Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
“Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.” (Lihat Al Ibanah Al Kubro li Ibni Baththoh, 1/219, Asy Syamilah)
▓░
Lafadz shalawat BADAR sebagai berikut:
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدِ لِلّهِ بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
shalatullah salamullah ‘ala thoha rosulillah
shalatullah salamullah ‘ala yaasiin habibillah
tawasalnaa bibismillah wa bil hadi rosulillah
wa kulli majahid fillah bi ahlil badri ya Allah
Artinya :
Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Thaha Rasulullah
Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Yasin Habibillah
Kami bertawassul dengan nama Allah dan dengan pemberi petunjuk, Rasulullah
Dan dengan seluruh orang yang berjihad di jalan Allah, serta dengan ahli Badr, ya Allah
DALAM UCAPAN SHALAWAT INI TERKANDUNG BEBERAPA HAL :
▌1. Penyebutan Nabi dengan habibillah
Point pertama telah diterangkan kesalahannya secara jelas pada rubrik Tafsir.
☀
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, tidak diragukan lagi adalah habibullah, beliau mencintai Allah dan dicintai Allah, tetapi ada sebutan lain yang lebih tinggi dari itu yaitu khalilullah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah khalilullah, seperti yang beliau sabdakan,
“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku seorang khalil seperti halnya Dia menjadikan Ibrahim sebagai khalil.” (Diriwayatkan Ibnu Majah)
Maka dari itu,
••►siapa yang menyifatinya dengan habib saja, maka dia telah menurunkan beliau dari martabatnya, karena sifat khalil lebih mulia dan lebih tinggi dari habib.
Dinukil dr :
Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007.
https://www.facebook.com/ photo.php?fbid=343842744192 7&set=a.1653325175486.2085 068.1307751853&type=3&perm Page=1
▌2. Bertawassul dengan Nabi
Pada point kedua, tidak terdapat satu dalilpun yang shahih yang membolehkannya. Allah dan Rasul-Nya tidak pernah mensyariatkan. Demikian pula para shahabat (tidak pernah mengerjakan). Seandainya disyariatkan, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkannya dan para shahabat melakukannya.
Adapun hadits:
“Bertawassullah kalian dengan kedudukanku karena sesungguhnya kedudukan ini besar di hadapan Allah”,
maka
••►hadits ini termasuk hadits maudhu’ (palsu) sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Taimiyyah dan Asy-Syaikh Al-Albani.
▌3. Bertawassul dengan para mujahidin dan ahli Badr
Adapun point ketiga, tentunya lebih tidak boleh lagi karena bertawassul dengan Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam saja tidak diperbolehkan. Yang dibolehkan adalah bertawassul dengan nama Allah di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَ للهِ الأَسْمآءُ الْحُسْنَ فَادْعُوْهُ بِهاَ
“Dan hanya milik Allah-lah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu.” (Al-A’raf: 180)
llihat di : http:// kaahil.wordpress.com/2012/ 04/29/ lengkap-teksbacaanlirik-art i-sholawat-badar-sholawat- burdatul-bushiri-shalawat- syirik-bidah-yang-tidak-pe rnah-dicontohkan-oleh-rosu lullah-shallallaahu-alaihi -wasal/
▓░░
PENAMAAN THAHA & YASIN !?
Sebagian ahli tafsir menyebutkan beberapa pendapat-pendapat yang lain bahwa keduanya termasuk nama Nabi.
Akan tetapi itu adalah:
••►pendapat yang sangat lemah.
••►Tidak ada hadis yang valid dari Nabi dan para sahabat bahwa itu adalah diantara nama Nabi ‘alaish shalaatu was salam.
Telah valid dalam shahihain (Bukhari dan Muslim) dari jalan Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ لِى أَسْمَاءً ، أَنَا مُحَمَّد ، وَأَنَا أَحْمَدُ ، وَأَنَا الْمَاحِى الَّذِى يَمْحُو اللَّهُ بِىَ الْكُفْرَ ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِى يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِى ، وَأَنَا الْعَاقِبُ
“Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama.
▌Aku Muhammad
▌dan aku Ahmad,
▌aku Al-Maahi (sang penghapus) karena Allah menghapuskan kekafiran dengan diriku.
▌Aku adalah Al-Haasyir karena manusia digiring ke hadapanku
▌dan aku adalah Al-‘Aaqib (sang penghujung).”
[HR. Al-Bukhari (no. 3532), Muslim (no. 2354) dan at-Tirmidzi (no. 2840), dari Sahabat Jubair bin Muth'im Radhiyallahu 'anhu].
Al-‘Aaqib adalah yang tiada lagi nabi setelah beliau. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain di shahih Bukhari.
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Musa Al ‘Asy’ari ia berkata, “Rasulullah menamai dirinya sendiri, beliau bersabda,
▌“Aku Muhammad,
▌aku Ahmad,
▌Al Muqaffaa,
▌Al Haasyir,
▌Nabiyyut taubah,
▌Nabiyyur rahmah.”
Sebagian orang sampai berlebih-lebihan dalam hal ini. Hingga semua sifat yang dengannya Nabi disifati dijadikan nama. Mereka menyebutkannya dari riwayat-riwayat yang munkar dan batil yang banyak. Sebagian mereka menyebutkan ada lima ratus nama.
Intinya,
••►tidak benar penamaan Nabi kita Muhammad dengan Thoha dan Yasin.
Diantara yang menyebutkan hal ini adalah Ibnul Qayyim dalam “Tuhfatul Wadud” hal. 127, ia berkata,
▌“Adapun yang dikatakan oleh orang-orang awam bahwa Yasin dan Thoha termasuk nama Nabi, maka ini tidak benar. Tidak ada hadis yang shahih, hasan dan juga mursal tentangnnya. Tidak juga terdapat dalam atsar sahabat. Dua kalimat ini hanyalah termasuk huruf muqaththa’ah seperti alif lam mim, alif lam ra dan yang lainnya.”
Beliau juga menyatakan yang seperti itu dalam “As Shawaa’iq Al Mursalah” (2/694), “At’Tanbihaat fii Aqsaam Al Quran” hal. 271. Hal ini juga dikatakan oleh Ibnu ‘Aasyur, As Si’dy, Asy Syanqithy dalam tafsir mereka dan para ulama yang lainnya.
Wallahu a'lam.
Lihat di : http:// abxayaz.blogspot.com/2011/ 12/ benarkah-thaha-dan-yasin-ad alah.html ( x harusnya u )
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
“Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.” (Lihat Al Ibanah Al Kubro li Ibni Baththoh, 1/219, Asy Syamilah)
▓░
Lafadz shalawat BADAR sebagai berikut:
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدِ لِلّهِ بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
shalatullah salamullah ‘ala thoha rosulillah
shalatullah salamullah ‘ala yaasiin habibillah
tawasalnaa bibismillah wa bil hadi rosulillah
wa kulli majahid fillah bi ahlil badri ya Allah
Artinya :
Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Thaha Rasulullah
Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Yasin Habibillah
Kami bertawassul dengan nama Allah dan dengan pemberi petunjuk, Rasulullah
Dan dengan seluruh orang yang berjihad di jalan Allah, serta dengan ahli Badr, ya Allah
DALAM UCAPAN SHALAWAT INI TERKANDUNG BEBERAPA HAL :
▌1. Penyebutan Nabi dengan habibillah
Point pertama telah diterangkan kesalahannya secara jelas pada rubrik Tafsir.
☀
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, tidak diragukan lagi adalah habibullah, beliau mencintai Allah dan dicintai Allah, tetapi ada sebutan lain yang lebih tinggi dari itu yaitu khalilullah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah khalilullah, seperti yang beliau sabdakan,
“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku seorang khalil seperti halnya Dia menjadikan Ibrahim sebagai khalil.” (Diriwayatkan Ibnu Majah)
Maka dari itu,
••►siapa yang menyifatinya dengan habib saja, maka dia telah menurunkan beliau dari martabatnya, karena sifat khalil lebih mulia dan lebih tinggi dari habib.
Dinukil dr :
Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007.
https://www.facebook.com/
▌2. Bertawassul dengan Nabi
Pada point kedua, tidak terdapat satu dalilpun yang shahih yang membolehkannya. Allah dan Rasul-Nya tidak pernah mensyariatkan. Demikian pula para shahabat (tidak pernah mengerjakan). Seandainya disyariatkan, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkannya dan para shahabat melakukannya.
Adapun hadits:
“Bertawassullah kalian dengan kedudukanku karena sesungguhnya kedudukan ini besar di hadapan Allah”,
maka
••►hadits ini termasuk hadits maudhu’ (palsu) sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Taimiyyah dan Asy-Syaikh Al-Albani.
▌3. Bertawassul dengan para mujahidin dan ahli Badr
Adapun point ketiga, tentunya lebih tidak boleh lagi karena bertawassul dengan Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam saja tidak diperbolehkan. Yang dibolehkan adalah bertawassul dengan nama Allah di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَ للهِ الأَسْمآءُ الْحُسْنَ فَادْعُوْهُ بِهاَ
“Dan hanya milik Allah-lah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu.” (Al-A’raf: 180)
llihat di : http://
▓░░
PENAMAAN THAHA & YASIN !?
Sebagian ahli tafsir menyebutkan beberapa pendapat-pendapat yang lain bahwa keduanya termasuk nama Nabi.
Akan tetapi itu adalah:
••►pendapat yang sangat lemah.
••►Tidak ada hadis yang valid dari Nabi dan para sahabat bahwa itu adalah diantara nama Nabi ‘alaish shalaatu was salam.
Telah valid dalam shahihain (Bukhari dan Muslim) dari jalan Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ لِى أَسْمَاءً ، أَنَا مُحَمَّد ، وَأَنَا أَحْمَدُ ، وَأَنَا الْمَاحِى الَّذِى يَمْحُو اللَّهُ بِىَ الْكُفْرَ ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِى يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِى ، وَأَنَا الْعَاقِبُ
“Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama.
▌Aku Muhammad
▌dan aku Ahmad,
▌aku Al-Maahi (sang penghapus) karena Allah menghapuskan kekafiran dengan diriku.
▌Aku adalah Al-Haasyir karena manusia digiring ke hadapanku
▌dan aku adalah Al-‘Aaqib (sang penghujung).”
[HR. Al-Bukhari (no. 3532), Muslim (no. 2354) dan at-Tirmidzi (no. 2840), dari Sahabat Jubair bin Muth'im Radhiyallahu 'anhu].
Al-‘Aaqib adalah yang tiada lagi nabi setelah beliau. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain di shahih Bukhari.
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Musa Al ‘Asy’ari ia berkata, “Rasulullah menamai dirinya sendiri, beliau bersabda,
▌“Aku Muhammad,
▌aku Ahmad,
▌Al Muqaffaa,
▌Al Haasyir,
▌Nabiyyut taubah,
▌Nabiyyur rahmah.”
Sebagian orang sampai berlebih-lebihan dalam hal ini. Hingga semua sifat yang dengannya Nabi disifati dijadikan nama. Mereka menyebutkannya dari riwayat-riwayat yang munkar dan batil yang banyak. Sebagian mereka menyebutkan ada lima ratus nama.
Intinya,
••►tidak benar penamaan Nabi kita Muhammad dengan Thoha dan Yasin.
Diantara yang menyebutkan hal ini adalah Ibnul Qayyim dalam “Tuhfatul Wadud” hal. 127, ia berkata,
▌“Adapun yang dikatakan oleh orang-orang awam bahwa Yasin dan Thoha termasuk nama Nabi, maka ini tidak benar. Tidak ada hadis yang shahih, hasan dan juga mursal tentangnnya. Tidak juga terdapat dalam atsar sahabat. Dua kalimat ini hanyalah termasuk huruf muqaththa’ah seperti alif lam mim, alif lam ra dan yang lainnya.”
Beliau juga menyatakan yang seperti itu dalam “As Shawaa’iq Al Mursalah” (2/694), “At’Tanbihaat fii Aqsaam Al Quran” hal. 271. Hal ini juga dikatakan oleh Ibnu ‘Aasyur, As Si’dy, Asy Syanqithy dalam tafsir mereka dan para ulama yang lainnya.
Wallahu a'lam.
Lihat di : http://
0 komentar:
Posting Komentar