Beginilah Proses Syiah Masuk Sampang Madura: Karena Salah Asuhan
Sampang – Masuknya Syiah di Kabupaten
Sampang, Jawa Timur, bermula dari keresahan Kiai Achmat Nawewi, ulama
dari Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam. Kiai Achmat merupakan
ayahanda Ustad Tajul Muluk, pemimpin Syiah Sampang saat ini.
Putra tertua Kiai Achmat, Ustad Iklil
Almilal, menuturkan sebagai seorang ahlus sunnah wal jamaah (NU) ayahnya
belum mantap dengan berbagai ajaran dan kitab kuning yang
dipelajarinya. Karena itu Kiai Achmat terus mempelajari dan memperdalam
banyak referensi tentang Islam untuk memantapkan hatinya.
Sampai suatu saat, kata Iklil, Kiai
Achmat mendapat kiriman koran dari negara Iran yang dikirim sahabatnya.
Dari situlah, Kiai Achmat kagum pada sosok imam besar Syiah Iran,
Ayatullah Imam Khumaini.
Lantas, lanjut Iklil, dikirimlah tiga
anak Kiai Achmat, yakni Tajul Muluk, Roisul Hukama’, dan seorang
putrinya untuk nyantri ke Pesantren Yayasan Pesantren Islam (Yapi)
Bangil Pasuruan antara 1991 hingga 1992. Pesantren ini disebut-sebut
mengajarkan Syiah. Namun pengurus Pesantren Yapi menyangkal disebut
beraliran Syiah. Keputusan Kiai Achmat memondokkan putranya ke Yapi
ditentang sepupunya, KH Ali Karrar, pemimpin Pondok Pesantren Darut
Tauhid di Kabupaten Pamekasan.
Berbagai desakan dan protes itu
membuahkan hasil. Tahun 1998, Tajul Muluk berhenti dari Yapi untuk
kemudian menjadi tenaga kerja ke Arab Saudi. Meski tak tamat Yapi,
rupanya Syiah di hati Tajul sangat membekas.
Berbekal uang dari hasil menjadi tenaga
kerja di Arab, Tajul Muluk pulang ke Nangkernang dan mendirikan
pesantren kecil IJABI tahun 2004 dibantu kakaknya, Iklil Almilal, dan
adiknya, Roisul Hukama’. Santri dan pengikut Tajul berkembang pesat.
Saat ini tercatat jumlahnya mencapai 138 keluarga atau 548 jiwa. Tapi
belakangan karena ada perbedaan, Roisul Hukama’ kembali menjadi ahlus
sunnah.
TEMPO
0 komentar:
Posting Komentar