Kisah
nyata orang-orang yang diazab ketika semasa hidupnya pernah mencela
atau melaknat sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
- Tidak Bisa Mengucapkan “La Ilaha Illallah” Di Akhir Hayatnya
Sebuah
kisah terjadi di kota Kufah, tersebutlah seorang penjual kain kafan,
ketika ada seseorang yang sedang sekarang ia dipanggil untuk menyediakan
kain kafan, dia menemui orang yang sedang berada dalam sakaratul maut
tersebut dan ternyata ia telah diselimuti, ia bernafas sejenak dan
menyingkap kain yang ada di wajah yang sedang sekarat, ia berkata:
Mereka membelahku, mereka membuatku celaka dengan azab neraka!, kami
katakan kepadanya: katakanlah La Ilaaha Illa Allah, ia menjawab: Saya
tidak mampu mengucapkannya, ia ditanya: mengapa?, ia menjawab: Karena
celaan saya kepada Abu Bakar dan Umar. (Man ‘Aasya Ba’dal Maut/ yang
hidup setelah mati, Ibnu Abi Ad-Dunya, hal 22 dan An-Nahyu ‘An Sabb
Al-Ash-haab wa maa fiihi min al-istmi wa al-‘iqab, Dhiyauddin
Al-Maqdisi, hal 41-42)
- Sudah Melihat Azabnya Yang Tersedia di Neraka Padahal Baru Saja Mati
Seseorang
bernama Abul Khashib bercerita: Saya pernah menjadi seorang dan juga
pernah menjadi orang yang kesulitan, saya tinggal di perkotaan Kisra,
itu di zamannya Ibnu Bahirah. Seorang karyawanku mendatangiku, ia
mengatakan bahwa di kota madain ada seorang laki-laki yang meninggal dan
ia tidak memakai kafan, kemudian saya kesana, saya langsung menemuia
seorang mayit yang telah diselimuti, di atas perutnya terdapat bata,
teman-temannya berada disekitarnya, mereka kemudian menyebutkan ibadah
dan keutamaannya, kemudian saya mengutus seseorang agar ia mencari kain
kafan dan seorang lagi menggali kuburan, kemudian kami panaskan air
untuk memandikannya, pada saat itulah tiba-tiba sang mayit terpental
keatas dan bata itu jatuh dari perutnya dan mayat itu mengucapkan
“Al-Wail, Ats-Tsubur dan An-Naar (nama-nama neraka)”, teman-temannya
menghindar darinya, kemudian saya mendekat dan saya memegangnya dengan
erat dan menggelengkannya, saya katakan padanya: bagaimana keadaanmu?,
saya dulu berguru pada syaikh-syaikh di Kufah, mereka memasukkan saya
pada agama mereka atau pada pandangan mereka untuk mencela Abu Bakar dan
Umar serta berlepas diri dari keduanya, saya katakan: Istigfarlah
kepada Allah dan jangan ulangi lagi, ia menjawabku: itu tidak bermanfaat
lagi bagiku, saya telah masuk ke dalam tempatku di neraka dan saya
telah melihatnya, kemudian ia berkata: kembalilah ke teman-temanmu,
berceritalah pada mereka dengan apa yang saya lihat, kemudian kembalilah
kepada keadaanmu semula!, belum selesai ia berucap sampai kematian
menghentikannya, saya berkata: kemudian saya menunggu-nunggu sampai kain
kafan itu tiba kemudian saya mengambilnya dan saya tidak akan
mengafaninya, tidak memandikannya dan saya tidak akan menyalatinya,
setelah itu saya beranjak, kemudian saya diberitahu bahwa teman-temannya
yang tadi ada di situ memandikannya, menguburnya dan menyalatinya.
Kemudian Abul Khashib ditanya: apakah kejadian ini anda saksikan
sendiri: ia menjawab: mataku melihatnya, telingaku mendengarnya dan saya
menyampaikannya kepada manusia. (Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq,
44/389-390 dan An-Nahyu ‘An Sabb Al-Ash-haab wa maa fiihi min al-istmi
wa al-‘iqab, Dhiyauddin Al-Maqdisi, hal 42)
- Tangannya Berubah Menjadi Tangan Babi
Abul
Muhayyah At-Taimi menceritakan bahwa pernah ada seorang muadzin masjid
Ak (sebuah nama masjid yang diambil dari nama qabilah di yaman), ia
berkata: saya pernah safar ke Mukran bersama pamanku, ada orang dalam
rombongan kami yang mencela Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma,
kami larang dia berbuat seperti itu namun ia tidak mendengar, kami
katakan padanya: menjauhlah kamu dari kami, ia pun berpisah dengan kami.
Ketika kami telah berpisah kami menyesal, saya berkata: Sendainya kita
temani dia sampai kita pulang ke Kufah, kemudian kami bertemu dengan
seseorang yang mengenalnya (atau budaknya), kami bertanya kepadanya:
Kembalilah kepada tuanmu agar ia menemui kami, ia menjawab: Tuanku
ditimpa kejadian yang besar, tangannya dirubah menjadi tangan babi!,
kemudian kami menemuinya dan berkata padanya: kembalilah pada kami, ia
menjawab: Saya telah ditimpa musibah yang besar, ia memperlihatkan kedua
pergelangannya, ternyata kedua pergelangannya telah berubah menjadi
pergelangan tangan babi, kami temani dia sampai kami tiba di desa
As-Sawad yang banyak babinya, ketika ia melihat babi-babi itu ia meraung
dan meloncat, kemudian ia dirubah menjadi seekor babi, ia bersembunyi
pada kami, kemudian kami bawa budaknya dan barang-barangnya ke Kufah.
(Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, 30/402 dan An-Nahyu ‘An Sabb Al-Ash-haab
wa maa fiihi min al-istmi wa al-‘iqab, Dhiyauddin Al-Maqdisi, hal 43)
Insya Allah Bersambung…..(lppimakassar.com)
0 komentar:
Posting Komentar