Malam Lailatul Qadr
adalah malam yang sangat mulia yang terdapat dalam bulan Ramadhan,
dianjurkan pada malam itu beribadah dengan maksimal karena pahalanya
sama dengan beribadah seribu bulan atau 83 tahun kurang lebih sesuai
yang terdapat dalam surat Al-Qadr, namun Syiah meyakini Lailatul Qadr
berbeda dengan pehaman kaum Muslimin yang sesuai dengan Al-Qur'an dan
sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Menurut Syiah untuk
mendapatkan Lailatul Qadr cukup dengan mengenal Fathimah radhiyallahu
'anha dengan benar-benar mengenalnya, sebagaimana yang terdapat dalam
kitab Ulama Syiah di bawah ini:
Beginilah aqidah
rusak pada suatu ajaran, adanya sikap berlebih-lebihdan (ghuluw)
terhadap orang yang dicintainya. kenapa bukan dengan mengenal Rasulullah
saja yang dijadikan syarat untuk mendapatkan Lailatul Qadr?, padahal
sudah jelas kalau Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih mulia
dari anaknya Fathimah radhiyallahu 'anha. Walaupun kita tahu ini juga
tidak boleh, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang
ummatnya bersifat ghuluw terhadapnya.
Sedangkan gambar di
bawah ini adalah bentuk ritual Syiah pada malam yang diyakini oleh
mereka sebagai malam Lailatul Qadr, mereka menaruh Al-Qur'an di atas
kepala-kepala mereka. Apakah ini bentuk penghormatan kepada Al-Qur'an?,
menurut kami ini justru melecehkan Al-Qur'an, Al-Qur'an jika ingin
dimuliakan haruslah dibaca, dikaji dan diikuti petunjuknya;
Berikut ini artikel
mengenai Malam Lailatul Qadr yang benar sesuai dengan Al-Qur'an dan
Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallan:
Lailatul Qadr Malam Seribu Bulan (tafsir yang benar menurut ahlussunnah)
Sebab Penamaan Malam Mulia Ini Dengan Nama Lailatul Qadr
Para ulama رحمهم الله berselisih pendapat me-ngenai persoalan ini, sebagai berikut:
Pertama,
sesungguhnya pada malam lailatul Qadar ini, Allah menetapkan
(at-taqdiir) semua rizki, ajal kematian dan semua peristiwa untuk
setahun ke depan, dan para Malaikat mencatat semua hal itu.
Kedua, pendapat
kedua menyatakan bahwa kemulian (al-Qadr), kehormatan dan suasana malam
ini disebabkan oleh diturunkannya (permulaan) al-Qur-an, atau pada
malam ini para Malaikat turun atau turunnya keberkahan, rahmat dan
maghfirah pada malam kemuliaan ini.
Ketiga, pendapat
berikutnya, bahwa orang yang menghidupkan malam ini akan mendapatkan
al-Qadr (kemuliaan) yang besar, yang belum pernah dia miliki
sebelumnya. Malam ini akan menambah kemuliaannya di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Dan masih terdapat pendapat lainnya. [1]
Keberkahan Lailatul Qadar Dan Keutamaannya
Lailatul
Qadar ini merupakan malam yang paling utama. Malam ini dimuliakan oleh
Allah daripada malam-malam lainnya. Maka, ia merupakan malam yang
penuh keberkahan sebagaimana yang difirmankan Allah Jalla wa ‘Alaa:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” [Ad-Du-khaan: 3]
Imam al-Qurthubi
rahimahullah mengatakan, “Allah mensifati malam ini dengan keberkahan,
karena Dia menurunkan kepada hamba-hamba-Nya berbagai berkah, kebaikan
dan pahala pada malam yang mulia ini.” [2]
Maka, lailatul Qadr
yang penuh barakah ini mengandung berbagai keutamaan yang agung dan
kebaikan-kebaikan yang banyak. Di antaranya sebagai berikut:
Pertama : Pada malam
mulia ini dijelaskan semua perkara yang penuh hikmah. Sesungguhnya
Allah Ta’ala telah mengabarkan persoalan ini lewat firman-Nya:
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” [Ad-Dukhaan: 4]
Makna kata yufraqu
adalah yufashshal (dijelaskan, dirinci). Dan makna kata hakiim adalah
al-muhkam (yang tepat, teliti dan sempurna).
Ibnu ‘Abbas
Radhiyallahu anhuma menyatakan bahwa dicatat dari Ummul Kitab pada
lailatul Qadr segala hal yang terjadi pada setahun ke depan berupa
kebaikan, keburukan, rizki, ajal hingga keberangkatan menuju ibadah
Haji. [3]
Kedua : Amal-amal
yang dikerjakan pada malam mulia ini akan dilipatgandakan dan
pengampunan dosa-dosa orang yang menghidupkan lailatul Qadr ini. Allah
Tabaaraka wa Ta’aalaa berfirman dalam surat al-Qadr:
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْر ِلَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seri-bu bulan.” [Al-Qadr: 2-3]
Para mufassir (ahli
Tafsir) menyatakan, “Maknanya adalah amal shalih (yang dilakukan pada)
lailatul Qadr lebih baik dari amal shalih selama seribu bulan (yang
dilakukan) di luar lailatul Qadr. Dan ini merupakan karunia yang agung,
rahmat dari Allah pada hamba-hamba-Nya, serta barakah yang besar lagi
nyata yang dimiliki oleh malam yang mulia ini.”
Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh
al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu :
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa yang
mendirikan lailatul Qadr karena iman dan mengharapkan pahala (dari
Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang lalu.” [4]
Kata qaama
(mendirikan) pada hadits di atas dapat diwujudkan dalam bentuk shalat,
berdzikir, berdo’a, membaca al-Qur-an dan berbagai bentuk kebaikan
lainnya.
Ketiga : Turunnya al-Qur-an pada lailatul Qadr.
Di
antara keutamaan dan keberkahan lailatul Qadr, bahwa al-Qur-an
al-Karim -yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi manusia dan bagi
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat- telah diturunkan pada malam
ini.
Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman:
حم وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Haa Miim. Demi
Kitab (al-Qur-an) yang men-jelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi...” [Ad-Dukhaan: 1-3]
Dan Dia berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada malam kemuliaan.” [Al-Qadr: 1]
Disebutkan bahwa
maksud dari ayat tersebut adalah turunnya al-Qur-an secara sekaligus
(dari Lauh Mahfuzh ke langit pertama (Baitul ‘Izzah-pent) pada lailatul
Qadr, selanjutnya diturunkan secara bertahap kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sedangkan pendapat lain mengatakan, bahwa maksud
ayat di atas adalah permulaan turunnya al-Qur-an terjadi pada lailatul
Qadr. [5] Wallaahu a’lam.
Keempat : Keberkahan lain dari lailatul Qadr ini, yaitu turunnya para Malaikat pada malam yang mulia ini.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat al-Qadr:
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ
“Pada malam itu turun Malaikat-Malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan.” [Al-Qadr: 4]
Mengomentari ayat
ini, Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya menyatakan, “Banyak
Malaikat yang turun pada malam ini, karena banyaknya barakah lailatul
Qadr ini. Para Malaikat turun bersamaan dengan turunnya barakah dan
rahmat, sebagaimana halnya ketika mereka hadir di waktu-waktu seperti
ketika al-Qur-an dibacakan, mereka mengelilingi majelis-majelis dzikir,
dan bahkan pada waktu yang lain mereka meletakkan sayap-sayap mereka
kepada penuntut ilmu sebagai sikap penghormatan mereka terhadap sang
penuntut ilmu tersebut. [6] Menurut jumhur ahli tafsir maksud kata
“war-ruuh” adalah Jibril Alaihissallam. Artinya para Malaikat turun
bersama Jibril. Dan Jibril dikhususkan penyebutannya sebagai
penghormatan dan pemuliaan terhadap dirinya. [7]
Kelima : Lailatul Qadr adalah suatu malam yang penuh kesejahteraan. Seluruhnya berisi kebaikan, tidak ada keburukan di dalamnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai ter-bit fajar.” [Al-Qadr 5]
Disebutkan berkenaan
dengan makna salaamun yaitu, bahwa pada malam ini tidak terjadi
munculnya sebuah penyakit, dan tidak ada satu syaitan pun yang dilepas.
Pendapat yang lain menyatakan makna salaamun adalah kebaikan dan
keberkahan. [8] Maka pada sepanjang malam ini yang terdapat hanya
kebaikan, tidak ada kejelekan, hingga terbit fajar. Dan pendapat yang
lain lagi menyebutkan, bahwa maksudnya adalah para Malaikat mendo’akan
keselamatan buat mereka yang menghidupkan masjid (ahlul masjid) pada
sepanjang lailatul Qadr ini.
Wallaahu A’lam.
Inilah beberapa keberkahan dan keutamaan yang sangat nyata dan fenomenal dari malam yang mulia ini.
Kapan Terjadinya Lailatul Qadr ?
Jumhur ulama bersepakat bahwa lailatul Qadr ini hanya ada pada bulan Ramadhan.
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an...” [Al-Baqarah: 185]
Dan firman-Nya:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada malam kemuliaan.” [Al-Qadr: 1]
Namun mereka berbeda
pendapat dalam penentuan malam keberapakah dari bulan Ramadhan ini.
Pendapat yang kuat (ar-raajih) adalah yang dipegang oleh Jumhur
(mayoritas) ulama, yaitu pada sepuluh hari terakhir dari bulan
Ramadhan, dan lebih khusus lagi pada malam-malam yang ganjil.
Dan dalil atas
pendapat tersebut adalah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kepada para Sahabatnya Radhiyallahu anhum untuk lebih
giat beramal pada masa tersebut.
Telah diriwayatkan
oleh al-Bukhari rahimahullah dalam Shahihnya, dari ‘Aisyah Radhiyallahu
anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
“Carilah lailatul Qadr pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” [9]
Begitu perhatiannya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan, beliau beri’tikaf, dan menghidupkan malam-malamnya
dengan ibadah.
Dan mengenai
ketentuan waktu jatuhnya lailatul Qadr ini terdapat banyak pendapat di
kalangan ulama. Namun mengenai indikasi-indikasi terkuat mengenai saat
terjadinya lailatul Qadr ini bahwa matahari terbit pada pagi harinya
dengan cerah.
Hikmah dari
disembunyikannya lailatul Qadr ini dari pengetahuan manusia, -wallaahu
a’lam- menunjukkan keagungan seluruh malam di bulan Ramadhan, dan agar
manusia bersungguh-sungguh dalam berharap untuk mendapatkannya sehingga
ganjaran yang diperolehnya semakin besar pula.
Ibnul Jauzi
rahimahullah berkata, “Adapun hikmah dirahasiakannya lailatul Qadr ini,
agar kesungguhan para hamba dalam upaya meraih keutama-annya
benar-benar terwujud secara optimal, sebagaimana (hikmah)
disembunyikannya waktu-waktu yang dikabulkan pada hari Jum‘at... [10]
dan seterusnya.
Maka, sudah menjadi
keharusan bagi kaum muslimin untuk mencari waktu (pada sepuluh malam
terakhir-pen) sehingga benar-benar tepat pada lailatul Qadar, kemudian
memuliakannya dan menghidupkannya dengan ibadah dan merendahkan diri
kepada Allah dengan do’a, dzikir dan istighfar serta memperbanyak
ibadah-ibadah Sunnah kepada Allah sehingga mereka mendapatkan ridha
dari Allah Yang Mahatinggi dan Maha Pemurah serta memberikan ganjaran
dan pahala yang sangat banyak.
Oleh
Dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Juda’i
[Disalin dari buku
At Tabaruk Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu, Judul dalam Bahasa Indonesia Amalan
Dan Waktu Yang Diberkahi, Penulis Dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin
Muhammad al-Juda’i, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
Sumber: http://almanhaj.or.id/content/3317/slash/0/lailatul-qadar-malam-seribu-bulan/
_______
Footnote
[1]. Dari Lailatul Qadr, karya Ahmad al-‘Iraqi (hal 22-23) dan Nailul Authaar (IV/362).
[2]. Tafsiir al-Qurthubi (XVI/126).
[3]. Tafsiir al-Baghawi (III/148).
[4]. Shahih al-Bukhari (II/228) kitab ash-Shiyaam dan Shahih Muslim (I/524) kitab ash-Shaalah al-Musaafiriin.
[5]. Dikutip dari kitab Lailatul Qadr, karya al-‘Iraqi (hal. 20-21).
[6]. Tafsiir Ibni Katsiir (III/532).
[7]. Fat-hul Qadiir, karya Imam asy-Syaukani (V/472).
[8]. Zaadul Masiir, karya Ibnul Jauzi (IX/532).
[9]. Shahih al-Bukhari (II/254) kitab ash-Shaum.
[10]. Zaadul Masiir, karya Ibnul Jauzi (IX/189).
(lppimakassar.com)
0 komentar:
Posting Komentar