Bagaimana
tidak menyakitkan hati Ummat Islam. Para pengkhianat justru gandeng
tangan dengan Syi’ah di saat Ummat Islam lagi prihatin. Bukannya Ummat
Islam ini ditolong agar tidak terjerumus kepada kesesatan, kedhaliman
bahkan kekejaman syi’ah, namun justru dijerumuskan oleh para
pengkhianat. Dan yang lebih mengagetkan, mereka itu berbaju ulama atau
tokoh Islam atau pemilik sarana-sarana di lembaga-lembaga Islam dan
umum.
Dalam menyuntikkan racun, seakan mereka
itu pejuang Islam, maka tipuan sebagaimana biasanya adalah ungkapan
seputar “Umat Islam perlu bersatu, dan harus waspada terhadap musuh”.
Padahal, sejatinya Syi’ah itulah musuh dalam selimut yang berangkulan
dengan musuh-musuh Islam. Sebagaimana terbukti:
Fakta: Enam Saluran Televisi Agama Iran Disiarkan dari Israel
11 November 2010 | Filed under: Syi’ah,Yahudi | Posted by: nahimunkar.com
6 قنوات دينية إيرانية تبث من داخل “إسرائيل”Fakta: Enam Saluran Televisi Agama Iran Disiarkan dari Israel
TEL AVIV (voa-islam.com): Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh situs sat age yang spesialis dalam pemantauan pergerakan satelit di seluruh dunia, termasuk saluran televisi, mengungkapkan adanya enam saluran agama Iran yang ditujukan kepada bangsa Arab disiarkan dari “Israel”, dan berdiri di belakangnya salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar Ibrani.Surat kabar “Al Ahram” Mesir menjelaskan bahwa saluran ini, yaitu: (Aalu al-Bayt, Al-Anwar, Fidaka, Hussein, Al-Alamiyah, Al-Ghadir) berada di satelit Israel (Amos), melalui perusahaan RR Sat Israel, yang menggunakan jubah Syiah jubah dan berpura-pura memiliki loyalitas kepada Ahli Bait dan berusaha untuk meluluskan visi Iran dan meyakinkan publik Arab dengan pemikiran itu. (selengkapnya silahkan baca: http://nahimunkar.com/3797/fakta-enam-saluran-televisi-agama-iran-disiarkan-dari-israel/)Di tengah keprihatinan dunia Islam karena Syi’ah di Iran merusak tempat Ibadah Ummat Islam (Sunni) di Teheran dan imamnya ditangkap. Bahkan Syi’ah di Iran dalam memusuhi Islam melebihi negeri-negeri kafir, karena di hampir setiap ibukota negeri kafir pun ada masjid untuk Ummat Islam (Sunni). Namun di Teheran Ibuktota Iran tidak boleh ada masjid Ummat Islam (Sunni). Ketika ada tempat ibadah Ummat Islam Sunni maka diserbu.Pemerintah Iran menyerbu tempat ibadah kaum Muslim Sunni di Teheran pada hari Ahad lalu (6/2 2011), di mana mereka menyegel rumah dan menangkap Imam masjid, Syaikh Ubaidullah Musa Zadih.Kaum Sunni di Iran tidak diizinkan untuk membangun sebuah masjid di Teheran. (nahimunkar.com,Aparat Iran Segel Tempat Ibadah Kaum Sunni di Teheran dan Menahan Imam, February 11, 2011 10:44 pm, إغلاق مصلّى لأهل السنة في طهران واعتقال إمام جماعته,http://www.nahimunkar.com/aparat-iran-segel-tempat-ibadah-kaum-sunni-di-teheran-dan-menahan-imam/#more-4202Yang lebih menyedihkan terutama bagi Ummat Islam Indonesia, di saat Ummat Islam (Sunni) dimusuhi oleh syi’ah di pusatnya di dunia yakni Iran, justru oknum MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat berbangga bekerjasama dengan Iran dalam bidang riset/ penelitian (agama). Surat kabar yang mewawancarainya (Republika) pun tampak membeberkan dengan lantangnya.Sebagian wawancara Republika dengan orang MUI sebagai berikut:
MUI telah mencoba melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan organisasi-organisasi Islam di luar negeri.Beberapa waktu lalu, kami diundang ke Irak dan telah menandatangani kerja sama dengan Pusat Kajian Alquran di Irak yang berpusat di Karbala. Walaupun berbeda mazhab, kita ingin sama-sama sharing untuk meningkatkan metodologi hafalan Alquran. Kami bertemu dengan tokoh di Irak, baik Suni maupun Syiah. Bahkan, mereka sangat mengapresiasi kunjungan kita ke Irak di tengah-tengah situasi kemanan yang menurut berita internasional kurang kondusif.Kita ingin menjalin kerja sama dengan umat Islam walaupun berbeda aliran/mazhab. Kita sadar bahwa musuh-musuh Islam selalu berupaya melemahkan Islam dengan mengadu domba antara Syiah dan Sunni. Kita tak mau itu terjadi. Syiah itu tak seperti Ahmadiyah karena Syiah adalah mazhab yang diakui dunia Islam.(Pada bagian lain dikemukakan):
MUI juga akan melakukan riset bersama di Iran tentang peradaban Islam. Mereka bisa melakukan riset mengenai peran MUI dalam merekatkan ukhuwah Islamiyah dan ormas-ormas Islam di Indonesia. (Republika, KH Muhyiddin Junaidi MA, Umat Harus Waspadai Konspirasi MusuhMinggu, 13 Februari 2011 pukul 11:47:00).
Bagaimana tidak meleknya itu orang MUI padahal Ketua MUI bidang Hubungan Luar Negeri. Ketika Ummat Islam sedunia prihatin dengan jahatnya Syi’ah di Iran terhadap Ummat Islam (Sunni), sampai mendirikan masjid saja dilarang, lalu shalat di rumah-rumah secara berjama’ah juga diserbu lalu imamnya ditangkap dan tempat ibadahnya disegel, lha kok MUI malah membanggakan gandeng tangannya dengan Iran yang memusuhi Islam. Bahkan menipu Ummat bahwa Syi’ah itu madzhab yang diakui dunia Islam. Padahal dunia Islam memahami bahwa syi’ah itu adalah terhitung induk kesesatan.Tampaknya akhir-akhir ini isi dan lakon MUI Pusat sangat mengecewakan bagi Ummat Islam yang masih punya ghirah Islamiyah. Ada tokoh MUI yang memasukkan dengan sengaja orang dari aliran yang difatwakan sesat oleh MUI ikut rapat dalam Munas di Pondok Gede Jakarta Januari 2011. Ada yang memberi sertifikat bahwa satu lembaga training terkemuka –yang telah difatwakan sesat menyesatkan oleh mufti di Malaysia– adalah sesuai syari’at. Padahal masyarakat banyak yang tahu bahwa lembaga training itu jelas banyak menyimpang dari aqidah Islam, memaknai Asmaul Husna semaunya, dan menafsirkan ayat Al-Qur’an semaunya. Bahkan mengkombinasikan aqidah Islam dengan ajaran lain (menurut penelitian seorang yang tinggal di Belanda, berkaitan dengan ajaran sinkretisme NAM –New Age Movement). Namun oleh MUI dianggap sesuai syari’at.Masih ditambah lagi dengan oknum MUI yang lain lagi dan duduk di kursi Ketua MUI, membanggakan kerjasamanya dengan pihak (syi’ah) Iran yang jelas-jelas memusuhi Islam bahkan melebihi orang-orang negeri kafir.Bagaimana Syi’ah di Indonesia
Perlu diketahui, LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) di Jakarta, sebelum tahun 2000 telah menerbitkan buku tentang ratusan ulama yang dibantai di Iran zaman kekuasaan Khumeini, dan masjid-masjid Ahlis Sunnah yang dihancurkan di Iran. Daftar nama para Ulama Sunni yang dibantai dan masjid-masjid Sunni yang dihancurkan itupun dicantumkan dengan jelas disertai riwayat singkatnya. Daftar kekejaman syiah di Iran itu ditulis dalam buku Kedholiman Syi’ah terhadap Ahlus Sunnah di Iran (Ma’satu Ahlis Sunnah fi Iran) oleh Abu Sulaiman Abdul Mun’im bin Mahmud al-Balusy, diterjemahkan dan diterbitkan LPPI Jakarta, 1420H/ 1999. Di balik kedholiman itu justru gereja Kristen ataupun sinagog Yahudi serta sekolahan-sekolahan Kristen pun ada di Teheran, tetapi masjid Ahlus Sunnah tidak boleh ada satupun di Teheran. Sehingga orang Islam (Sunni) apabila berjum’atan harus ke kedutaan-kedutaan Negara-negara Timur Tengah di Teheran. Itulah yang perlu sekali difahami, bahwa syi’ah lebih kejam dan tidak toleran terhadap Islam dibanding orang kafir sekalipun.Sebegitu ganasnya kebengisan Syi’ah di Iran terhadap para Ulama Sunni, Masjid-masjid Sunni; bahkan maraji’ (buku-buku rujukan/ referensi) Sunni pun dibersihkan alias dimusnahkan. Namun anehnya di Indonesia, perguruan tinggi Islam (negeri) dan Muhammadiyah justru menerima dengan welcometerhadap referensi dari Iran, bahkan Iran telah memiliki 12 Iranian Corner di perguruan-perguruan tinggi Islam (negeri) dan Muhammadiyah di Indonesia. Perpustakaan-perpustakan Iran di perguruan tinggi Islam di Indonesia yang berjumlah 12 temnpat itu alhamdulillah telah dimusnahkan oleh Allah Ta’ala yang satu Iranian Corner yaitu di UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) ketika terkena musibah jebolnya tanggul Situ Gintung di Cierendeu Tangerang Banten, Jum’at shubuh, 1 Rabi’ul Akhir 1430H/ 27 Maret 2009.Rector UMJ tampak meratapi karena kerugiannya mencapai 9-10 miliar rupiah, di antaranya Iranian Corner itu. Kalau memang dia sayang-sayang terhadap Islam Sunni, maka barangkali mau mengingat Allah, mengakui bahwa jelas di antara upayanya itu adalah menyuntikkan kesesatan dan penyesatan. Sehingga kalau mau sadar, maka rector UMJ maupun Muhammadiyah justru perlu memikir ulang, menimbang-nimbang lagi, apakah tidak besar madharatnya dengan menerima Iranian Corner di berbagai Universitas Muhammadiyah itu. Namun kalau cara berfikirnya model mantan rector UMS Malang, Malik Fajar, apalagi hanya buku-buku dari Iran, sedang buku-buku dari Israel pun dia terima sejak kira-kira tahun 1995-an. Hal itu dikemukakan oleh seorang petugas ketika Menteri Agama yang lalu, dr Tarmidzi Taher, datang ke kampus Universias Muhammadiyah Malang.Di antara perguruan Tinggi Islam yang memiliki Iranian Corner, menurut Majalah Hidayatullah April 2009 adalah: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta (alhamdulillah Iranian Corner di UMJ ini telah musnah terkena banjir Situ Gintung, red) Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Bisa dibayangkan, Yogyakarta, satu kota saja ada 3 Iranian Corner; yang satu UIN, yang dua Muhammadiyah (?). Tampaknya Muhammadiyah ini tidak kapok-kapoknya. Dulu yang menyambut baik kedatangan aliran sangat sesat, Ahmadiyah, itu juga Muhammadiyah, walau belakangan mengakui kesalahannya atas keterlanjuran selama itu berangkulan dengan Ahmadiyah. Namun pengakuan kesalahan itu tampaknya tidak diujudkan oleh generasi belakangan, bahkan terkesan ogah-ogahan dalam menghadapi Ahmadiyah bersama Muslimin yang bersemangat untuk meminta agar Ahmadiyah dibubarkan. Bahkan sebagian orang Muhammadiyah tampak bersuara membela. Ini aneh sekali.Sebaliknya, kadang Muhammadiyah dalam kiprahnya, justru nyerempet-nyerempet hal yang tidak berguna, dan mengandung masalah. Seperti untuk mengadakan hajat Muktamar Muhammadiyah di Jogjakarta dibesar-besarkan dengan kesenian kolosal dengan mempercayakan sebagai supervisinya kepada sutradara yang sedang bermasalah dengan Ummat Islam yakni Hanung Bramantyo.[1] (lihat Radar Yogya [ Rabu, 08 April 2009 ]).Aktif di Lembaga Iran
Kembali tentang Syi’ah di Indonesia, lebih dari itu, Iran memiliki lembaga pusat kebudayaan Republik Iran, ICC (Islamic Cultural Center), berdiri sejak 2003 di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan. Dari ICC itulah didirikannya Iranian Corner di 12 tempat tersebut, bahkan ada orang-orang yang aktif mengajar di ICC itu. Menurut Majalah Hidayatullah yang mewawancarai pihak ICC, di antara orang-orang yang mengajar di ICC itu adalah kakak beradik: Umar Shihab ( salah seorang Ketua MUI –Majelis Ulama Indonesia Pusat–?) dan Prof Quraish Shihab (mantan rector IAIN Jakarta dan Menteri Agama zaman Soeharto selama 70 hari, pengarang tafsir Misbah), Dr Jalaluddin Rakhmat, Haidar Bagir, dan O. Hashem penulis produktif yang meninggal akhir Januari 2009. Begitu juga sejumlah keturunan alawiyin atau habaib, seperti Agus Abu Bakar al-Habsyi dan Hasan Daliel al-Idrus.Di samping itu banyak tokoh Islam Indonesia yang diundang untuk berkunjung ke Iran, kemudianngomongnya sudah pelo, ada yang menganggap perbedaan Syi’ah dengan Sunni bukan perbedaan principal dan sebagainya. Tanpa malu-malu mereka telah menjilat Iran, padahal negeri itu adalah pembantai Ulama-ulama Sunni, bahkan penghancur masjid-masjid dan kitab-kitab rujukan Sunni.Syi’ah di Iran yang memusnahkan Ahlis Sunnah itu di Indonesia berpenampilan seakan lemah lembut. Hingga banyak kaum ibu yang tertarik ikut ke pengajian-pengajian mereka. Bahkan Syi’ah merekrut para pemuda untuk diberi bea siswa untuk dibelajarkan ke Iran. Kini ada 300-an mahasiswa Indonesia yang dibelajarkan di Iran, disamping sudah ada 200-an yang pulang ke Indonesia dengan mengadakan pengajian ataupun mendirikan yayasan dan sebagainya. Di antaranya seperti ditulis MajalahHidayatullah:Sekembalinya ke tanah air, para lulusan Iran ini aktif menyebarkan faham Syi’ah dengan membuka majelis taklim, yayasan, sekolah, hingga pesantren. Di antaranya Ahmad Baraqbah yang mendirikan Pesantren al-Hadi di Pekalongan (sudah hangus dibakar massa), ada juga Husein al-Kaff yang mendirikan Yayasan Al-Jawwad di Bandung, dan masih puluhan yayasan Syi’ah lainnya yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.Menurut pusat data lembaga penelitian Syi’ah di Yogyakarta, Rausyan Fikr, seperti disampaikan dalam makalah yang ditulis oleh Pengurus wilayah Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Yogyakarta, AM Safwan, pada tahun 2001, terdapat 36 yayasan Syi’ah di Indonesia dengan 43 kelompok pengajian. Sebanyak 21 yayasan/ kelompok pengajian di tingkat provinsi, dan 33 yayasan/ kelompok pengajian di tingkat kabupaten. Kota.Tidak hanya melalui pengajian, upaya penyebaran paham Syi’ah juga gencar dilakukan melalui penerbitan buku. Menurut hasil hitungan Rausyan Fikr, hingga Februari 2001 saja, tidak kurang 373 judul buku mengenai Syi’ah telah diterbitkan oleh 59 penerbit yang ada di Indonesia. (Majalah Hidayatullah, Rabi’ul Tsani 1430H/ April 2009, halaman 29).Itu belum kerjasamanya dengan para pengusung bid’ah dan bahkan pihak gereja. (lihat nahimunkar.com, Kelompok Sesat Syiah “Mengaji’ ke Gereja, January 15, 2009 3:51 am admin Artikel). Pada 10 Muharram 1430 H, al-hamdulillah pihak MUI bersama pengurus dan pegiat Masjid At-Taqwa di Cirebon Jawa Barat bekerjasama dengan Polisi berhasil membatalkan akan diselenggarakannya haul Imam Husein di Masjid At-Taqwa. Acara haul itu menghadirkan seorang petinggi NU (Nahdlatul Ulama), Said Agil Siraj. Namun acara itu tetap diselenggarakan dengan dialihkan ke Keraton Kasepuhan, dan dikhabarkan, Said Agil Siraj marah-marah dengan adanya pembatalan di Masjid At-Taqwa ini.Lhah, kenapa marah-marah? Padahal, pendiri NU sendiri, KH Hasyim Asy’ari adalah orang yang tidak mau adanya Haul (peringatan tahunan orang meninggal). Al-Marhum Pak ‘Ud (Yusuf Hasyim) putera Hasyim Asy’ari sendiri pernah penulis dengar, mengakui bahwa bapaknya (Hasyim Asy’ari) memang tidak mau adanya haul. Kok sekarang, generasi belakangan, justru bukan hanya mengadakan haul, tetapi haul dengan berbau-bau Syi’ah lagi. Ini mestinya dari kalangan NU perlu meluruskannya kembali, agar tidak semakin kebablasan. Yakni bid’ah plus aliran sesat, itu saja Syi’ah ini adalah induk dari aneka kesesatan.Dari kenyataan itu, Syi’ah di Iran sebegitu ganasnya dalam membunuhi Ulama Sunni, menghancurkan masjid-masjid Sunni, dan membersihkan kitab-kitab rujukan Sunni. Tetapi di Indonesia justru lembaga-lembaga perguruan tinggi Islam negeri dan Muhammadiyah mendirikan Iranian Corner di 12 tempat, masih pula sebagian tokoh Ormas Islam besar lainnya yang justru mengklaim bahwa merekalah yang Ahlus Sunnah ternyata tampak mengais-ngais proyek atau kegiatan dari Syi’ah. Sambil sesekali berkilah bahwa ada tradisi-tradisi NU yang dari Syi’ah.Apa sebenarnya yang mereka bela?
Semoga Allah menunjuki hamba-hamba-Nya yang ingin menegakkan agama-Nya yang bersifat memberantas kesesatan, apalagi induk kesesatan yang membenci kebenaran. Dan semoga Allah menghindarkan Muslimin yang teguh dari aneka bujukan dan rayuan para penyesat yang kini di Indonesia merasa mendapatkan angin longgar hingga ada yang duduk di MUI, perguruan tinggi Islam, ormas-ormas Islam dan lembaga lainnya. (haji).
(nahimunkar.com)
[1] Sementara itu sebenarnya seperti apa Hanung itu. Berikut ini mari kita ulang sejenak:
Menurut Hanung, banyak protes yang ditujukan kepada dirinya di balik kesuksesan film Ayat-ayat Cinta. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan yang menganggap Hanung pro poligami dan Ayat-ayat Cinta mencerminkan budaya patriarki yang merugikan kaum perempuan. Oleh karena itu, Hanung pun bergegas membuat filmPerempuan Berkalung Sorban.
Nah, melalui film Perempuan Berkalung Sorban inilah Hanung membayar hutangnya, dengan membuat film yang turut memperjuangkan tema-tema feminisme yang content-nya
sejalan dengan materi perjuangan para liberalis dan pegiat kesetaraan
gender. Dalam bahasa sederhana, Hanung didukung oleh kalangan pro
kesesatan. Jadi, Hanung –kalu berdaya nalar yang panjang– mestinya faham
bila ada ulama yang menyesatkan karyanya.
Film Perempuan Berkalung Sorban dibuat
berdasarkan novel karya Abidah El Khalieqy yang pernah diterbitkan oleh
Yayasan Kesejahteraan Fatayat dan the Ford Foundation. Menurut Indra
Yogi, The Ford Foundation terlanjur mempunyai citra yang tidak bagus. Di
Indonesia, Ford Foundation pernah ikut menerbitkan sebuah buku berjudulGagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neomodernisme Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid yang
diterbitkan secara bersama antara Paramadina, Yayasan Adikarya Ikapi,
di tahun 1999. Buku tersebut aslinya merupakan disertasi Greg Barton
(1995) tentang kemunculan pemikiran liberal di kalangan pemikir
Indonesia.
Selain itu, menurut Indra Yogi, Ford
Foundation merupakan donatur penting bagi International Center for Islam
and Pluralism (ICIP). Antara lain donasi yang pernah disalurkan Ford
Foundation kepada ICIP adalah berupa dana segar sebesar satu juda dolar
Amerika (US$ 1,000,000), yang ditujukan untuk Web-based distance
learning courses to enable adolescent and adult Muslims in poor
communities to continue their secular education. (Kursus jarak jauh
melalui situs internet yang memungkinkan orang Islam dewasa yang
berasal dari komunitas miskin untuk melanjutkan pendidikan sekularnya).
Menurut catatan Adian Husaini, ICIP
merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang sangat aktif
menyebarkan paham Pluralisme Agama di pondok-pondok pesantren, juga
aktif menyebarkan paham kesetaraan gender. Salah satu tokoh beken dari
ICIP adalah Syai’i Anwar.
Jadi, pendukung utama Hanung di dalam membuat film Perempuan Berkalung Sorban ini
adalah mereka yang selama ini aktif membela-bela kesesatan, antara lain
Musdah Mulia. Sebagai aktivis kesetaraan gender, Musdah tidak setuju
dengan seruan boikot yang dikumandangkan Ali Mustafa Yakub. Karena,
menurut Musdah, filmPerempuan Berkalung Sorban justru
mengungkapkan realitas penindasan terhadap perempuan dengan
mengatasnamakan agama. (nahimunkar.com, February 10, 2009 8:46 pm admin Artikel, Fenomena Sinetron dan Film Indonesia Bertendensi Merusak Citra Islam).
sumber: http://nahimunkar.com/10522/syiah-memusuhi-islam-bersekongkol-dengan-para-pengkhianat/
0 komentar:
Posting Komentar