“Sholawat Nariyyah” yang mengandung KESYRIKAN :
Redaksi Sholawat Nariyyah yang berbunyi:
اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد الذي تنحل به
العقد وتتفرج به الكرب وتقضى به الحوائج ، وتنال به الرغائب ، وحسن
الخواتيم ، ويستسقى الغمام بوجهه الكريم ، وعلى آله وصحبه في كل لمحة ونفس
بعدد كل معلوم لك
“Allohumma sholli ’sholaatan kaamilatan wa
sallim salaaman taaamman ‘ala sayyidina Muhammadinilladzi tanhallu bihil
‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tuqdhoo bihil hawaaiju wa tunaalu
bihir roghooibu wa husnul khowaatimu wa yustasqol ghomaamu biwajhihil
kariem wa ‘ala aalihi wa shohbihi fie kulli lamhatin wa nafasim bi’adadi
kulli ma’lumin laka.”
Artinya:
“Ya Allooh, berilah
sholawat dengan sholawat yang sempurna dan berilah salam dengan salam
yang sempurna atas penghulu kami Muhammad yang dengannya terlepas segala
ikatan masalah, lenyap segala kesedihan, terpenuhi segala kebutuhan,
tercapai segala kesenangan, pemberi husnul khootimah, pemberi awan hujan
dengan wajahnya yang mulia, juga atas keluarga dan sahabat-sahabatnya
dalam setiap kedipan mata dan hembusan nafas sebanyak hitungan segala
yang ada dalam pengetahuan-Mu.”
Itulah redaksi/ kalimat
Sholawat Nariyyah yang juga sudah tersebar di masyarakat Indonesia. Di
India, sholawat Nariyyah ini dibaca orang sebanyak 4.444 (empat ribu
empat ratus empat puluh empat) kali, apabila terjadi musibah atau
kesulitan di suatu rumah. Dan menurut kepercayaan mereka, bahwa orang
yang membacanya akan mendapatkan sejenis karomah.
Hendaknya
kaum Muslimin tidak terkecoh dengan janji-janji keutamaan Sholawat
Nariyyah sebagaimana yang mereka katakan itu. Dan perhatikanlah bahwa
diantara kalimat/ redaksi Sholawat Nariyyah itu justru terdapat unsur
kesyirikan, oleh karena itu sangat berbahaya bila diamalkan oleh kaum
Muslimin.
Berikut ini adalah Fatwa dari Para Ulama Ahlus Sunnah
Wal Jamaa’ah yang melarang kaum Muslimin untuk membaca sholawat
Nariyyah tersebut, antara lain:
1. Kalimat yang tercantum
dalam Sholawat Nariyyah tersebut jelas merupakan Bid’ah dan Syirik:
“….penghulu kami Muhammad yang dengannya terlepas segala ikatan masalah,
lenyap segala kesedihan, terpenuhi segala kebutuhan, tercapai segala
kesenangan, pemberi husnul khootimah, pemberi awan hujan dengan wajahnya
yang mulia…”
Padahal sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
banyak firman Allooh سبحانه وتعالى diatas antara lain dalam QS. Yunus
(10) ayat 49 dan QS. Al An’aam (6) ayat 17, bahwa yang dapat melepaskan
manusia dari berbagai masalah adalah Allooh سبحانه وتعالى, dan bukan
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Oleh karena itu redaksi Sholawat
Nariyyah adalah tidak sesuai dengan ‘Aqiidah, dan bahkan orang yang
mengamalkan sholawat Nariyyah tersebut lalu ia meyakini bahwa
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم lah yang dapat memberikan maslahat dan
menghilangkan madhorot bagi dirinya, maka ia telah jatuh pada
kesyirikan.
Dengan demikian,
pembaca sholawat Nariyyah
akan melakukan berbagai kebaathilan, yakni di satu sisi adalah menyalahi
/ menyelisihi Syar’i, dan disisi lain adalah melakukan kesyirikan serta
kultus terhadap Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.
2. Dinukil
dari perkataan Ibnu Rojab Al Hanbali رحمه الله, kata beliau bahwa Hadits
“Barangsiapa mengada-adakan perkara baru dalam urusan dien kami ini
yang bukan termasuk darinya, maka ia (‘amalan itu) tertolak.” – adalah
termasuk pokok-pokok Islam didalamnya, dan sebagai suatu standar bahwa
amalan apapun dari seseorang itu haruslah dengan niat karena Allooh
سبحانه وتعالى. Jadi orang yang beramal itu tidak akan mendapatkan
pahala, kalau ia tidak meniatkannya hanya semata-mata untuk mendapatkan
pahala dari Allooh سبحانه وتعالى. Sebagaimana akan gagal pula amalannya,
jika amalannya tersebut tidak bersumber dari tuntunan / ajaran Muhammad
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Maka kata beliau رحمه الله
bahwa setiap yang baru dalam dien dan tidak diizinkan oleh Allooh سبحانه
وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم maka ia bukanlah bagian dari
dien.
3. Demikian pula Imaam An Nawawy رحمه الله mengatakan
bahwa dalam Hadits “Barangsiapa mengada-adakan perkara baru dalam urusan
dien kami ini yang bukan termasuk darinya, maka ia (‘amalan itu)
tertolak” – terdapat suatu kaidah yang besar dari kaidah-kaidah Islam.
Dan ia merupakan kalimat yang sederhana / simpel dan jelas dari
Rosuululloohصلى الله عليه وسلم yang merupakan penolakan terhadap Bid’ah
dan perkara-perkara baru dalam dien. Sedangkan orang yang membangkang
dengan melakukan amalan-amalan yang Bid’ah, maka akan berakibat pada
tertolaknya amalan-amalannya tersebut.
4. Fatwa dari Syaikh
‘Abdul ‘Aziiz bin Baaz رحمه الله menyatakan bahwa, “Sholawat Nariyyah
bukan berasal dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.”
Bahkan
dikatakan bahwa, Sholawat Nariyyah adalah termasuk do’a-do’a dari
orang-orang Sufi, bukan bagian dari Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه
وسلم, oleh karena itu sholawat tersebut termasuk yang menyesatkan kaum
Mu’miniin, dan hendaknya kita hindari.
5. Fatwa dari Syaikh
‘Abdurrohmaan bin Nashir Al Barrok, “Orang yang berdo’a dengan
bertawassul dengan sholawat tersebut (sholawat Nariyyah), maka hukumnya
Harom, karena lafadznya antara Syirik dan Bid’ah.”
Jadi,
sholawat Nariyyah yang didalamnya mengandung kesyirikan dank ke-Bid’ahan
adalah Harom. Orang-orang Sufi yang terkenal suka mengada-ada atau
berbuat Bid’ah, menjadikan seakan-akan sholawat tersebut memiliki
keutamaan-keutamaan yang Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله
عليه وسلم tidak pernah menjelaskan atau mengajarkannya seperti itu. Oleh
karena itu, terhitung sebagai perkara yang munkar. Bahkan namanya saja
adalah Sholawat Nariyyah, yang artinya adalah Sholawat Neraka.
▓░
Berikut ini terlampir Fatwa-Fatwa Lajnah Daa’imah, Majelis Fatwa di Saudi Arabia tentang Sholawat Nariyyah
Lampiran 3:
Fatwa Lajnah Daa’imah tentang Sholawat Nariyyah
السؤال الخامس من الفتوى رقم ( 20794 )
س 5 : ما حكم قراءة ما يسمى بالصلاة النارية هي كما يلي : (اللهم صل
صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد الذي تنحل به العقد وتتفرج به
الكرب وتقضى به الحوائج ، وتنال به الرغائب ، وحسن الخواتيم ، ويستسقى
الغمام بوجهه الكريم ، وعلى آله وصحبه في كل لمحة ونفس بعدد كل معلوم لك)؟
ج 5 : صفة الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم أن يقول : (اللهم صل
وسلم على نبينا محمد) وإن زاد فقال : (وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم
وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد ، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت
على إبراهيم وعلى آل إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد) فذلك الأفضل .
وبالله التوفيق ، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم .
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
عضو … عضو … الرئيس
بكر بن عبد الله أبو زيد … صالح بن فوزان الفوزان … عبد العزيز بن عبد الله آل الشيخ
Telah diajukan permintaan Fatwa kepada Lajnah Daa’imah sebagai Majelis
Fatwa di Saudi Arabia dengan nomor: 20794, dengan redaksi pertanyaan
sebagai berikut:
“Apa hukum membaca Sholawat yang disebut
dengan Sholawat Nariyyah, dimana redaksi bacaannya adalah sebagai
berikut: “Ya Allooh, berilah sholawat dengan sholawat yang sempurna dan
berilah salam dengan salam yang sempurna atas penghulu kami Muhammad
yang dengannya terlepas segala ikatan masalah, lenyap segala kesedihan,
terpenuhi segala kebutuhan, tercapai segala kesenangan, pemberi husnul
khootimah, pemberi awan hujan dengan wajahnya yang mulia, juga atas
keluarga dan sahabat-sahabatnya dalam setiap kedipan mata dan hembusan
nafas sebanyak hitungan segala yang ada dalam pengetahuan-Mu.”
Jawaban Lajnah Daa’imah:
Redaksi Sholawat atas Nabi صلى الله عليه وسلم adalah “Ya Allooh,
sampaikanlah sholawat dan salam atas Nabi kita Muhammad صلى الله عليه
وسلم”, dan jika ditambah maka “dan juga terhadap keluarga Muhammad صلى
الله عليه وسلم, sebagaimana Engkau sampaikan sholawat atas Ibroohiim
عليه السلام dan keluarga Ibroohiim عليه السلام. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia” dan “Berkahilah pada Muhammad صلى الله عليه
وسلم dan keluarga Muhammad صلى الله عليه وسلم sebagaimana Engkau berkahi
Ibroohiim عليه السلام dan keluarga Ibroohiim عليه السلام di alam
semesta, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Sholawat dengan seperti itu adalah lebih afdhol (lebih utama).
Wabillaahit taufiq, dan sholawat serta salam semoga Allooh سبحانه
وتعالى limpahkan kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, keluarganya
dan Shohabatnya.
Team Fatwa:
1. Syaikh ‘Abdul Aziiz ‘Aalu Asy Syaikh (Ketua)
2. Syaikh Bakr Abu Zaiid (Anggota)
3. Syaikh Shoolih Al Fauzaan (Anggota)
—–
Dinukil dr
Sholawat Yang Bukan Sholawat
Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc. MM.Pd
04 September 2012
SHOLAWAT NARIYYAH --> BID'AH & SYRIK
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar