Ramadhan
adalah satu dari dua belas nama bulan dalam setahun. Karena itu setiap
tahun Ramadhan datang menjumpai kita. Banyak yang merasa beruntung
karena telah berkali-kali menjumpai kedatangan bulan Ramadhan. Artinya,
bisa berkali-kali pula berpuasa di bulan Ramadhan.Pertanyaannya adalah,
apakah amal perbuatan kita selama puasa Ramadhan dari tahun ke tahun
sudah berkualitas. Ataukah Ramadhan sekadar dirasakan sebagai bulan yang
datang sebagai rutinitas dengan puasa dan sibuk menyiapkan menu pilihan
buka bersama? Atau jangan-jangan kita masih merasakan kedatangan bulan
Ramadhan sebagai beban karena harus berpuasa selama sebulan utuh?
Jawaban untuk pertanyaan itu bisa beragam antara satu orang dengan yang lain. Tetapi, idealnya, setiap orang mempunyai semangat yang sama untuk menjalani hari-hari Ramadhan yang semakin baik dan bertambah baik dari tahun ke tahun. Kalau sudah ada semangat, usaha ke arah itu secara lebih nyata akan lebih mudah, insya Allah.
Untuk menjalani Ramadhan secara lebih baik hendaknya dimulai sejak sebelum kedatangannya. Sambut Ramadhan dengan melakukan berbagai persiapan.
BERSIAP UNTUK MENYAMBUTNYA
Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat pun dulu sangat bersemangat menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mereka serius mempersiapkan diri agar bisa memasuki bulan Ramadhan dan melakukan berbagai amalan dengan penuh keimanan, keikhlasan, semangat, giat, dan tidak merasakannya sebagai beban. Berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut Ramadhan, tamu yang istimewa ini.Untuk memudahkan mungkin bentuk persiapan bisa kita rincikan sebagai berikut:
1. Persiapan Nafsiyah
Yang dimaksudkan dengan mempersiapkan nafsiyah adalah menyambut dengan hati gembira bahwasanya Ramadhan datang sebagai bulan untuk mendekatkan diri pada Allah Subhanahu waTa’ala. Jiwa yang siap memandang Ramadhan bukan sebagai bulan penuh beban, melainkan bulan untuk berlomba meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.Persiapan nafsiyah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam upaya memetik manfaat sepenuhnya dari ibadah puasa. Tazkiyatun nafsi (penyucian jiwa) akan melahirkan keikhlasan, kesabaran, ketawakalan, dan berbagai amalan hati lainnya, yang akan menuntun seseorang kepada jenjang Ibadah yang berkualitas dengan kuantitas optimal. Seorang yang menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan tanpa memiliki kesiapan secara nafsiyah dikhawatirkan puasanya akan menjadi kurang bermakna atau bahkan sia-sia, lebih parah lagi jika menjadi gugur.Persiapan penting yang harus kita takukan adalah persiapan mental. Mempersiapkan diri secara mental tidak lain adalah mempersiapkan ruhiyah kita serta membangkitkan suasana keimanan dan memupuk spirit ketakwaan kita. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak amal ibadah. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memberikan contoh kepada kita semua. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban.Ummul Mukmin Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:
“Aku belum pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan dan aku belum pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa dibandingkan pada bulan Sya’ban.”1
Puasa bulan Sya’ban itu demikian penting dan memiliki keutamaan yang besar dari pada puasa pada bulan lainnya, tentu selain bulan Ramadhan. Sedemikian pentingnya dan utamanya sampai Imran bin Hushain menuturkan, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada seorang sahabat,
“Apakah engkau berpuasa pada akhir bulan (Sya’ban) ini?’ Laki-laki itu menjawab, Tidak!’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian bersabda kepadanya, ‘Jika engkau telah selesai menunaikan puasa Ramadhan, maka berpuasalah dua hari sebagai gantinya.”2
Walhasil, puasa Sya’ban, di samping berbuah pahala yang besar dan keutamaan di sisi Allah, merupakan sarana latihan guna menyongsong datangnya Ramadhan.
2. Persiapan Tsaqafiyah
Untuk dapat meraih amalan di bulan Ramadhan secara optimal diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai fiqh al-Shiyam. Oleh karena itu persiapan tsaqafiyah tidak kalah penting bagi seseorang untuk mendapatkan perhatian yang serius. Dengan pemahaman fikih puasa yang baik seseorang akan memahami dengan benar, mana perbuatan yang dapat merusak nilai shiyamnya dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitas shiyamnya. Orang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya. Suatu amal perbuatan tanpa dilandasi ilmu, kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya. Hanya dengan ilmu kita dapat mengetahui cara berpuasa yang benar sesuai syariat Islam. Jembatan menuju kebenaran adalah ilmu, dan siapa yang menempuh perjalanan hidupnya dalam rangka menuntut ilmu maka Allah Subhanahu wa Taala akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan [memudahkan] dengannya jalan dari jalan-jalan kesurga”3
3. Persiapan Jasadiyah
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik, untuk shiyamnya, tarawihnya, tilawahnya, dan aktivitas ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang baik akan lebih mampu melakukan ibadah tersebut tanpa terlewatkan sedikitpun, insya allah. Bila kondisi fisik tidak prima akan berpotensi besar kesulitan melaksanakannya amaliyah tersebut dengan maksimal, bahkan dapat terlewatkan begitu saja. Padahal bila terlewatkan nilai amaliah Ramadhan tidak semuanya bisa tergantikan pada bulan yang lain.
4. Persiapan Maliyah
Hendaknya persiapan materi ini tidak dipahami sekadar untuk beli pakaian baru, bekal perjalanan pulang kampung atau untuk membeli pernik-pernik jajanan ‘Idul fithri. Hendaknya maliyah yang ada dipersiapkan untuk infaq, sedekah, dan zakat. Sebab nilai balasan infak dan sedekah akan dilipatgandakan sebagaimana kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap amal bani Adam dilipatgandakan, kebaikan diganjar sepuluh kali lipat yang sepadan dengannya hingga sampai 700 kali lipat, bahkan hingga sampai kepada apa yang Allah kehendaki. Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu untukku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya. la meninggalkan syahwat dan makannya hanya karena Aku.’Bagi orahg yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan tatkalaia berbuka dan kegembiraan tatkala ia bertemu dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut seorang yang berpuasa itu adalah lebih harum di sisi Allah dibandingkan harumnya kesturi.”4
Bulan Ramadhan merupakan bulan muwasah (santunan). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun cuma sebuah kurma, seteguk air, atau sesendok nasi.Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan, sangat pemurah. Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rdsulullah Shallallahu Alaihi waSallam kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma,
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah orang yang paling dermawan. Beliau akan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril. Jibril menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan kepadanya al-Quran. Sungguh, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus.”5
Santunan dan sikap ini sudah barang tentu sulit dilakukan dengan baik jika tidak ada persiapan materi yang memadai. Termasuk dalam persiapan maliyah adalah mempersiapkan dana, sehingga tidak terpikir beban ekonomi untuk keluarga, agar dapat beri’tikaf dengan tenang. Untuk itu, mesti dicari tabungan dana yang mencukupi kebutuhan di bulan Ramadhan.
PADATI DENGAN AKTIVITAS KEBAIKAN
Persiapan-persiapan tersebut akan lebih membantu kita dalam menapaki hari-hari Ramadhan dengan lebih baik, insya Allah. Sebelumnya kita perlu menumbuhkan motivasi dengan melakukan perenungan untuk mendapatkan kesadaran betapa besarnya keutamaan shiyam. Banyak hadits yang bisa membangkitkan motivasi tersebut. Di antaranya adalah:
“Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut Royyan. Orang-orang yang berpuasa masuk darinya pada hari kiamat, dan tidak ada seorang pun selain mereka yang dapat memasukinya. Apabila mereka telah memasukinya, pintu tersebut ditutup, dan tidak ada lagi seorang pun yang dapat memasukinya.”((Shahih al-Bukhari juz 7 hal.174 no.1896))
Dengan meyakini dan menyadari keutaman orang yang berpuasa, kita akan terlecut untuk menjalani dengan baik, Hendaknya kita pun menyiapkan program-program amal kebaikan yang akan kita lakukan selama bulan Ramadhan. Ramadhan mestinya ktia padati dengan aktivitas kebaikan.Sebaliknya, berbagai keburukan yang sebelumnya dianggap sepele, saat Ramadhan harus kita jauhi sekuat mungkin. Banyak hadits yang memberikan peringatan kepada kita agar membuang jauh-jauh perbuatan sia-sia demi tercapainya kualitas puasa kita. Puasa menuntut dan menuntun kita menjadi orang yang berakhlak baik, menjauhi kekufuran, menjauhi mencela agama, dan menjauhi muamalah yang buruk terhadap manusia. Puasa itu mendidik kebaikan jiwa dan tidak memperburuk akhlak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengumpat dan berkata kasar. Apabila ada seorang yang mencela atau menganiayanya, maka katakanlah sesungguhnya aku adalah orang yang tengah berpuasa”6
Dengan berbagai uraian di atas kita berharap di Ramadhan kali ini tidak termasuk dalam jajaran yang disinyalir oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya,
“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidaklah mendapatkan dari puasanya melainkan hanya dahaga”7
Semoga Ramadhan kita bukanlah sekadar hari-hari lapar dan haus.Kiranya kita mampu menjadikan Ramadhan sebagai bulan ketaatan, untuk mengikatkan diri dengan seluruh syariatnya.Bulan Ramadhan adalah bulan muraqabah. Shaum yang kita lakukan semoga mampu mengajari kita untuk senantiasa merasa diawasi Allah. Ramadhan kali ini semoga menjadi bulan pengorbanan kita di jalan Allah. Kita coba, paling tidak, untuk berkorban dengan menahan rasa lapar dan haus demi meraih derajat ketakwaan kepada-Nya.
Takwa adalah puncak pencapaian ibadah shaum ramadhan.Perwujudan takwa secara individu tidak lain adalah dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.Adapun perwujudan takwa secara kolektif adalah dengan menerapkan syariat Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan oleh kaum muslimin. Inilah kiranya timbangan bahwa Ramadhan kali ini lebih baik.
Diketik ulang oleh Sutikno dari Majalah Fatawa, rubrik ‘Aktual’ halamanan: 8-11 edisi khusus Ramadhan-Syawwal 1430, Agustus-September 2009
Catatan kaki:
Jawaban untuk pertanyaan itu bisa beragam antara satu orang dengan yang lain. Tetapi, idealnya, setiap orang mempunyai semangat yang sama untuk menjalani hari-hari Ramadhan yang semakin baik dan bertambah baik dari tahun ke tahun. Kalau sudah ada semangat, usaha ke arah itu secara lebih nyata akan lebih mudah, insya Allah.
Untuk menjalani Ramadhan secara lebih baik hendaknya dimulai sejak sebelum kedatangannya. Sambut Ramadhan dengan melakukan berbagai persiapan.
BERSIAP UNTUK MENYAMBUTNYA
Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat pun dulu sangat bersemangat menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mereka serius mempersiapkan diri agar bisa memasuki bulan Ramadhan dan melakukan berbagai amalan dengan penuh keimanan, keikhlasan, semangat, giat, dan tidak merasakannya sebagai beban. Berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut Ramadhan, tamu yang istimewa ini.Untuk memudahkan mungkin bentuk persiapan bisa kita rincikan sebagai berikut:
1. Persiapan Nafsiyah
Yang dimaksudkan dengan mempersiapkan nafsiyah adalah menyambut dengan hati gembira bahwasanya Ramadhan datang sebagai bulan untuk mendekatkan diri pada Allah Subhanahu waTa’ala. Jiwa yang siap memandang Ramadhan bukan sebagai bulan penuh beban, melainkan bulan untuk berlomba meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.Persiapan nafsiyah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam upaya memetik manfaat sepenuhnya dari ibadah puasa. Tazkiyatun nafsi (penyucian jiwa) akan melahirkan keikhlasan, kesabaran, ketawakalan, dan berbagai amalan hati lainnya, yang akan menuntun seseorang kepada jenjang Ibadah yang berkualitas dengan kuantitas optimal. Seorang yang menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan tanpa memiliki kesiapan secara nafsiyah dikhawatirkan puasanya akan menjadi kurang bermakna atau bahkan sia-sia, lebih parah lagi jika menjadi gugur.Persiapan penting yang harus kita takukan adalah persiapan mental. Mempersiapkan diri secara mental tidak lain adalah mempersiapkan ruhiyah kita serta membangkitkan suasana keimanan dan memupuk spirit ketakwaan kita. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak amal ibadah. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memberikan contoh kepada kita semua. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban.Ummul Mukmin Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:
“Aku belum pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan dan aku belum pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa dibandingkan pada bulan Sya’ban.”1
Puasa bulan Sya’ban itu demikian penting dan memiliki keutamaan yang besar dari pada puasa pada bulan lainnya, tentu selain bulan Ramadhan. Sedemikian pentingnya dan utamanya sampai Imran bin Hushain menuturkan, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada seorang sahabat,
“Apakah engkau berpuasa pada akhir bulan (Sya’ban) ini?’ Laki-laki itu menjawab, Tidak!’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian bersabda kepadanya, ‘Jika engkau telah selesai menunaikan puasa Ramadhan, maka berpuasalah dua hari sebagai gantinya.”2
Walhasil, puasa Sya’ban, di samping berbuah pahala yang besar dan keutamaan di sisi Allah, merupakan sarana latihan guna menyongsong datangnya Ramadhan.
2. Persiapan Tsaqafiyah
Untuk dapat meraih amalan di bulan Ramadhan secara optimal diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai fiqh al-Shiyam. Oleh karena itu persiapan tsaqafiyah tidak kalah penting bagi seseorang untuk mendapatkan perhatian yang serius. Dengan pemahaman fikih puasa yang baik seseorang akan memahami dengan benar, mana perbuatan yang dapat merusak nilai shiyamnya dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitas shiyamnya. Orang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya. Suatu amal perbuatan tanpa dilandasi ilmu, kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya. Hanya dengan ilmu kita dapat mengetahui cara berpuasa yang benar sesuai syariat Islam. Jembatan menuju kebenaran adalah ilmu, dan siapa yang menempuh perjalanan hidupnya dalam rangka menuntut ilmu maka Allah Subhanahu wa Taala akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan [memudahkan] dengannya jalan dari jalan-jalan kesurga”3
3. Persiapan Jasadiyah
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik, untuk shiyamnya, tarawihnya, tilawahnya, dan aktivitas ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang baik akan lebih mampu melakukan ibadah tersebut tanpa terlewatkan sedikitpun, insya allah. Bila kondisi fisik tidak prima akan berpotensi besar kesulitan melaksanakannya amaliyah tersebut dengan maksimal, bahkan dapat terlewatkan begitu saja. Padahal bila terlewatkan nilai amaliah Ramadhan tidak semuanya bisa tergantikan pada bulan yang lain.
4. Persiapan Maliyah
Hendaknya persiapan materi ini tidak dipahami sekadar untuk beli pakaian baru, bekal perjalanan pulang kampung atau untuk membeli pernik-pernik jajanan ‘Idul fithri. Hendaknya maliyah yang ada dipersiapkan untuk infaq, sedekah, dan zakat. Sebab nilai balasan infak dan sedekah akan dilipatgandakan sebagaimana kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap amal bani Adam dilipatgandakan, kebaikan diganjar sepuluh kali lipat yang sepadan dengannya hingga sampai 700 kali lipat, bahkan hingga sampai kepada apa yang Allah kehendaki. Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu untukku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya. la meninggalkan syahwat dan makannya hanya karena Aku.’Bagi orahg yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan tatkalaia berbuka dan kegembiraan tatkala ia bertemu dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut seorang yang berpuasa itu adalah lebih harum di sisi Allah dibandingkan harumnya kesturi.”4
Bulan Ramadhan merupakan bulan muwasah (santunan). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun cuma sebuah kurma, seteguk air, atau sesendok nasi.Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan, sangat pemurah. Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rdsulullah Shallallahu Alaihi waSallam kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma,
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah orang yang paling dermawan. Beliau akan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril. Jibril menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan kepadanya al-Quran. Sungguh, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus.”5
Santunan dan sikap ini sudah barang tentu sulit dilakukan dengan baik jika tidak ada persiapan materi yang memadai. Termasuk dalam persiapan maliyah adalah mempersiapkan dana, sehingga tidak terpikir beban ekonomi untuk keluarga, agar dapat beri’tikaf dengan tenang. Untuk itu, mesti dicari tabungan dana yang mencukupi kebutuhan di bulan Ramadhan.
PADATI DENGAN AKTIVITAS KEBAIKAN
Persiapan-persiapan tersebut akan lebih membantu kita dalam menapaki hari-hari Ramadhan dengan lebih baik, insya Allah. Sebelumnya kita perlu menumbuhkan motivasi dengan melakukan perenungan untuk mendapatkan kesadaran betapa besarnya keutamaan shiyam. Banyak hadits yang bisa membangkitkan motivasi tersebut. Di antaranya adalah:
“Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut Royyan. Orang-orang yang berpuasa masuk darinya pada hari kiamat, dan tidak ada seorang pun selain mereka yang dapat memasukinya. Apabila mereka telah memasukinya, pintu tersebut ditutup, dan tidak ada lagi seorang pun yang dapat memasukinya.”((Shahih al-Bukhari juz 7 hal.174 no.1896))
Dengan meyakini dan menyadari keutaman orang yang berpuasa, kita akan terlecut untuk menjalani dengan baik, Hendaknya kita pun menyiapkan program-program amal kebaikan yang akan kita lakukan selama bulan Ramadhan. Ramadhan mestinya ktia padati dengan aktivitas kebaikan.Sebaliknya, berbagai keburukan yang sebelumnya dianggap sepele, saat Ramadhan harus kita jauhi sekuat mungkin. Banyak hadits yang memberikan peringatan kepada kita agar membuang jauh-jauh perbuatan sia-sia demi tercapainya kualitas puasa kita. Puasa menuntut dan menuntun kita menjadi orang yang berakhlak baik, menjauhi kekufuran, menjauhi mencela agama, dan menjauhi muamalah yang buruk terhadap manusia. Puasa itu mendidik kebaikan jiwa dan tidak memperburuk akhlak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengumpat dan berkata kasar. Apabila ada seorang yang mencela atau menganiayanya, maka katakanlah sesungguhnya aku adalah orang yang tengah berpuasa”6
Dengan berbagai uraian di atas kita berharap di Ramadhan kali ini tidak termasuk dalam jajaran yang disinyalir oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya,
“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidaklah mendapatkan dari puasanya melainkan hanya dahaga”7
Semoga Ramadhan kita bukanlah sekadar hari-hari lapar dan haus.Kiranya kita mampu menjadikan Ramadhan sebagai bulan ketaatan, untuk mengikatkan diri dengan seluruh syariatnya.Bulan Ramadhan adalah bulan muraqabah. Shaum yang kita lakukan semoga mampu mengajari kita untuk senantiasa merasa diawasi Allah. Ramadhan kali ini semoga menjadi bulan pengorbanan kita di jalan Allah. Kita coba, paling tidak, untuk berkorban dengan menahan rasa lapar dan haus demi meraih derajat ketakwaan kepada-Nya.
Takwa adalah puncak pencapaian ibadah shaum ramadhan.Perwujudan takwa secara individu tidak lain adalah dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.Adapun perwujudan takwa secara kolektif adalah dengan menerapkan syariat Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan oleh kaum muslimin. Inilah kiranya timbangan bahwa Ramadhan kali ini lebih baik.
Diketik ulang oleh Sutikno dari Majalah Fatawa, rubrik ‘Aktual’ halamanan: 8-11 edisi khusus Ramadhan-Syawwal 1430, Agustus-September 2009
Catatan kaki:
- Shahih al-Bukhari juz VII hal. 298 no. 1969 [↩]
- Shahih Muslim juz II hal. 818 no.200 dan Sunan Abi Dawud juz VII hal. 112 no.2330 [↩]
- Sunan Abi Dawud juz 11 hal. 34 no. 3643 [↩]
- Shahih Muslim juz III hal. 158 no. 2763 [↩]
- Shahih al-Bukhari juz I hal. 6 no. 6 [↩]
- Shahih wa Dhaif al Jami’ al Shaghir juz XVI hal.424 no.7777 [↩]
- Musnad Ahmad juz II hal.441 no.9682 [↩]
0 komentar:
Posting Komentar